FOTO ANTARA/Juli/ama/08
SERANG, 23/2/2009 - Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal (depan) didampingi Direktur PT Carita Boat Indonesia (CBI) Budi Suchaeri meninjau tempat pembuatan Pesawat WiSE BPPT berbahan fiber glass di Bojanegara, Serang, Banten, Sabtu (23/2). Pesawat tersebut dibuat antara lain untuk memenuhi pesanan Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
WiSE ( Wings In Surface Effect ) merupakan kapal bersayap yang dirancang sedemikian rupa yang dapat terbang di atas permukaan air.
Kecepatan kapal bersayap ini 4-9 kali lebih cepat dari kapal-kapal biasa dan penggunaan energi mampu menghemat bahan bakar sampai 40%. Kapal bersayap ini memiliki tiga tipe, yakni :
Tipe A; merupakan kapal bersayap yang tidak pernah lepas dari permukaan air.
Tipe B; merupakan kapal bersayap yang dapat terbang tidak lebih dari 150 meter di atas permukaan air.
Tipe C; merupakan kapal bersayap yang dapat terbang sebagaimana pesawat.
BPPT sementara ini mengembangkan dua tipe pertama yaitu Tipe A dan B. Saat ini, kapal bersayap ini berkapasitas optimum dengan kapasitas penumpang 8 orang dan tidak menutup kemungkinan untuk dapat menaikkan jumlah kapasitas penumpang. Selain untuk sarana transportasi, kapal bersayap ini juga dapat digunakan untuk patroli kelautan Indonesia dan kegiatan bisnis yang membutuhkan kecepatan pengiriman barang.
WiSE ini, menurut Menristek, untuk menghormati salah satu inovatornya almarhum Prof Dr Said D Jenie, Kepala BPPT yang wafat pada 11 Juli lalu. Said merupakan satu dari 100 inovator pilihan yang memiliki banyak rancangan.
"Contoh ini merupakan petunjuk bahwa pembangunan iptek telah menunjukkan kemajuan berarti," kata Menristek.
Menurut peneliti Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi BPPT Iskendar, WiSE merupakan suatu alternatif sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia yang kebanyakan merupakan daerah perairan dan kepulauan.
Kapal bersayap berpenumpang delapan orang ini, urainya, terbang di ketinggian sekitar dua meter di atas permukaan air dengan kecepatan maksimal 60 knott dengan lama penerbangan enam jam non stop.
WiSE memanfaatkan fenomena ground effect yaitu bantalan dinamik yang timbul ketika wahana terbang sangat rendah di atas permukaan, sehingga meningkatkan rasio daya angkat dan daya hambat yang menghasilkan efisiensi bahan bakar yang lebih baik daripada pesawat konvensional.
Keistimewaan kapal bersayap WiSE terletak kepada rancangan sayapnya dan pada bagian bawah kapal, bertopang pada teori aerodinamika dan hidrodinamika, dapat memampatkan udara sehingga membentuk bantalan udara. Dengan bantalan udara inilah, badan kapal akan terangkat dan terbang seperti pesawat.
Selain itu, WiSE memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat di air sehingga hanya membutuhkan dermaga modifikasi untuk merapat dan memudahkan daerah pulau-pulau yang tak memiliki fasilitas udara, ujarnya.
"Prototipe WiSE Belibis SDJ A2B ini setelah di-roll out siap menjalani uji layar terbang yang akan dilaksanakan di Bojonegara, Teluk Banten," katanya.
Awalnya, uji model melalui aerodinamika dan uji mikro dilakukan di Surabaya. Lalu pembuatan prototipe dilakukan oleh Carita di Serpong dan di galangan kapal Carita di Bojonegara, Serang, Banten.
Selain hemat tenaga, WiSE unggul dalam banyak hal. Tak perlu dermaga khusus atau bandara untuk merapat dan mendarat. Perawatannya pun jauh lebih murah dari kapal laut atau pesawat.
"Kapal prototype ini cuma memakai mesin mobil buatan Chevrolet," kata Budi. Kapal ini membuat nyaman penumpang yang mengalami mabuk laut jika naik kapal laut, juga membuat nyaman penumpang yang takut ketinggian karena cuma terbang rendah.
Penggunaan kapal berteknologi WiSE ini tentu saja menghemat ongkos yang harus dikeluarkan penumpang dan waktu tempuh lebih cepat.
Dengan kecepatan melebihi 300 kilometer per jam, kapal bersayap bisa menjadi penghubung pulau-pulau terpencil atau kota-kota di pesisir yang sulit dijangkau transportasi darat. Menurut Budi, kapal WiSE yang pembuatannya juga melibatkan pakar aerodinamika Institut Teknologi Bandung ini memakai material komposit sehingga lebih ringan.
Pembuatan prototipe ini menguras dana sekitar Rp 10 miliar. Tapi, jika sudah diproduksi massal, harga jualnya bisa ditekan menjadi Rp 4 miliar per unitnya. Jauh lebih murah dari pesawat Cessna Caravan 14 penumpang yang dijual US$ 1,2 juta (Rp 11,2 miliar).
Kendati, belum memasuki tahap operasional, WiSE sudah dipesan kalangan instansi pemerintah,yaitu Pemda DKI Jakarta, Pemda Kepulauan Riau, Otorita Batam, serta Basarnas (Badan SAR Nasional).
( Antara )
0 comments:
Post a Comment