Wednesday, 11 August 2010

Karya Peneliti ITS Tak Tergarap Optimal

SURABAYA – Pekerjaan besar menunggu Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Dari 60 karya yang sudah dipatenkan, baru sebagian kecil saja karya yang bisa diproduksi massal dan berguna bagi masyarakat.

Ketua Pusat Bisnis dan Teknologi dan Industri Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) ITS Nyoman Pujawan mengakui banyak karya ITS yang telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), namun kini belum diproduksi secara massal. Hal itu terjadi karena peneliti tidak memiliki kemampuan memasarkan. Selain itu, butuh biaya yang tidak sedikit untuk memproduksi massal.

”Kami kan tidak punya unit usaha. Kemudian, waktu dan tenaga untuk pemasaran juga tidak ada. Ini yang membuat banyak hasil penelitian kami ”diam” di kampus saja,” ungkap Nyoman di sela-sela acara Forum Peneliti Industri di Ruang Rektorat ITS, Kamis 5 Agustus.

Pria asal Bali ini menambahkan, keberadaan peneliti industri di ITS sebenarnya bertujuan untuk mempertemukan antara teori dan hasil-hasil kajian kampus dengan pelaku industri. Setidaknya, ada lebih dari 20 pelaku industri dalam kegiatan yang baru pertama kali digelar kampus yang berada kawasan Surabaya Timur ini. Diharapkan, dari pertemuan ini ada pelaku industri yang tertarik untuk memproduksi hasil karya dari para peneliti ITS.

Sedikitnya ada sembilan karya dari ITS yang ditawarkan pada pelaku industri. Karya itu antara lain kapal trimaran, filter air, sepeda fleksibel, dan diagnosis penyakit. ”Nah, kami punya alat dan orang lain yang memproduksi,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Unit HAKI LPPM ITS Didik Prasetyoko memaparkan, tahun ini ITS menargetkan tujuh karya dari peneliti ITS terdaftar di HAKI. Namun, sejauh ini baru empat karya yang mengantongi hak paten. ”Saat ini sudah ada tujuh karya yang tersertifikasi,” tuturnya.

Salah satu jenis karya yang dipatenkan adalah Kapal Trimaran Bersirip. Kapal ini menggunakan alat disebut sirip yang dipasangkan pada bagian depan dari haluan kapal jenis trimaran. Fungsi sirip ini untuk membuat gaya angkat sehingga dengan sendirinya, badan kapal bagian depan akan terangkat ke atas. Ini terjadi apabila kapal tersebut diberi gaya dorong pada kecepatan tertentu. Dengan terangkatnya kapal ini, tahanan akan semakin kecil. Dampaknya, dengan kecepatan tertentu akan ditempuh jarak yang lebih jauh dibandingkan kapal yang tidak terangkat. Karya Paulus Indiyono, Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan ITS ini mengantongi hak paten sejak Desember 2006 dengan nomor paten: P00200700040.
(Lukman Hakim/Koran SI/rhs)


Okezone

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...