Showing posts with label Indonesia Teknologi. Show all posts
Showing posts with label Indonesia Teknologi. Show all posts
0

Dislitbangau Berhasil Uji Coba Parasut Terjun Freefall

Dislitbangau Berhasil Uji Coba Parasut Terjun Freefall DINAS Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) berhasil meneliti, membuat dan menguji coba parasut (payung) untuk terjun Freefall. Ujicoba dilaksanakan belum lama ini di Pangkalan TNI AU Suryadarma, Kalijati, Subang  dengan menggunakan dua Pesawat Helikopter EC 120 Colibri dari Skadron Udara 7 dan personel Paskhasau dari Wing 3 Paskhas Bandung sebagai penerjun. 

Menurut Kolonel Tek Christian Shahmo, Kasubdis Matsus Dislitbangau, selaku Kalakgiat mengatakan pembuatan payung tersebut Dislitbangau bekerjasama dengan PT Langit Biru Parasut Bandung  dan berhasil di uji coba dengan hasil baik dan memuaskan sehingga layak untuk diterbitkan sertifikat uji coba oleh Kadislitbangau, Marsma TNI Edy Yuwono.

Dijelaskan Kolonel Tek Christian uji coba dilakukan sebanyak tiga sorty dengan dua pesawat Helikopter EC 120 Colibri yang diawaki Letkol Pnb Daan Sulfi, Kadisops Lanud Suryadarma, Lettu Pnb Kadek, Mayor Pnb Anggit Budi W, Lettu Pnb Trio Agung dan  penerjun dari Wing 3 Paskhas, Pelda Rusli, Serka Petrus, Serka Almustofa (Juru Kamera)  dan Pelda Dwijo sebagai Jump master.

Sorty Pertama uji coba dilakukan dengan menggunakan dummy seberat 95 kg dan berhasil mengembang dan mendarat dengan baik, akhirnya sorty ke dua dan ketiga dilaksanakan uji coba langsung oleh penerjun dengan sistem HAHO dan HALO dari ketinggian diatas 7000 feet.

"Standar parasut baik dan layak untuk digunakan” Kata dua penerjun uji coba Rusli dan Petrus ketika mendarat setelah beberapa menit melayang di udara.

Hadir dalam uji coba tersebut sebagai penilai Kolonel Tek Andi PS, Dislambangjaau, Kolonel Tek Hadi Purnomo dan Kolonel Tek Didik Bangun, Dislitbangau, Letkol Pnb Agung Nugroho, Sopsau,Letkol Tek Iwan Tahandi, Srenaau dan beberapa Pamen dari Koharmatau, Korpaskhasau, Dispotdirga dan Depohar 70.(red)



0

★ Produsen Alutsista Lokal Bersaing Menguasai Pasar

Panser Taktis 4x4 Produksi Pindad
Panser Taktis 4x4 Komodo Pindad
(Foto Merdeka)
Jakarta Perkembangan produsen alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri tumbuh subur. Ibarat jamur tumbuh di musim hujan, para produsen berlomba untuk menguasai pangsa pasar militer. 

Sebut saja Pindad, sudah tak terhitung lagi jumlah alutsista yang diproduksi. Mulai dari peluru, bom peledak, hingga kendaraan berat perang.

"Ini BTN (Bom Tajam Nasional) 250, standar rusia untuk Sukhoi. Dan ini BT (Bom Tajam) 250 standar Nato biasa digunakan untuk F16, F5," kata staf Bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PT Pindad Bambang S saat static show alat peralatan pertahanan (Alpalhan) di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur.


Selain bom, Pindad juga memamerkan panser produksinya. Seperti Panser anoa 6x6 Command Type. Ada juga Rantis 4x44 MG Pindad Type APC Pendobrak yang cocok digunakan untuk pertempuran ringan, dan Tactical Vehicle 4x4 HD-V1 command Type.


Produsen alutsista PT Merpati Wahana Raya juga tidak kalah bersaing. Perusahaan yang berkantor di Jalan Sudirman Jakarta itu memiliki alutsista unggulan seperti Ivander Eod, yaitu seperangkat mobil penjinak bom.


Dengan dilengkapi berbagai kelengkapan evakuasi, proteksi, disposal, dan deteksi, membuat kegiatan penjinakkan bahan peledak lebih cepat aman efektif dan efisien.


Menurut Bambang, ketimbang produsen alutsista dalam negeri lain, PT Pindad lebih maju dari sisi teknologi. Namun bukan berarti tanpa kelemahan. Salah satu kelemahan yang masih dialami PT Pindad dari segi pemasaran.


"Kita tidak ada stok, kalau ada permintaan baru produksi, karena tidak diizinkan produksi. Segi pemasaran terbatas," terang Bambang.


Sebanyak 38 perusahaan ikut statistic show, yaitu Working Grup Rantis 4X4 TNI, Balitbang Kemhan, Dinas Penelitian Dan Pengembangan TNI AD, Dinas Penelitian Dan Pengembangan TNI AL, Dinas Penelitian Dan Pengembangan TNI AU, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), LIPI, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN, PT PAL, PT INTI.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Robot Penjinak Bom Beraksi di Mabes TNI

Jakarta � Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengadakan pameran Static Show Alat Peralatan Pertahanan (Alphalhan) Dalam Negeri 2013 di Markas Besar TNI. Salah satu yang menyedot perhatian pengunjung adalah atraksi robot dalam mengamankan dan memindahkan bom.

Ari Hidayat, tim teknis dari Merpati Wahana Raya, salah satu perusahaan yang ikut serta dalam pameran Alphalhan mengatakan robot penjinak bom ini sengaja dirancang untuk menjamin keselamatan para petugas. Sebab, biasanya petugas turun langsung ke lapangan dan bertaruh nyawa untuk menjinakan bom tersebut.

"Bisa diledakan using by robot. Jadi lebih menghargai nyawa manusia," kata Ari di lapangan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (29/1/2013).

Ari menambahkan robot penjinak bom ini dilengkapi dengan 43 item alat penjinak dan remote kontrol yang berada di dalam mobil Penjinak Bahan Peledak (Jihandak). Dari dalam mobil tersebut, petugas bisa mengontrol aktivitas robot.

"Bisa mencari bom, ada kameranya. Misalnya masuk ke dalam gedung, terus memindahkan bom dari sana," ujar Ari.

Robot ini berbentuk seperti mobil dalam permainan gokart berukuran 1x2 meter berwarna hitam. Dilengkapi kamera di bagian depan mobil yang berfungsi untuk mendeteksi bom.

