Sekolah yang semula didirikan di ruang hangar Pesawat Udara Kemayoran Jakarta pada bulan Agustus 1954, dikenal dengan STM Penerbangan, dipindahkan lokasinya ke Jln Prof Joko Sutono SH No.1 Kebayoran Baru sejak tahun 1958 di atas luas tanah 20980 m2. Sekolah ini merupakan satu-satunya SMK Negeri Kelompok Teknologi Industri Udara yang berada di Wilayah Segitiga Emas Jakarta Selatan, dengan spesialisasi Teknologi Pesawat Udara satu-satunya di DKI Jakarta dan memiliki potensi dan peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan dan dikembangkan.
Ini dibuktikan dalam kegiatan Lomba Kompetensi Sekolah (LKS) tingkat Nasional ke XVIII yang diadakan di Arena PRJ Kemayoran. Para siswa SMKN ini menampilkan hasil rakit pesawat dengan panjang sekitar 3,5 meter dan lebar badan 1,5 meter sedangkan sayap 1 meter. Kapasitasnya hanya dua tempat duduk. Pesawat yang diberi nama JABIRU itu cukup menarik perhatian pengunjung LKS di dalam Hall D PRJ tersebut.
Menurut Leo Burju, Taruna tingkat III yang ikut dalam LKS kali ini, sebenarnya sudah sejak 2003 lalu sekolah mereka mampu merakit pesawat. “Untuk merakit satu pesawat seperti ini, kami mengerjakannya selama 3-5 bulan dan biasanya keroyokan sampai 10 siswa. Ini sebagai upaya kami yang benar-benar mempelajari dan menerapkan prakteknya secara bersama,” katanya.
Nama Jabiru sendiri, menurutnya, diambil dari nama pabrikan Australia yang menyuplai bahan pesawat. Sekolah tersebut memang menjalin kerja sama dengan pabrikan tersebut. Bahan-bahan berupa kerangka yang terpisah-pisah itu kemudian dirakit para siswa. Satu tim perakit terdiri atas sepuluh siswa yang dipimpin seorang instruktur. Mereka merakit mulai bodi pesawat, sayap, mesin, roda, sampai instrumen. Perakitan dimulai dengan memasang engine dan bodi pesawat.
Tahap kedua memasang instrumen atau penunjuk pilot di kokpit. Setelah itu, dilanjutkan pemasangan alat kemudi terbang (flight control). Setelah tahap ketiga selesai, pekerjaan dilanjutkan dengan pemasangan sayap, roda (landing gear), dan penyangga pesawat. “Termasuk, memasang baling-baling,” papar Leo.
Setelah pekerjaan itu selesai, baru dipasang kursi pesawat, diikuti memfungsikan saluran bahan bakar. Termasuk, memasang avionic atau listrik pesawat. Perakitan ditutup dengan mengecat bodi pesawat. Setelah pesawat jadi, mulai dilakukan uji coba. Jabiru pertama diuji coba pada 2004 di lapangan terbang Pondok Cabe. Jabiru juga sering dipakai atlet Federasi Aero Sport Indonesia.
Dengan kemampuan itu, menurut salah satu guru yang mewakili SMKN 29 pada LKS tersebut, Budi Ramelan, para siswanya punya peluang besar bekerja di industri pesawat. Tidak sedikit lulusan sekolah itu yang langsung direkrut perusahaan penerbangan. Sekolah sendiri, meski saat ini belum ada pesanan dari kalangan industri, sudah mendapat order perorangan terkait perakitan pesawat. “Kami lihat prospeknya amat bagus. Dengan demikian, lulusan jurusan ini nanti semakin dibutuhkan,” kata Budi.
(dieni/sir)
• Poskota
0 comments:
Post a Comment