Rekomendasi BPPT untuk teknologi 2010
“Secara umum, penerapan teknologi di Indonesia saat ini berjalan semakin membaik dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan ini masih dibawah harapan kita.BPPT, memberikan catatan tentang penerapan teknologi yang telah dilakukan di Indonesia tahun 2009, sebagai sebuah evaluasi bagi kita semua, terutama bagi teknologi yang dikembangkan oleh bangsa kita sendiri. Keseluruhan ini dimaksud agar kita dapat meningkatkan penerapan teknologi di Indonesia di masa-masa mendatang”, antara lain disampaikan Kepala BPPT Marzan A Iskandar dalam acara Pidato Tahunan Kepala BPPT tentang Catatan Akhir Tahun Penerapan Teknologi di Indonesia tahun 2009 yang berlangsung di Ruang VIP BPPT (29/12/2009).
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), telah menetapkan sembilan bidang teknologi yang ada di Indonesia sebagai bidang teknologi prioritas. Sembilan bidang teknologi tersebut adalah: (1) Teknologi Bidang Energi, (2) Teknologi Bidang Informasi dan Komunikasi, (3) Teknologi Bidang Transportasi, (4) Teknologi Bidang Pangan, (5) Teknologi Bidang Lingkungan dan Kebumian, (6) Teknologi Bidang Pertahanan dan Keamanan, (7) Teknologi Bidang Manufaktur, (8) Teknologi Bidang Kesehatan, (9) Teknologi Bidang Material.
Catatan yang diberikan BPPT dalam bidang energi adalah secara nasional kita masih bertumpu pada pasokan bahan bakar berbasis minyak bumi (50%). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap gejolak yang terjadi pada minyak bumi, baik gejolak akibat kelangkaan maupun gejolak yang diakibatkan fluktuasi harga. Sementara itu, kebutuhan bahan bakar dari minyak bumi lebih banyak didapatkan dari impor, sebagai akibat dari ketidakmampuan produksi minyak bumi dalam negeri didalam memenuhi kebutuhan konsumsi.
Menjawab permasalahan tersebut, BPPT saat ini telah dan terus mengembangkan teknologi yang dapat memberikan solusi penyelesaian secara efektif dan efisien, dengan tentunya memanfaatkan kekayaan lokal yang ada. Antara lain adalah mengembangkan sistem pembangkit listrik skala kecil dengan sumberdaya energi terbarukan yang bersifat lokal, seperti PLTP skala 2-5 MW, PLTS, PLTB, PLTMH dan PLT Hibrida PV-Angin-Diesel. Selain itu, BPPT juga mengembangkan PLT Energi Baru berbahan bakar hidrogen baik untuk pembangkit stasioner maupun sistem transportasi seperti Sistem PLT Fuel Cell dan PLT Nuklir.
“Merencanakan pengembangan teknologi pembangkit listrik batubara yang lebih ramah lingkungan, seperti pengembangan teknologi gasifikasi batubara, mengembangkan penggunaan boiler Circulating Fluidized Bed, Super Critical dan merencanakan pembangunan fasilitas R&D modul surya PV Thin Film di PT LEN Industri serta fasilitas pengujian sistem PLTS di Puspiptek Serpong, adalah rekomendasi yang diberikan oleh BPPT dalam menjawab tantangan permasalahan energi Indonesia dimasa mendatang”, ungkap Kepala BPPT.
Dibidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), BPPT melihat peran TIK dalam pembangunan demokrasi semakin penting. TIK tidak saja menentukan terpenuhinya azas-azas dalam pelaksanaan pemilihan umum, tetapi juga efektivitas, efisiensi, kecepatan, dan transparansi, serta akuntabilitasnya. Pada Pemilihan Legislatif 2009 lalu, pada saat-saat akhir menjelang pelaksanaannya, BPPT diminta berpartisipasi dalam memberikan technical assisstance dan advis kebijakan kepada KPU baik bagi pelaksanaan Pileg maupun Pilpres 2009.
BPPT memandang penting dukungan pengembangan kemampuan TIK dalam negeri, termasuk dalam FOSS (Free/Open Source Software). BPPT berpartisipasi aktif dalam migrasi ke pemanfaatan software legal (khususnya FOSS) di berbagai lembaga, termasuk di daerah, pengembangan aplikasi berbasis FOSS, dan dukungan pengembangan kreativitas digital. Beberapa produk terbaru BPPT antara lain adalah PERISALAH, SIDOBI, LISAN, dan RAL. Rekomendasi yang diberikan BPPT untuk bidang TIK adalah melakukan pengkajian dan penerapan e-voting yang lebih intensif dan uji coba dalam pilkada, serta penyesuaian kebijakan pemilu untuk 2014.