Menurutnya, TNI sudah membeli robot penjinak bom buatan dalam negeri ini. Namun, Ari enggan menyebutkan berapa unit yang sudah dibeli.

"Sudah ada yang beli. Harganya capai angka milyaran, satu set robot dengan mobil jihandak," ujarnya.


Detik
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Kontrak Kapal Perang dengan Palindo Berlanjut

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3YEAiQaYK1KruDCh6JHcloYtfsVlnqV3TvwBRN-6DzLlGNwmhycPqaFruPmVX2SFIbB-u-xLgz9-HQu19R1lETgcp8D9Y9vELgSEYiAyqZpIVGWi7_Mzt5ksH-z4No-lRkfVG1vD0dfXE/s1600/25012013_Kota_KRI_Beladau_643_Argi_01.jpg
KRI Beladau 643 (Foto Tribunnews Batam/Argyanto)
Jakarta | Kementerian Pertahanan berencana untuk menyerahkan sisa kontrak kebutuhan kapal cepat rudal 40 kepada PT. Palindo Marine, Batam. Sebelumnya perusahaan ini sukses memproduksi KRI Clurit 641, KRI Kujang 642 dan KRI Beladau 643.

Palindo masih punya 'hutang' satu unit KCR 40 lainnya yang ditargetkan rampung akhir tahun ini. Jika selesai, TNI AL akan memiliki empat unit kapal dari 16 unit KCR 40 yang ditargetkan hingga tahun 2019 mendatang.

"Dari kajian TNI AL, kami cenderung untuk menyerahkan kontrak produksi KCR 40 kepada Palindo," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Jumat, 25 Januari 2013 usai menerima protocol of delivery KRI Beladau 643 dari Palindo.

Palindo Marine sendiri baru menandatangani kontrak untuk produksi empat unit kapal cepat rudal dari 16 kapal yang ditargetkan dalam target minimum pengadaan alat utama sistem persenjataan. "Pertimbangan untuk meneruskan kontrak dengan Palindo antara lain masalah perawatan kapal," ujar dia.

Direktur Utama Palindo Marine Harmanto mengaku siap untuk meneruskan kontrak produksi KCR 40. "Kami tidak masalah jika target pengadaan kapal dipercepat," kata Harmanto.

Pembuatan KCR 40, ujar dia, membutuhkan waktu 12 bulan untuk setiap unit. "Tapi tidak masalah karena kami bisa kerjakan secara paralel." Ahak--panggilan akrab Harmanto, mengaku mampu membangun lima kapal cepat rudal sekaligus.

Namun Kementerian Pertahanan mengakui masalah pendanaan masih menghambat percepatan produksi KCR 40. Tiga unit kapal yang sudah diproduksi, seluruhnya menggunakan skema pinjaman dalam negeri. Bank Mandiri selaku bank milik pemerintah ikut membiayai pembuatan kapal senilai Rp 75 miliar per unit.

Kapal cepat rudal sepanjang 44 meter ini terbuat dari high tensile steel pada bagian lambung dan aluminium alloy di bagian atas. KCR 40 dapat melaju hingga 30 knot, atau kurang lebih 60 kilometer per jam.
0

Surya ciptakan kompor serbaguna berbahan bakar air

ilustrasi Kompor Berbahan Bakar Air Eddy Suprianto
Mataram | Lalu Mandra Rama Dwi Surya (41) Kota asal Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat berhasil menciptakan kompor serbaguna berbahan bakar air dengan titik didih mencapai 800 derajat celcius.

"Saya menciptakan kompor tersebut untuk membantu petani yang selama ini mengalami kesulitan bahan bakar minyak untuk oven tembakau virginia. Kalaupun ada mereka harus membeli dengan harga tinggi sejak dicabutnya subsidi bahan bakar minyak tanah," katanya di Mataram, Senin.

Ketika mendaftarkan hak paten kompor gas serbaguna berbahan bakar air di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Provinsi NTB, dia mengatakan, kompor tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk oven tembakau, tetapi juga keperluan lain, seperti pengering gabah dan oven kopra.

Ia mengatakan, penemuan kompor berbahan bakar air itu membutuhkan waktu cukup lama, mencapai satu tahun. Uji coba dilakukan selama setahun sehingga bisa menghasilokan kalori cukup tinggi dengan titik didih mencapai 800 derajat celcius.

"Dari beberapa kali uji coba kompor tersebut bisa mendidihkan aluminium, karena titik didihnya cukup tinggi dan kalorinya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan," ujarnya.

Menurut Surya, dengan 1 liter minyak dan 1,5 liter air kompor ciptaannya itu bisa menghasilkan kalori 800 derajat celcius, sehingga kompor tersebut cukup menguntungkan kalau digunakan untuk oven tembakau virginia.

Surya mengatakan, kalau menggunakan kompor biasa dibutukan dua setengah drum bahan bakar minyak tanah atau solar untuk mengoven tembakau dalam waktu empat hari. Sementara dengan kompor yang diciptakan hanya membutuhkan paling banyak satu drum bahan bakar.

"Dengan menggunakan kompor hasil ciptaan saya petani bisa mengurangi biaya bahan bakar hingga 50 persen. Karena bahan bakar yang digunakan lebih banyak air," katanya.

Dia mengatakan, kompor ciptaannya itu sudah diuji coba di hadapan petani tembakau virginia di Kabupaten Lombok Timur. Para petani menyatakan berminat untuk membeli dan menggunakan kompor tersebut, karena dinilai lebih menguntungkan.

Surya mengatakan, setelah melakukan uji coba, sekitar 100 orang petani memesan kompor tersebut. Namun bisa dilayani karena harus didaftarkan terlebih dahulu untuk mendapatkan hak paten.

Mengenai harga kompor serbaguna itu, Surya mengaku belum bisa memastikan harga, karena masih menghitung harga komponen bagan baku, namun diperkirakan tidak lebih dari Rp 1,5 juta per unit.

"Para petani berani membeli dengan harga tersebut, karena harga kompor yang selama ini mereka gunakan untuk oven tembakau mencapai Rp 5 juta per unit, lebih murah dari kompor ciptaan saya yang relatif irit bahan bakar," ujarnya.(ANT)


Antara
0

★ Kemenristek Akan Buat Skuadron Pesawat Tanpa Awak

http://img.antaranews.com/new/2012/10/small/20121011Pesawat-Tanpa-Awak-111012-wsj-7.jpg
PUNA Wulung
Jakarta | Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengatakan pada tahun 2013 pihaknya akan membuat satu skuadron pesawat tanpa awak untuk kepentingan mata-mata sistem pertahanan nasional.

