SHENZHEN, KOMPAS.com - Meskipun telah menyatakan kesiapannya menggelar layanan 4G dengan LTE (long term evolution), Telkomsel belum dapat langsung melakukannya karena masih menunggu regulasi pengaturan frekuensi dari pemerintah. Meski demikian, Telkomsel sudah menjajaki frekuensi mana saja yang kemungkinan dapat digunakan.
"Harapannya bisa dapat 20 MHz. Kita sih berharap begitu apalagi melihat jumlah pelanggan Telkomsel saat ini yang paling banyak," ujar Pratiknyo Arif Budiman, GM Strategic Technology Planning Telkomsel saat di sela-sela Telkomsel Media Education 2011 di China, yang berlangsung 18-23 Juli 2011. Kebutuhan tersebut berkaca juga dari layanan 3G yang sudah digelar sejak 2006 lalu.
Ia menjelaskan, saat ini dengan alokasi spektrum 10 MHz, jaringan Telkomsel untuk layanan 3G sudah bisa dikatakan tidak memadai lagi. Telkomsel pun sudah mengajukan tambahan alokasi 5 MHz untuk menambah kapasitas jaringan 3G. Menurutnya dengan alokasi frekuensi d MHz, operator sudah bisa menggelar layanan LTE.
Mengapa harus 20 MHz? "Sebenarnya tidak harus langsung 20 MHz, kalau 5 MHz dulu kami juga siap. Tapi, yang kami harapkan pemerintah punya roadmap untuk menyiapkan 20 Mbps," ujarnya. Selain itu, ia juga berharap alokasi tersebut berurutan tidak terpencar2 di rentang frekuensi berbeda. Pratignyo mengibaratkan alokasi frekuensi seperti bus dan mini bus. Jika 20 MHz diberikan secara berurutan ibarat memiliki satu bus besar, tapi kalau diberikan alokasi di rentang frekuensi berbeda-beda ibarat memiliki beberapa mini bus. Kalau bus dan mini bus diibaratkan BTS, satu BTS dengan 20 MHz bisa menghasilkan throughput lebih lega hingga 150 Mbps. Dengan 5 MHz saja, throughput yang diperoleh secara teori hanya 30 Mbps.
Pengamat broadband Dr Joko Suryana dari STEI ITB (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung) mengatakan pertumbuhan trafik broadband memang mengalami kenaikan 10-20 persen setiap tahun. Dengan alokasi frekuensi yang ada saat ini, dalam waktu dekat ia memprediksi jaringan yang ada tidak sanggup mengakomodasi kebutuhan pelanggan. LTE yang lebih efisien dalam pemanfaatan frekuensi dan menawarkan kecepatan akses lebih tinggi menjadi pilihan bagi operator untuk terus memberikan layanan optimal.
"Pengalaman di beberapa negara, untuk menyediakan layanan broadband perlu bandwidth yang lebar," kata Joko. Mengapa demikian? Hal tersebut menurut Joko berkaitan dengan jumlah pelanggan yang dapat dilayani untuk setiap BTS dan coverage atau cakupan wilayah yang dapat dilayani. Semakin lebar bandwidth yang dipakai, operator dapat menghemat biaya investasi karena dapat melayani jumlah pelanggan yang banyak dengan kualitas optimal pada luas coverage yang tidak berubah.
Dari perhitungannya, untuk memberikan layanan data sebesar 1 GB per pelanggan per bulan, satu BTS dengan alokasi frekuensi 20 MHz dapat melayani sekitar 900 pelanggan dalam waktu bersamaan tanpa mengubah coverage atau luas cakupan saat ini masing-masing 100 kbps. Makin sedikit pelanggan, makin besar kecepatan akses data yang bisa didapatkan. Jika alokasi frekuensi 5 MHz, kata dia, operator harus memperkecil sel dengan menambah BTS-BTS baru atau konsekuensinya kecepatan akses per pelanggan lebih kecil. (Tri Wahono, wartawan KOMPAS.com melaporkan dari Shenzhen, China)
0 comments:
Post a Comment