Dalam pembangunan nasional, peran transportasi memiliki kontribusi yang penting dalam menunjang dan mendorong pembangunan sektor lainnya. Untuk itu, BPPT memasukan transportasi sebagai salah satu bidang prioritas. Sebagai negara kepulauan, di Indonesia sangat diperlukan adanya prasarana dan sarana transportasi antar pulau yang memadai, sebagai perwujudannya, telah diresmikan Jembatan Suramadu pada 10 Juni 2009.
Kemudian, sejalan dengan ketentuan ICAO dan APAPERG, pengelolaan transportasi udara sipil memerlukan kesiapan implementasi teknologi Communication Navigation Surveilance/Air Traffic Management (CNS/ATM). Pada tahun 2009, BPPT telah berhasil mengembangkan Small Mobile Air-route Radar Terminal (SMART) sebagai suatu platform ujicoba teknologi CNS/ATM yang baru.
Untuk itu, sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab pada pengkajian dan penerapan teknologi di Indonesia, BPPT merekomendasikan pengadopsian teknologi CNS/ATM. Pada 2015, sistem ini harus mulai menggantikan sistem yang lama, dan 2025 nanti, harus menjadi satu-satunya sistem yang dipergunakan. Ketidakmampuan dalam menerapkan bukan saja akan mengakibatkan kerugian bagi penerbangan sipil Indonesia, tetapi juga kehilangan peluang bagi partisipasi industri dalam negeri dan ancaman bagi kedaulatan NKRI dari sisi pengelolaan ruang udara.
Untuk bidang pangan, BPPT ikut andil dalam mendukung Ketahanan Pangan Nasional, teknologi budidaya pertanian yang telah dikembangkan berhasil meningkatkan produktivitas pangan, Indonesia berhasil mencapai produktivitas padi tertinggi di ASEAN yakni 4,62 ton (gabah kering giling)/Ha, sementara Filipina 3,68 ton/Ha, Thailand 3,25 ton/Ha, dan Malaysia 3,25 ton/Ha sehingga mampu berswasembada beras untuk yang kedua kalinya setelah swasembada beras yang pertama pada tahun 1984.
Disektor perikanan, BPPT mengembangkan perangkat lunak SIKBES-IKAN, atau sang penjejak ikan nan cerdas. Sistem ini menggunakan model prediksi lokasi keberadaan ikan di laut dengan memanfaatkan pendekatan integrasi antara metode sistem pakar. Adapun rekomendasi yang diberikan BPPT untuk bidang pangan antara lain yaitu perlu terus didorong penggunaan pupuk kimia berimbang (precission farming) dan dikombinasikan dengan pupuk organik dan pupuk hayati dengan tujuan untuk menjaga kesuburan lahan. Selain itu, untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim atas produksi pertanian perlu terus dikembangkan dan diaplikasikan secara luas teknologi pemantauan iklim yang terintegrasi ditingkat nasional (BMKG, BPPT, LAPAN).
Bidang Lingkungan dan Kebumian juga tidak luput dari bidang prioritas BPPT. Di bidang kebumian, penguasaan teknologi rancangbangun sistem dan instrumen pendeteksi dini tsunami, telah diwujudkan BPPT dengan perekayasaan dan pengoperasian sistem Tsunami Early Warning System, yang dikenal dengan sebutan BUOY Tsunami Indonesia (InaBUOY), yang merupakan instrumen yang sangat penting karena mampu mendeteksi ancaman tsunami ketika tsunami masih di tengah laut.
Sementara untuk bidang lingkungan, dalam rangka mendukung UU tentang Persampahan tersebut, BPPT bekerjasama dengan Ditjen Cipta Karya PU dan Puslitbang PU Pemukiman, juga telah membangun pilot plant Tempat Pengolahan Akhir (TPA) dengan prinsip sanitary landfill yang berlokasi di Bangli, propinsi Bali, yang menjadi TPA percontohan di tingkat nasional.
Dalam bidang pertahanan dan keamanan, BPPT turut berkontribusi dalam pengembangan panser 6x6 dan berlanjut dengan adanya pesanan 150 panser 6x6 buatan PT.Pindad . Hal ini merupakan bukti adanya komitmen pemerintah dalam kemandirian pemenuhan kebutuhan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dari produk dalam negeri. Selain panser, dalam bidang pengembangan roket BPPT melihat, keberhasilan LAPAN meluncurkan roket, mulai dari tipe RX -70, RX 100, RX 150, RX 240, RX 320, RX 420, dan berikutnya RX 520 perlu dilanjutkan dan ditingkatkan ke teknologi rudal. Untuk itu, BPPT dengan sumberdaya nya, siap mendukung LAPAN dalam realisasi.