"Kementerian Pertahanan meminta untuk dibuatkan satu skuadron pesawat tanpa awak. Setidaknya pembuatannya untuk keperluan memata-matai," kata Menristek Gusti Muhammad Hatta, di Jakarta, Kamis.

Gusti Muhammad Hatta mengatakan pesawat tanpa awak merupakan salah satu fokus pengembangan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang akan dilakukan lembaganya tahun ini, selain rencana pembuatan roket serta satelit.

Menurut dia, selain untuk keperluan pertahanan pesawat tanpa awak juga dapat berfungsi membantu menghasilkan hujan buatan dan keperluan pengamatan di daerah berbahaya.

"Pesawat tanpa awak dapat masuk menembus awan untuk menabur garam membuat hujan buatan, serta untuk mengamati gunung berapi yang berbahaya apabila dilakukan pesawat berawak. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengamati praktik `ilegal fishing` dan `ilegal logging`," kata dia.

Gusti mengatakan di luar negeri pesawat tanpa awak sudah digunakan untuk kepentingan perang. Di Israel misalnya, pesawat tanpa awak dilengkapi dengan senjata untuk menembak.

Sejauh ini Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menghasilkan sejumlah pesawat tanpa awak. Ia mengatakan bahwa dalam pembuatan skuadron pesawat tanpa awak, Kemenristek kembali akan menggandeng dua lembaga tersebut.

"Sejauh ini LAPAN sudah membuat satu pesawat tanpa awak ukuran kecil. Sedangkan BPPT sudah mengembangkan tiga kelas pesawat tanpa awak yakni ukuran kecil, sedang dan besar," kata dia.

Pendanaan pesawat tanpa awak menurut dia akan disediakan oleh Kementerian Pertahanan.(R028)


Antara
0

★ Mobil Listrik Tucuxi

 Dahlan Iskan Ingin 'Majukan' RI dengan Mobil Listrik 

Dahlan Iskan di dalam mobil Jakarta Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan alasannya mengembangkan mobil berbahan bakar listrik. Hal itu dilakukannya untuk membuat menjadi kompetitif di mata dunia.

Saat ini, dia menjelaskan, seluruh dunia tengah mengembangkan mobil listrik. Seluruh dunia, lajutnya, sama-sama ingin produksi mobil yang ramah lingkungan ini.

"Kalau kita memasuki industri bensin itu, apakah kita bisa bersaing dengan luar," ujar menteri BUMN, Dahlan Iskan, di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/12/2012).

Sementara itu, Dahlan melanjutkan, jika Indonesia masih saja mengembangkan mobil berbahan bakar BBM, maka dia memastikan Indonesia akan ketinggalan. "Kalau mengembangkan mobil bensin, entah kapan bisa menyusul," ujar Dahlan.

Dahlan sendiri, mendukung pengembangan mobil Tucuxi, yakni mobil sekelas Ferarri. Dahlan bahkan mengaku sudah merogoh dana sampai Rp 3 miliar. Sebagai perbandingan, harganya mobil ini jika dijual ke publik akan senilai Rp 1,5 miliar.

Selain mobil mewah, Dahlan juga tengah mengembangkan mobil listrik untuk kelas menengah ke bawah.

"Mobil listrik di masyarakat yang kita kembangkan Ahmadi, nanti diproduksinya, ada juga nanti minibis kecil, Nanti akan ada sekelas avanza diproduksi April," pungkas Dahlan.(wdi)

 Dahlan Iskan Klaim Tucuxi Sudah Dipesan 100 Unit 

detail beritaDahlan Iskan mengklaim mobil Tucuxi yang dijual Rp 1,5 miliar itu sudah dipasan 100 unit oleh kalangan pengusaha.

"Yang mesan ini sudah ada 100 unit. Umumnya para pengusaha," ujar Menteri BUMN, Dahlan Iskan, di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/12/2012).

Dahlan mengaku walau sudah ada yang memesan, tetapi dia belum akan memproduksi. "Tapi saya belum melayani sampai ini, mencoba seribu KM. Mungkin akan dicoba ke Jogja, ke Bandung, dicoba," ujar Dahlan.

Dahlan mengakui, kemungkinan untuk mencapai seribu KM membutuhkan waktu selama sebulan. “Karena saya sibuk," ujarnya.

Selain itu, dia memperediksi akan memproduksi mobil tersebut pada Mei 2013. Pasalnya, dia menginginkan mobil “Ferrari” itu diproduksi 100 persen oleh Indonesia.

"Mungkin produksi Mei, karena April baru produksi batere. Saya gak mau kalau batere impor," ujar Dahlan.(uky)

 Power Steering Tucuxi Bermasalah Saat Uji Coba 

Hari ini ‘Ferrari’ listrik yang didukung Menteri BUMN Dahlan Iskan akan diuji coba di kawasan Gelora Bung Karno. Baru hendak dicoba Dahlan, mobil bernama Tucuxi itu memiliki masalah pada power steering-nya.

"Karena baru hari ini keluar maka harus sedikit disempurnakan power steering-nya," kilah Dahlan, yang tiba di Gelora Bung Karno pukul 10.00 WIB itu, Minggu (23/12/2012).

Mantan Dirut PLN itu mengklaim, mobil tersebut bisa sampai 400 km. Mengenai daya minimalnya sekira 6 jam. "(Daya minimal) bisa disetel, masih 6 jam," ujar Dahlan.

Dahlan mengatakan, mobil "Ferrari" nya bisa berjalan dengan kecepatan 200km/jam. "Mobil ini 200KWh, mungkin setara 3000cc (mobil Bahan bakar mesin)," ujar Dahlan.

Dia juga mengaku telah mencoba mobil tersebut ke Bandara Soekarno Hatta yang menghabiskan waktu sekira 4jam. "Ini pun (daya listriknya) masih sisa mungkin bisa sampai 5 jam," akunya.(uky)


Okezone
0

★ KRI Klewang Kedua Dibangun Awal tahun 2013

Banyuwangi PT Lundin Industry Invest, perusahaan pembuat kapal perang asal Banyuwangi, Jawa Timur, akan memulai pembuatan KRI Klewang kedua pada Januari 2013. "Semaga awal 2013 bisa dimulai," kata Direktur PT Lundin, Lizza Lundin, melalui pesan pendek kemarin. KRI Klewang pertama, bernomor 625, terbakar habis di Selat Bali pada 28 September lalu.

