Jakarta- Pelajar Indonesia meraih medali emas dan perak dalam Olimpiade Penelitian Proyek Euroasia ke-4, yang berlangsung di Baku, Azerbaijan, 7-11 April 2010. Para pelajar Indonesia itu menyisihkan peserta lain dari 36 negara.
Juru bicara Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association Demir Timurtas dalam siaran pers yang diterima Kompas, Rabu (14/4) malam, melaporkan, medali emas diraih Amalul Auni dan Teuku Muhammad Farhan Dermawan dari SMA Fatih Bilingual Boarding School, Banda Aceh. Adapun M Khifzon Azwar dari SMA Kusuma Bangsa Palembang meraih medali perak.
Penelitian yang dilakukan Amalul Auni dan Teuku Muhammad Farhan Dermawan adalah tentang ”Penentuan Kadar Timbel dan Merkuri pada Rambut Manusia dan Tanaman Kangkung di Tanah Tsunami Provinsi Aceh”. Dalam penelitiannya, mereka menyebutkan bahwa tanah merupakan tempat yang penting untuk tempat hidupnya tumbuhan. Polusi tanah mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan tidak dapat dijadikan tempat hidupnya organisme. Demikian dikutip dari harian Kompas. Sedangkan M Khifzon Azwar menyampaikan penelitian tentang “Membuat Biodegradable Plastik dari Pati Singkong”. Dalam penelitian tersebut, film plastik yang dapat terdegradasi secara alami (biodegradable plastic) yang telah dikondisikan dalam suhu kamar selama dua hari, hasilnya berubah menjadi plastik bening.
Di tempat terpisah, tiga tim robot cerdas Indonesia gagal meraih medali dalam kompetisi robot cerdas tingkat internasional di Trinity College Hartford, Connecticut, Amerika Serikat, 10-11 April 2010. "Tim robot cerdas Indonesia gagal meraih medali," kata pendamping tim robot cerdas Indonesia, Endra Pitowarno.
Dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS Surabaya itu mengatakan, tiga tim robot cerdas dari Indonesia berasal dari ITB, Unikom (Bandung) dan Unesa (Surabaya). "Tim robot berkaki dari ITB menduduki peringkat 4, tim robot beroda dari Unikom Bandung menduduki peringkat 8 dan tim robot beroda dari Unesa Surabaya tidak mendapat peringkat," katanya.
Menurut Endro, partisipasi Indonesia dalam kompetisi robot cerdas tingkat dunia memang tergolong baru, bahkan Indonesia juga hanya mengikuti dua (berkaki dan beroda) dari 50-an kategori yang dipertandingkan. "Tahun lalu, Ditjen Dikti Depdiknas juga mengirimkan tim dalam kompetisi serupa di San Fransisco dengan 70-an kategori, tapi tim Indonesia pun belum bernasib baik," katanya.
Tahun 2009, tim KRI dari PENS ITS mewakili Indonesia di kontes robot tingkat dunia di China, namun tim PENS ITS Surabaya yang sudah berkali-kali menjuarai KRI tingkat nasional itu kalah.
”Ini bukan prestasi yang kondisinya tiba-tiba, melainkan hasil dari upaya yang terus-menerus dilakukan oleh sekolah. Melalui kegiatan pembelajarannya yang menempatkan siswa sebagai subyek, sekolah terus mendorong dan memfasilitasi para pelajarnya untuk belajar dan berprestasi,” ujar Demir Timurtas. (ap-berbagai sumber)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment