Tuesday 16 November 2010

Mudahnya Jadi Developer OVI

Fahma, si bocah developer itu telah memiliki 12 aplikasi. Empat di antaranya game edukasi. Ia menjadi developer perorangan yang masuk ke Forum Nokia.

JAKARTA, KOMPAS.COM- Anda mungkin pernah membaca artikel yang disajikan Kompas tentang Fahma, developer cilik yang menyita perhatian para pengembang yang tergabung dalam kelompok bernama Forum Nokia, beberapa minggu silam. Fahma, si bocah yang ogah main game-game penuh kekerasan itu memberi inspirasi bahwa membuat aplikasi ternyata bukan persoalan rumit.

Misalnya, dalam tempo beberapa menit ia bisa menuntaskan sebuah basic image untuk pembuatan aplikasi menggunakan perangat lunak Adobe FlashLite CS3 lengkap dengan audio yang diambil dari suara sang adik. Aplikasi bernama Enrich yang bertema pelajaran bahasa Inggris buatannya beberapa waktu lalu yang didedikasikan untuk anak-anak itu telah menembus 75 negara.

"Ternyata di negara lain juga perlu pelajaran bahasa Indonesia," ujar Haryati Lawidjaja, dari Nokia Indonesia mengomentari bahwa negara yang berbahasa Inggris sebagai bahasa ibu pun perlu tahu bahasa negara lain.

Fahma hanyalah salah satu sekaligus contoh bahwa seorang anak 12 tahun pun mampu membuat aplikasi. Contoh lain untuk pembuatan aplikasi dalam tempo dua jam rampung, dialami oleh Deded. Pria asal Medan ini mengemas ide tentang belanja terencana agar uang tak ludes mendadak. Caranya dengan menggunakan aplikasi bernama Shop Planner. Menggagas aplikasi ini butuh waktu sekitar lima menit, aku Deded. Sedang untuk mengeksekusi jadi aplikasi hanya perlu sekitar 120 menit. Namun, aplikasi sederhana dengan empat menu utama ini sudah tersebar di 85 negara. Apalagi lantaran juga memakai bahasa Inggris.

Begitulah, warga Indonesia di mata Nokia (Asia Pasifik khususnya) dianggap orang-orang yang punya kreatifitas tinggi di dunia digital. Karena itulah Nokia merasa perlu mengenalkan sekaligus mengedukasi para developer dalam ajang Developer Matters.

Bahwa pasar sekarang ini mulai sadar akan pentingnya meningkatkan kemampuan ponselnya dengan aplikasi. "Di Asia Pasifik saja jumlahnya mencapai 17,7 persen yang membutuhkan aplikasi. Dan, Indonesia adalah pemimpin pasar," ujar Kenny Mathers, Head Developer Relations, Marketing Forum Nokia, APAC.

Berkaitan dengan para developer itu, Kenny merasa perlu membuat hubungan yang baik. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menurunkan biaya akses dari 50 euro menjadi 1 euro per developer. Selain itu, para developer yang tergabung dalam Forum Nokia akan memperoleh user ID dan password untuk memperoleh informasi sejauh mana aplikasi buatannya terjual dan berapa uang yang mereka terima."Setiap tiga bulan mereka akan memperoleh uang royalti," tambah Kenny.

Nokia memang sangat berkomitmen untuk membesarkan OVI Store-nya. Ada beberapa alasan yang membuat Nokia seharusnya mampu membuat toko lebih besar ketimbang platform lain. "Nokia telah menjual 175 juta ponsel pintar, 45 juta jenis ponsel touchscreen, dan 50 juta ponsel UI40," terang Kenny. Dengan modal yang amat besar itu tentu saja bisa dianggap pasar untuk aplikasi dari OVI sangat besar, bahkan lebih besar dari platform lain.

"Dengan ponsel Symbian^3 yang telah dirilis, tentunya aplikasi yang bisa diunduh akan semakin tinggi," jelas Haryati yang akrab dipanggil Fey itu. Perempuan ini menyebutkan pembeli Nokia N8 (ponsel pertama yang memakai Symbian^3), 70 persen di antaranya telah mengunduh OVI Store. "Artinya ada delapan aplikasi yang diunduh setiap dua minggu," tandasnya.

Data yang dilansir oleh Kenny, untuk dunia, pada bulan November 2010, rata-rata pengunduhan per hari telah mencapai 2,7 juta. Padahal pada September masih di angka 2 juta pengunduhan per hari.

Minat developer (baik perusahaan maupun perorangan) rupanya cukup tinggi. Pengalaman Nokia sewaktu menggelar workshop developer menyebutkan tanda positif. "Sebanyak 25 persen peserta sudah akses ke Forum Nokia, sedangkan 75 persen di antaranya telah mengirimkan aplikasi ke OVI Store," kata Upik M. Sidarta, Developer Relation Nokia Indonesia.

Dua sisi (kebutuhan konsumen untuk mengunduh dan kreativitas developer untuk membuat aplikasi) ini adalah tugas Nokia untuk mengembangkan OVI Store. Salah satunya adalah dengan menawarkan sistem billing khusus bernama flat rate yang lebih menarik bagi konsumen, dan tentu saja memberikan pendapatan bagi developer. Misalnya membuat sistem paket Rp 40 ribu untuk mingguan, atau Rp 100 ribu buat bulanan, khususnya agar konsumen dapat mengontrol pemakaian.

"Dengan sistem ini, operator juga mendapatkan keuntungan," kata Kenny. Operator tak harus mendapat komplain gara-gara tarif internet yang kerap bikin geram pelanggannya. Lewat tarif internet khusus ini pelanggan bisa memilih paket yang sesuai kebutuhan.

Pekerjaan Nokia untuk mengembangkan OVI store sebagai satu-satunya toko yang bisa diakses oleh tiga sistem operasi sekaligus (UI40, Symbian^3, dan MeeGo) memang tidak gampang. Namun Nokia yakin, ada tiga kunci yang harus dilakukan; menyajikan aplikasi yang menarik dan mudah diunduh (delivery), memudahkan developer untuk masuk menjadi anggota Forum Nokia dan membuat aplikasi, serta meneruskan apa yang sudah dilakukan saat ini demi kepuasan pengguna.

Jika Fahma yang sudah bisa presentasi dengan bahasa Inggris bisa, mustinya lebih banyak aplikasi bisa dibuat dari tangan anak muda Indoensia. Yang sederhana saja dulu. Toh, justru yang simple yang laku diunduh. (ANDRA/FORSEL)


KOMPAS

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...