Kapal seharga Rp 114 miliar ini diluncurkan pada 31 Agustus 2012. Penyebab kebakaran adalah korsleting listrik pada saat pemasangan mesin dan instalasi listrik di galangan ke kapal. Menurut Lizza, Klewang kedua akan dibuat dengan bahan yang sama, yakni komposit karbon, dan dilengkapi dengan teknologi anti-terbakar. Hal itu, kata Lizza, dilakukan agar insiden terbakarnya Klewang pertama tidak berulang. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Surapati mengatakan Angkatan Laut sedang mengkaji tiga opsi penggantian kapal perang KRI Klewang 625. "Sampai hari ini kami belum memutuskan memilih opsi yang mana," kata Untung.

● Opsi pertama, kapal baru dengan material sejenis kapal lama, namun dengan kualitas bahan yang lebih baik.
● Opsi kedua, kapal sejenis namun materialnya diganti, dari komposit fiber menjadi baja atau aluminium.
● Opsi ketiga, jenis kapal diganti menjadi KCR-60.

Menurut Untung, saat ini Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan, Banten, masih menguji material komposit fiber. Kalau material itu dinilai baik, TNI AL mungkin akan memilih opsi yang pertama. "Tapi, dengan catatan kualitas bahannya kelas satu," kata dia.

Untung memastikan TNI AL tidak mengeluarkan duit sepeser pun dalam pembuatan KRI Klewang baru. Sebab, dalam kontrak, kata Untung, PT Lundin sebagai produsen bersedia bertanggung jawab melakukan penggantian jika terjadi kerusakan kapal. "Alternatif mana pun yang kami pilih, Lundin siap mengganti," kata Untung.

0

BPPT Siapkan Platform Angkutan Umum Murah 1.000 cc

Kendaraan jenis ini akan menjadi bagian transportasi pedesaan.

Ilustrasi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mempersiapkan platform angkutan umum murah nasional dengan kapasitas mesin di bawah 1.000 cc.

Kendaraan jenis ini akan menjadi bagian transportasi pedesaan.

"Awalnya kita siapkan platform, setelah itu komponen-komponennya, dan kemudian engine-nya," kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri dan Rancang Bangun BPPT, Erzi Agson Gani pada Pertemuan tentang Catatan Akhir Tahun BPPT 2012 di Jakarta, Jumat (21/12).

Dia mengatakan, platform angkutan umum murah industri dalam negeri ini seperti halnya dilakukan Proton di Malaysia. Untuk tahap awal di 2012, Kementerian Perindustrian telah mendanai Rp 50 miliar.

"Ini kelanjutan platform komodo yang dibuat BPPT, berupa bus gandeng yang digunakan busway dan sudah diproduksi oleh PT Asia Auto International (AAI) di Sentul dan PT Inka Madiun," katanya.

Erzi menjelaskan, melalui kerjasama Kemperin dan industri dalam negeri, akan dibuat embrio industri otomotif nasional, sehingga diharapkan bisa menjadi motor penggerak industri nasional lainnya.

Saat ini, kata Erzi, omzet bisnis otomotif mencapai Rp 300 triliun dengan pasar 1 unit kendaraan roda empat per tahun. Sayangnya, meski potensi pasar besar, namun mayoritas diisi kendaraan impor meski sebagian dirakit di dalam negeri.

BPPT, lanjut Erzi, pada 2012 juga telah mendesain pabrik gula berkapasitas 10.000 ton tebu per hari dalam rangka program revitalisasi industri gula nasional untuk mencapai swasembada gula tahun 2014.

Sementara jika desain industri gula dibuat sendiri, maka industri komponen seperti boiler, turbin, stasiun penggilingan juga diproduksi di dalam negeri.

"Kita harus mulai membuat desain pabrik sendiri agar bisa menciptakan berbagai komponen dan mesin pabrik sendiri. Kelemahan kita senang membeli desain pabrik dari luar, padahal begitu kita menggunakan desain misalnya dari China, maka mesin, komponen dan lainnya juga harus datang dari China," katanya.


Berita Satu
0

✪ Avionik Pesawat Tempur Lokal Buatan Kota Buaya

Alumni Sepuluh November membuat terobosan yang canggih 


Avionik Pesawat bukan lagi hanya buatan pabrikan Eropa dan Amerika yang bisa bikin Avionik kelas wahid. Di Surabaya, kota yang terkenal sebagai kota buaya, anda akan bangga melihat sekelompok teknisi putra bangsa yang bisa membuat sendiri avionic pesawat tempur. Beberapa malah telah dimodifikasi hingga berkemampuan lebih tinggi.

Rumah Produksi yang didirikan sekelompok insinyur Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya ini, sebenarnya sudah berdiri sejak 1992, namun baru berjalan beberapa tahun belakangan namanya terpublikasikan. Nama Adi Sasongko, Kepala Divisi Defence PT Infoglobal, terpilih menjadi satu dari enam peraih penghargaan Indigo Fellow 2010.

Indigo Fellow adalah penghargaan tahunan dari Telkom Group dan majalah Warta Ekonomi yang diadakan untuk mengangkat teladan di bidang pengembangan industri kreatif digital nasional.

Profil Adi dari kreasi yang dipamerkan sebenarnya tidak begitu eye catching. "Tapi setelah barang yang saya bawa dan di terangkan secara terbalik, barulah tim juri tersadar. Sebab, dibalik barang ini tertera jelas bahwa Indonesia sudah bisa membuat piranti elektronik untuk pesawat terbang." kenang Adi Sasongko sambil menunjuk Inertial Navigation Unit (INU-Avionik pemandu navigasi) dan penjagaorintasi pesawat tempur, barang yang mengantarnya sebagai peraih penghargaan yang cukup bergensi itu.

Beberapa Juri kaget dan kagum waktu dirinya menjelaskan bahwa INU adalah salah satu piranti elektronik vital pengendali misi penerbangan pesawat tempur. Lalu dijelaskan bahwa peranti tersebut merupakan computer mini dan giroskop - komponen langka nan mahal yang biasa digunakan untuk menjaga keseimbangan rudal.

Menurut Adi, meniru avionik buatan negara maju bukanlah pekerjaan sederhana karena harus ditopang misi yang jelas, biaya yang tidak sedikit, peralatan canggih, serta berhadapan dengan resiko gagal. Hal terakhir tak tak bisa ditolak mengingat hampir semua peralatan dengan spesifikasi militer telah "dikunci" oleh pembuatnya, alias sedemikian rupa hingga mustahil bisa ditiru. Pada kenyataannya, semua ini bisa dilalui.

Sejauh apakah kehebatan industri kreatif yang dikembangkan Adi dan teman-temannya itu? Apakah kreasi mereka hanya sebatas INU?