Rekomendasi-rekomendasi yang diberikan BPPT dalam hal pertahanan dan keamanan antara lain adalah perlu dilakukan pengembangan material untuk bahan motor roket agar jarak tempuh dari roket dapat dimaksimalkan. Untuk meningkatkan kandungan lokal, keterlibatan UKM pembuat komponen perlu ditingkatkan, fungsi BPPT sebagai mediator teknologi dapat membantu menjembatani peningkatan teknologi pada UKM pembuat komponen.
Pengembangan industri mesin pembakaran dalam (engine) dilakukan oleh BPPT bekerjasama dengan Depperin, Pemda Tegal serta IKM Permesinan Tegal – PT. Nefa, telah disepakati komersialisasi engine 1 silender 500 cc hasil kegiatan RUSNAS, adalah salah satu contoh nyata kontribusi BPPT di Bidang Manufaktur.
Kemudian Bus manufacturer nasional telah berhasil memproduksi Bis Artikulasi “KOMODO” dan dioperasikan oleh BLU – Trans Jakarta Busway pada koridor 5, merupakan hasil kerjasama antara Depperin dan PT. Asian Auto International (AAI).
Pada bidang kesehatan, tahun 2009 ini berhasil ditemukan produksi vaksin lokal (untuk flu babi dan flu burung) oleh BUMN PT Biofarma, yang saat ini seed vaksinnya sudah diluncurkan oleh Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR pada November 2009. Pengembangan Obat konvensional, lebih ditekankan pada pengembangan Bahan Baku obat generik. Penerapan teknologi produksi Obat Herbal juga cukup maju pesat dengan bertambahnya produk Obat Herbal Terstandar (OHT) dari 17 menjadi 28. Sementara itu produk Alat Kesehatan tetap stabil, dengan beberapa produk lokal yang mampu menggantikan produk impor.
Adapun rekomendasi BPPT dalam bidang kesehatan adalah Indonesia harus mandiri dan mengembangkan vaksin ini dengan kemampuan nasional untuk mengatasi penyakit infeksi di Indonesia. Fasilitas Laboratorium BSL-3 yang dibangun di ITD dari dana Pemerintah merupakan fasilitas yang sangat memadai untuk pengembangan vaksin penyakit tropis. Upaya meningkatkan kemampuan SDM yang menguasai teknologi pengembangan vaksin, khususnya bioteknologi, biomolekuler dan bioprosesing, juga menjadi poin yang harus diperhatikan.
Indonesia memiliki keunggulan komparatif berupa kekayaan sumber daya alam baik dalam bentuk berbagai mineral alam maupun keragaman hayati flora dan fauna yang melimpah. Selama ini pengelolaan sumber daya alam belum diolah secara optimum sehingga masih bernilai sangat rendah misalnya mineral pasir besi, zirkonia, batuan nikel, mangan, kuarsa, tembaga, emas dan lain sebagainya.
Pengembangan teknologi terutama nanoteknologi di Indonesia perlu diarahkan untuk dapat mengelola dan memberikan nilai tambah terhadap sumber daya alam. BPPT mengembangkan Nano Teknologi untuk Kemasan. Salah satu aplikasi nanoteknologi adalah nanokomposit polimer, produk ini dapat digunakan untuk peningkatan kemampuan kemasan. Kemudian juga dilakukan Pembuatan kantong Aspal Polimer yang mempunyai keunggulan dalam kemasan, yaitu kemasannya dapat langsung dilebur bersama dengan aspalnya, sehingga tidak ada aspal yang tersisa seperti pada kemasan lainnya.
Dalam rangka mengurangi eksplorasi batu alam yang sudah terlalu pesat, BPPT juga mengembangkan batu alam tiruan dengan bahan dasar keramik. Selain itu dikembangkan juga bata geopolimer yang bertujuan untuk menghilangkan proses pembakaran yang boros energi dan pelepasan CO2.
Rekomendasi untuk bidang material adalah KNRT dengan LPNK-nya perlu mengambil peran penting dalam melakukan penelitian, pengembangan dan perekayasaan (litbangyasa) serta penerapan nanoteknologi untuk menggali manfaat yang sebesar-besarnya bagi sumber daya alam Indonesia, khususnya pengembangan nanoteknologi untuk industri mikro/nanosilika. (KYRA/humas)(BPPT)
0 comments:
Post a Comment