Sunday, 7 March 2010

Bioetanol Berbasis Selulosa

Peneliti bioteknologi Indonesia beberapa tahun terakhir mulai mengembangkan teknik proses atau teknologi biokilang untuk mengolah biomassa menjadi sumber bioenergi ramah lingkungan dan bahan-bahan adiktif berbasis biokimia. Pengembangan ini selain sebagai upaya melahirkan bahan bakar ramah lingkungan juga untuk menuju pada konsep industri bersih dan tanpa limbah.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber biomassa terbesar, bersaing dengan potensi di Brasil dan Afrika barat daya. Iklim tropis basah dengan curah hujan tinggi memungkinkan produksi biomassa jauh lebih besar dibanding kawasan lain di subtropis.

Biomassa yang berupa rumput-rumputan hingga tumbuhan kayu ini dapat dimanfaatkan mulai dari selulosa, hemiselulosa hingga lignin-nya. Selulosa dan hemiselulosa memiliki prospek sebagai sumber bioetanol, sementara lignin dapat diolah menjadi bioadesif , bioadiktif dan bahan kosmetika.

Penelitian yang dilakukan peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menunjukkan, limbah pabrik kelapa sawit berupa tandan kosong dapat diolah menjadi bioenergi. Limbah minyak sawit mentah (CPO) juga diproses menjadi biodiesel. Bahan lignin yang masih tersisa diolah lagi jadi adesif atau perekat.

Sementara itu, Bambang Prasetya, Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan peneliti lignoselulosa Samsuri meneliti pemanfaatan bagas atau limbah pabrik gula.

Dari bagas dapat dihasilkan bioetanol dan bahan biokimia. Untuk mengolah limbah ini dipakai cara biologis dengan menggunakan enzim yang berfungsi menguraikan selulosa.

Menurut Bambang Prasetya yang juga Ketua Konsorsium Bioteknologi Indonesia, kegiatan riset dalam lima tahun mendatang riset ditargetkan masuk ke tahap komersial dengan mengintegrasikan industri gula dan kelapa sawit.

Menurut Samsuri yang juga Kepala Subdit Analis Riset Iptek dan Pertumbuhan Ekonomi Kementerian Negara Ristek dan Teknologi, integrasi dengan industri merupakan kunci agar produk bioetanol dan biokimia layak secara ekonomi. Disamping itu, pengembangan teknologi biokilang untuk memroses biomassa berangkat dari konsep zero waste. Jadi harus terintegrasi untuk dapat memanfaatkan limbah industri yang ada,” katanya.

Indonesia lebih memilih teknologi bioproses etanol generasi kedua dengan memanfaatkan bahan limbah selulosa, yang potensinya sangat tinggi. Upaya ini telah dirintis LIPI bekerja sama dengan Jurusan Kimia Universitas Indonesia.

Pembangunan pabrik skala laboratorium untuk proses pembuatan bioetanol dan biokimia dari limbah selulosa tahun ini akan dimulai di Puspiptek Serpong. Unit produksi ini akan menghasilkan 200 kilogram bioadesif per batch.

technologyindonesia

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...