Ketika Angkasa bertandang kerumah produksi Infoglobal yang tergolong sederhana, yang hanya dihuni puluhan insiyur, teknisi dan staf administarsi, Divisi Defence Infoglobal ternyata telah membuat pula Multi Purpose Display, Digital Video Recorder, Head Up Monitor, Radar Display Unit, dan Multi Function Display.

"Kalau dipadukan, semua ini sebenarnya sudah merupakan kesatuan avionik yang utuh, seperti yang biasa terlihat di dashboard pesawat tempur sendiri. Jadi Kalau ditanya, apakah Indonesia bisa membuat pesawat tempur sendiri? Jawabanya adalah bisa! Untuk airframe serahkan saja pada Dirgantara Indonesia, sedang untuk avionik biar kami yang buat," sahut Adi penuh percaya diri.

Yang lebih mencengangkan, tak jarang dalam avionik rancangan Surabaya ini dicangkokan sub-sistem modifikasi yang amat diperlukan penerbang. Dalam DVR, avionik perekam maneuver penerbangan yang tergolong vital untuk pesawat tempur F-6, Hawk 100/200 dan F5E Tiger II, misalnya, telah dipasang hard disk yang bisa merekam data gerakan pesawat jauh lebih banyak.

"Kalau DVR orisinil buatan BAE (British Aerospace) hanya bisa merekam 45 menit, kami telah membuatnya sampai 11 jam, " ujar Adi. Dengan kapasitas rekam yang lebih besar, penerbang maupun instruktur selanjutnya bisa leluasa mengevauasi proses latihannya di udara.

Alih-alih menyesuaikan dengan kebutuhan masa kini, mereka juga telah "menanam" modul pengisian data berikut konektor USB rancangan sendiri pada CDU. Berkat modul ini, penerbang tak perlu lagi terburu-buru memasukan data penerbangan di kokpit pesawat. Mereka bisa mempersiapkannya selagi di markas. Data tersebut tinggal di transfer lewat flashdisk. Cara ini jauh lebih hemat dan praktis ketimbang cara lama yang harus langsung diisi di kokpit dalam keadaan mesin pesawat hidup.

"Belakangan kami juga telah merapungkan Multi Fuction Display yang bisa menyederhanakan sederetan avionic analog C-30 Hercules hanya pada satu layar CRT saja, " tambahnya.

Kebijakan Teknis 



Begitupun, semua kehebatan ini tidak datang dengan sendirinya. Adi dan teman-temannya harus menempuh jalan berliku dan kerja tak kenal menyerah. Teknisi dibagian workshop, misalnya, telah memecahkan sepuluh keeping LCD yang cukup mahal demi mengetahui teknik memotong LCD yang benar. Untuk menguasai cara kerja giroskop, mereka juga harus "mengorbankan" sebuah giroskop hanya untuk dibedah.

Jalan pintas yang terbilang "riset" ini diyakini harus dilalui karena dengan cara seperti itu mereka bisa memahami piranti yang akan "ditiru" atau :diciptakan". Dengan cara seperti ini mereka juga yakin menguasai cara membuat piranti canggih yang tak pernah diajarkan di bangku sekolah, yang uniknya hanya karena didapat setelah melalui kegagalan demi kegagalan di bengkel.

"Bagaimanapun, semua harus kami cari sendiri, karena tak satupun Negara mau bermurah hati memberinya secara gratis. Dalam industri piranti canggih, pilihannya hanya dua: mencuri atau membuat sendiri. masaklah kita harus mencuri?" ujar Adi.

Ketika perusahaan ini didirikan pada tahun 1992, para pendirinya tak membayangkn akan menggeluti industy avionic. Awalnya perusahaan yang lebih ingin disebut kelompk peneliti ini lebh tertarik merancang perangkat lunak dan system informasi untuk mengatasi problem dibidang manajemen. Seperti merancang Route Management System, Flight management System dan Crew Management System untuk perusahaan penerbangan.

Mereka juga merancang Automated Mapping/ Facility Management (AM/FM) untuk jaringan listrik, pesanan PT PLN. Lalu, sistem pemantau situasi udara pesanan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) yang selanjutnya membuka cakrawala atau ide pembuatan piranti elektronik yang diperlukan angkatan udara. Dengan sistem pemantau situasi udara ini, Kohanudnas bisa memantau seluruh pergerakan pesawat udara secara real-time, baik sipil maupun militer, yang ada di wilayah udara Indonesia.

Dalam perjalanannya, karena mereka juga merancang komponen elektronik pendukung modul aplikasi grafik, akhirnya terpikir pula untuk membuat perangkat yang lebih canggih. Sejak itulah mereka kemudian tertantang membuat avionik.

Namun demikian, apalah artinya kepiawaian yang mereka kuasai jika tidak ditopang pasar yang tidak pasti? Masalah inilah yang mengganjal antusiasme mereka untuk berkembang sembari dan memajukan Indonesia. Di mata Adi Sasongko, Pemerintah Indonesia belum memberikan kebijakan teknis agar industri semacam ini bisa terus maju dan berkembang.

"Kalaupun Presiden sudah menyatakan bahwa Indonesia harus mengutamakan produk dalam negeri, sayangnya pernyataanitu hanya berhenti dalam tataran political will. Sejauh ini tidak ada juklak tentang apa yang yang harus kami lakukan dan tentang bagaimana barang-barang ini bisa diserap untuk kebutuhan dalam negeri," ujarnya.

Alhasil, sejauh ini industri dalam negeri seperti Infoglobal masih gamang ditengah aliran piranti serupa dari luar negeri. Di sejumlah negara, hal seperti ini tidak terjadi karena pemerintah memberi semacam proteksi dan stimuli berupa loan atau proyek sebagai bekal untuk pengembangan diri.

Di Korea, misalnya, sejumlah elektronik dan otomotif (seperti Samsung dan Daewoo) kerap diberi obligasi untuk membuat sistem persenjataan yang akan dibeli untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjatanya. Memang dengan harga murah, namun setelah produksi mencapai titik impas, mereka bisa mengekspornya dengan harga internasioanal.

Semoga Pemerintah bisa menerapkan kebijakan semacam itu, agar industri-industri menggiurkan yang dikelola Adi Sasongko tidak diserap kekuatan asing, yang tahu bagaimana mengekploitasi kemampuan langka ini. Karena menurut info terakhir Malaysia berminat untuk menggunakan piranti ini untuk pesawat Hawk nya. Semoga denga adanya UU Inhan , perusahaan kreatig seperti ini dapat maju dan mengharumkan Indonesia kedepan.



Kokpit upgrade pesawat tempur F-5 (Foto Defense Studies)



Sumber Majalah Angkasa Juli 2011


© Garuda Militer
0

Aplikasi Gold Messenger Kreasi UNS

Bosan Lemot, Tiga Anak Muda Solo Luncurkan Gold Messenger

Solo -  Tiga anak muda Solo, Jawa Tengah, berhasil membuat platform atau sistem komunikasi terintegrasi layaknya aplikasi yahoo messenger dan whatsapp.

Aplikasi yang diberi nama Gold Messenger itu diluncurkan ketiga anak muda itu sejak 17 Nopember lalu. Ketiganya adalah Zandra Dwanita Widodo, Hendrik Priyo Utomo, dan Bughy Rubiyanto.

Mereka tercatat sebagai mahasiswa jurusan Pendidika Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dalam paparannya di hadapan wartawan, Kamis (22/11), Zandra selaku koordinator Tim Konseptor mengklaim Gold Messenger memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan aplikasi serupa. Salah satunya adalah keluwesan penggunaannya.

Gold Messenger bisa digunakan untuk berkomunikasi antar PC, notebook, tablet, dan hampir semua mobile device. Baik yang berbasis android, symbian, java, windows phone, pocket PC dan sebagainya tanpa mengganggu aplikasi yang sudah ada sebelumnya.

Satu lagi nilai tambah Gold Messenger adalah kemampuannya mengirim data berupa video, gambar, atau audio secara instan dan tanpa lelet. Itu karena Gold Messenger didukung sebuah server berkapasitas besar yang berlokasi di Indonesia.

Ide membuat Gold Messenger ini, menurut Zandra, juga tidak terlepas dari kejengkelan mereka terhadap aplikasi messenger asing yang sering lelet karena servernya di luar negeri. Di samping itu, ia dan dua rekannya sangat menginginkan Indonesia memiliki platform sistem komunikasi terintegrasi sendiri.

"Kemunculan Gold Messenger ini kami harap menjadi tonggak resistensi terhadap eksploitasi produk asing terhadap kemandirian dan kesejehteraan rakyat Indonesia," tegas Zandra. (FR/OL-01)


© Media Indonesia
0

★ Sodoran Baru dari Industri Pertahanan Nasional (2)



CN-235 ASW (Foto Defense Studies)

Matra Udara


PT DI selain punya produk baru berupa pesawat angkut medium CN-295, kali ini juga membawa model pesawat CN-235 ASW. Pengalaman engineer PT DI dalam proyek Meltem II di Turki menjadikan pengalaman berharga untuk terus mengembangkan pesawat ASW ini. Meskipun pada bodinya tertulis TNI AL namun tipe inilah yang ditawarkan untuk Filipina lengkap dengan MAD (magnetic anomaly detector) boom di bagian ekor dan torpedo di sayapnya. Adapun yang saat ini dibangun untuk TNI AL sekarang bukan versi ASW namun versi surveillance. PT DI juga siap seandainya TNI AL ingin pesawat ASW dengan platform yang mempunyai jarak jangkau lebih jauh maka PT DI akan mengajukan CN-295 ASW bagi TNI AL.


Persenjataan, Elektonika, dan Instrumentasi


Brosur Seahake torpedo kelas berat Atlas Elektronik dan PT DI (Foto Defense Studies)

Melalui divisi persenjatannya kita kenal PT DI sebagai pembuat berdasar lisensi atas torpedo kelas berat SUT, jangan kaget bila dalam pameran kali ini PT DI menawarkan 3 torpedo sekaligus : SUT, Seahake Mod4 dan Seaspider yang dibuat oleh Atlas Elektronik (sebelumnya AEG Aktiengesellschaft Marinetechnik beralih menjadi STN-Atlas Elektronik Underwater Technology dan akhirnya menjadi Atlas Elektronik) German.

Seahake Mod4 merupakan varian akhir dari SUT yang lisensinya diperoleh PT DI pada tahun 1986. Jika PT DI memperoleh lisensi Seahake Mod4 yang mempunyai jangkauan 50 km maka tinggal selangkah lagi untuk bekerjasama dengan Atlas Elektronik untuk  torpedo Seahake Mod4 ER. Sebagaimana diberitakan pada uji coba Mei 2012, maka rekor torpedo saat ini dipegang oleh Seahake Mod4 ER yang dapat menghancurkan sasaran pada jarak 140 km.


Seaspider adalah torpedo pertama yang dibuat untuk anti torpedo. Sistem torpedo ini bereaksi cepat terhadap torpedo yang mendekat dan efektif melawan semua jenis torpedo. Ada dua varian peluncur torpedo ini dari kapal permukaan. Tidak dijelaskan apakah Sehake dan Seaspider ini akan diakuisi oleh TNI AL atau tidak.


PT Pindad menampilkan varian senjata SS2 termasuk varian terbaru SS2V5, juga senapan runduk, pistol dan bom.  PT Sari Bahari juga turut memamerkan bom produksinya yang terdiri dari P-100, P-25, dan roket FFAR.


Combat Management System KRI Yos Sudarso (Foto Defense Studies)

Menarik disimak adalah aplikasi Combat Management System pada KRI Yos Soedarso yang telah menggunakan produk CMS PT Len dan lulus pada uji penembakan yang diadakan di Pulau Gundul. Dengan keberhasilan ini maka CMS produkasi LEN akan digunakan pada tiga fregat sejenis lainnya.

LenLink tactical data link PT Len (Foto Defense Studies)

PT Len juga berhasil membuat peralatan untuk pertukaran data dari udara, permukaan, dan bawah air. LenLINK demikian namanya, untuk menjamin tingkat keamanan dan kehandalan dalam pengiriman data dimungkinkan untuk dilakukan customisasi protocol dan algoritma enkripsi.

Electronic Support Measures (Foto Defense Studies)

Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi/PPET-LIPI yang selalu hadir dalam pameran Indodefence, kali ini menghadirkan Coastal Radar dan Electronic Support Measures untuk kapal kombatan. ESM adalah alat untuk memperoleh data/parameter signal elektronik beserta analisanya dari kapal musuh.

Road map PT Inti untuk teknologi radar (Foto Defense Studies)

Dalam aplikasi radar untuk militer, PT Inti juga tidak mau ketinggalan, dapat dilihat dengan jelas mengenai visi PT Inti untuk menguasai teknologi radar dimulai dari navigation radar, ground surveillance radar, missile tracker radar, airborne surveillance radar, dan weather radar.


CMI Teknologi yang telah bekerjasama dengan Lockheed Martin juga tampil pada pameran kali ini. Perusahaan yang bergerak dalam microwave dan RF modul ini terpilih oleh Lockheed Martin untuk turut serta dalam pembuatan radar pertahanan udara TPS-77 dan FPS-117.

Kokpit upgrade pesawat tempur F-5 (Foto Defense Studies)

Perusahaan yang berbasis di Surabaya yang telah dipilih untuk menjadi rekanan dalam integrasi radar sipil dan militer yaitu PT. Infoglobal pada pameran kali ini menampilkan kokpit pesawat tempur F-5 yang telah diupgrade. Perusahaan melihat peluang karena TNI berniat memperpanjang usia pakai F-5 Tiger hingga tahun 2020.

UAV taktis dan untuk keperluan surveillance dari IPCD-SSE (Foto Defense Studies)

IPCD-SSE tampil dalam Indodefence 2012 membawa dua tipe SUAV (small UAV), pesawat tanpa awak ini diperuntukkan bagi kegiatan riset, surveillance, reconnaisance, bahkan dimungkinkan sebagai target dan decoy. Tactical UAV dengan MTOW 2 kg dapat membawa beban 0,5kg sedangkan Surveillance UAV mempunyai MTOW hingga 6 kg dan dapat membawa beban hingga 1 kg.


0

★ Sodoran Baru dari Industri Pertahanan Nasional (1


Kapal tanker/Bantu Cair Minyak 93 meter DKB (Foto Defense Studies)

Membandingkan pameran Indodefence 2012 terhadap perhelatan yang sama dua tahun sebelumnya, terasa sekali bedanya, disamping jumlah pesertanya yang lebih banyak, pada business day terasa sekali stan-stan yang ada ramai dikunjugi kalangan bisnis dan militer dari dalam negeri maupun negara-negara tetangga.

Industri pertahanan nasional, baik BUMN (state owned) maupun swasta juga tampil lebih baik dari tahun lalu, banyak sodoran produk baru pada pameran kali ini, lebih khusus lagi adalah bagi industri pertahanan swasta Indonesia yang pada pameran kali ini banyak yang mengambil stan-stan besar.

Matra Darat
Rantis Komodo dengan payload 2,5 ton (Foto Defense Studies)

Pindad selain mengusung panser kanon menampilkan juga kendaraan taktis 4x4 yang akhirnya diberi nama Komodo oleh Presiden, rencananya Komodo dibuat dalam beberapa varian yaitu : V1 untuk Intai, V2 untuk APC, V3 untuk Komando, V4 untuk angkut rudal Mistral dan V5 sebagai varian khusus. Kendaraan ini diharapkan dapat mengikuti jejak kesuksesan panser Anoa 6x6.
Acmat VLRA 4x4 truk taktis dengan payload 2,5 ton SSE (Foto Defense Studies)

SSE yang beberapa waktu lalu telah berhasil mengeksport produknya ke Srilanka, kali ini tampil agak berbeda, selain mengusung kendaraan taktis kelas ringan P2 dalam versi Commando (payload 1,0 ton) dan APC (payload 1,5 ton) dengan versi digital camo, kali ini juga memperluas lini usahanya dalam bidang pesawat tanpa awak IPCD dan menjadi agen untuk kendaraan truk Prancis Acmat VLRA
Rantis 2,0 ton hasil kerja Working Group II (Foto Defense Studies)

Pada pameran statis tampil juga prototipe kendaraan taktis 4x4 hasil kerja dari Working Group II, tampilan kendaraan ini telah mengalami face-lift dibanding prototipe sebelumnya. Dua kendaraan diturut-sertakan dalam pameran ini. Sekedar catatan, Panser Anoa 6x6 juga lahir melalui Working Group seperti ini, tepatnya adalah Working Group I.
Matra Laut
Strategic Sealift Vessel, kapal PT Pal untuk Filipina (Foto Defense Studies)

PT. Pal menampilkan model-model kapal yang sedang diproduksi, terlihat model kapal PKR-105, KCR-60, dan Kapal Selam U-209 1400 Mod. Kapal Strategic Sealift Vessel, hasil modifikasi LPD yang tetap menggunakan heli deck dan well dock yang ditawarkan kepada pemerintah Filipina juga ditampilkan.
Haluan kapal PKR-105 yang mengalami beberapa perubahan (Foto Defense Studies)

Model kapal PKR-105 yang dipamerkan adalah versi yang sedang dibangun untuk TNI AL, sedikit berbeda dengan model yang dibawa Damen Schelde 2 tahun lalu. Sebagaimana diketahui Kementerian Pertahanan dan DSNS akhirnya menyepakati hanya satu kapal fregat yang dibangun dengan pola kerja sama dengan PT. Pal. Jika dalam model sebelumnya adalah versi untuk peperangan bawah air (dilengkapi anti-submarine rocket) maka versi yang dibangun sekarang ini telah mengalami perubahan, kanon utamanya Oto Melara 76mm diganti tipe stealth cupola, CIWS Phalanx di bagian belakang diganti menjadi Oerlikon Millenium 35mm yang dipasang menggantikan posisi anti-submarine rocket. Oerlikon Millenium 35mm ini mempunyai amunisi jenis AHEAD (Advanced Hit Efficiency And Destruction), selain untuk melawan rudal yang mendekat juga dapat difungsikan sebagai air defense. Rudal permukaan ke udara tetap menggunakan MBDA Aster 15 dengan jangkauan 30km.
LCU 1.500 ton untuk TNI AD dari DKB (Foto Defense Studies)

PT. DKB menampilkan beberapa model kapal yang sedang dibangun termasuk kapal LST 117 meter pesanan TNI AL. Untuk pertama-kalinya model kapal tanker yang sedang dibangun untuk TNI AL juga ditampilkan, kapal ini mempunyai panjang 93 meter, lebih kecil dibandingkan KRI Arun 903 yang mempunyai panjang 140 meter. Meskipun LCU 1.000 ton pesanan TNI AD penyelesainnya mundur karena menunggu prioritas anggaran, namun konsep LCU selanjutnya dimunculkan oleh DKB, kali ini yang ditampilkan adalah LCU 1.500 ton.

Palindo Marine yang mendapatkan pesanan enam Kapal Cepat Rudal KCR-40 saat ini tengah mebuji coba KRI 643 Beladau dan saat ini unit ke-4 sedang dalam taraf pengerjaan, juga ditampilkan Combat Boat 58 (18 meter) dan PC-43 utuk Bakorkamla..
Fire Support Vessel X-18 FSV Lundin (Foto Defense Studies)
Lundin Industry Invest (North Sea Boats) yang namanya mendunia karena keberhasilannya membuat kapal cepat rudal KRI Klewang dengan telnologi stealth, selain menampilkan model kapal tersebut juga mengenalkan beberapa konsep baru dengan berbasis pada teknologi catamaran. Fire Support Vessel X-18 FSV merupakan kapal kecil 18 m berlambung catamaran yang mengusung kanon  90-105 mm. Dengan kecepatan 30 knot maka wahana ini dapat membantu pendaratan amfibi dengan memberikan bantuan tembakan ke pantai.
Fast PatrolBoat 60m dari PT Tesco Indomaritim (Foto Defense Studies)

Galangan Tesco Indomaritim banyak menampilan konsep Fast Patrol Boat (28, 43, hingga 60 meter). Untuk FPB-60 dalam rancangannya terdapat heli deck di bagian buritan.
LCU untuk mendaratkan MBT Leopard 2 (Foto Defense Studies)

Setelah sukses membuat LCU untuk mengangkut mobil peluncur roket RM-70 Grad milik Marinir kali ini Tesco juga menampilkan rancangan berupa LCU untuk membawa MBT Leopard, kelak Leopard dapat dibawa oleh LPD dan didaratkan dengan LCU ini.

© Defense Studies
0

IndoDefence 2012 Capai Target

http://www.seputar-indonesia.com/publics/imagecache/detail/11/images/news/10%20November%202012/NASIONAL.jpg


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kedua kanan) didampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (ketiga kanan) dan Menteri Perindustrian MS Hidayat (kanan) menandatangani dokumen penamaan kendaraan taktis 4x4 produksi PT Pindad "Komodo" di Jakarta kemarin.

Jakarta – Ajang Indo Defence Expo and Forum 2012 yang memamerkan alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri cukup memberikan dampak berarti bagi pengenalan dan pemasaran produk mereka. Melalui kegiatan dwi tahunan berharap bisa meningkatkan peluang bagi industri pertahanan dalam negeri untuk lebih berkembang.

Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Kolonel Kav Bambang Hartawan, secara umum target penyelenggaraan Indo Defence 2012 tercapai dilihat dari tingkat partisipannya yang cukup banyak sehingga memberi kesempatan Indonesia untuk sharing dengan negara lain dalam bidang promosi industri pertahanan. “Lewat ini kita juga diakui di dunia, tidak saja di Asia, sebagai penyelenggaran expo produk pertahanan,” katanya di Jakarta, kemarin.

Bambang menerangkan, expo pertahanan berbeda dengan expo produk-produk lainnya seperti furniture, misalnya. Expo semacam ini tidak bisa diketahui nilai transaksi karena pengadaan alat pertahanan membutuhkan proses yang panjang dan dipengaruhi oleh kebijakan politik masing-masing negara, baik penjual maupun pembeli.

Ajang ini, lanjut dia, lebih tepatnya untuk menjembatani bertemunya produsen dengan calon pembeli. “Kalau ada yang berminat, paling mereka mendapatkan contact point. Selanjutnya yang berminat ini pasti akan membicarakan dulu dengan pemerintahannya, kemudian mereka menindaklanjuti sendiri,” terangnya.

Meski demikian, kegiatan ini tetap memberi dampak positif secara ekonomi maupun citra Indonesia. “Banyaknya orang asing itu juga membelanjakan uangnya di sini. Ini juga membawa nama baik industri pertahanan kita dan menunjukkan stabilitas keamanan kita meningkat,” imbuhnya.

Managing Director PT Palindo Marine Harmanto mengungkapkan, selama kegiatan berlangsung, banyak peminat yang ingin bekerjasama dengan perusahaannya dalam penyediaan kapal. Sejauh ini sebagian besar peminat berasal dari luar negeri. “Ada dari Malaysia, ada dari Timor Leste,” katanya mencontohkan.

Dia menuturkan,sejak dibuka pada 7 November dan ditutup 10 November kemarin, ada banyak kunjungan ke stan perusahaannya. “Kunjungan dari luar negeri juga banyak jadi kita bisa mempromosikan produk kita. Kita ada target (kerja sama) tapi tentu itu tidak bisa langsung di sini karena ini bukan barang kecil,” katanya.

http://i1102.photobucket.com/albums/g459/binbin1979/CIMG3312.jpg
Rantis P2 SSE (Foto Binbin1979)

Hal serupa juga terjadi untuk PT Sentra Surya Ekajaya (SSE) yang memproduksi kendaraan tempur. Industri ini tanpa banyak terekspos produknya sudah dipakai TNI Angkatan Darat dan Angkatan Laut, serta digunakan militer Srilanka.

Menurut Operation Manager PT SSE David Agahari, pada ajang ini PT SSE juga memperkenalkan produk terbaru, tak mau kalah dengan PT Pindad yang merupakan industri pertahanan milik pemerintah. Kendaraan tempur yang diproduksi PT SSE juga memiliki kemampuan seseuai kebutuhan TNI, misalnya antipeluru dan memiliki kemampuan manuver yang baik.

Rantis Komodo

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0CHX-I8kleCoqn8VZYoR4-09vLOjTA4Y_yroW5rzZrgja7r5HUZsAAO2iTFLiQxLYcBBje8MNwbVIESzZJSL2NS-MKqfBRqkkcPAtnA40PLN5ms5LFz9_P2oCHeW_pBI82D04l52ClGwB/s1600/P1010033.jpg
Komodo V2 APC Pindad (Foto Berita HanKam)

Di hari terakhir pameran, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyempatkan diri untuk mengunjungi pameran sekaligus menamai produk kendaraan taktis (rantis) buatan PT Pindad. “Kendaraan taktis karya putra-putri Indonesia yang insya Allah, akan menjadi kendaraan taktis yang handal, bisa bergerak di segala cuaca bertempur di medan-medan Indonesia. Saya beri nama Komodo,” ujar SBY.

Nama Komodo dipilih karena binatang ini sangat perkasa dan populasinya hanya ada di Indonesia.“ Semoga kendaraan taktis ini benar-benar handal, bisa bertempur dan tentu membawa kemenangan dan kejayaan bagi Indonesia,” tambahnya. Kendaraan Komodo ini menggunakan mesin diesel turbo intercooler memiliki transmisi manual enam maju satu mundur.

Kendaraan yang terdiri dari beberapa varian itu memiliki diferensi lock sehingga memiliki kemampuan offroad yang baik. Badan kendaraan taktis ini mengunakan body monocoque dan memiliki ketahanan terhadap tembakan senjata 7,62 mm.