Showing posts with label Pesawat. Show all posts
Showing posts with label Pesawat. Show all posts
0

KEMHAN Klarifikasi Proyek KFX

Pesawat KFX

Inilah proyek bersama antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) dalam pembuatan pesawat tempur canggih "Korean Fighter eXperiment (KFX)" yang akhirnya dibatalkan secara sepihak oleh Korsel. [indonesian-military.blogspot.com]

JAKARTA€ - Kementerian Pertahanan menyatakan, proyek pengembangan Korean Fighter Xperiment (KFX) - Indonesian Fighter Xperiment (IFX) yang merupakan hasil kerja sama Pemerintah Indonesia bersama dengan Korea Selatan melalui Defense Acquisition Program Administration (DAPA) tertunda.

"Penundaan ini akan berdampak terhadap rencana anggaran yang telah disiapkan pemerintah, dimana pagu indikatif anggaran sebesar Rp 1,1 triliun tidak mungkin terserap sepenuhnya," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Sisriadi, di Jakarta, Selasa (5/3).

Ia mengatakan, proyek produksi bersama pesawat KFX antara Indonesia dan Korea Selatan yang telah disetujui pada tahun 2011 telah berhasil menyelesaikan tahap pertama yaitu Technology Development Phase (TD Phase) pada Desember 2012.

Dalam pelaksanaan TD Phase selama 20 bulan pihak Indonesia dan Korea telah membentuk Combine R&D Centre (CRDC) dan telah mengirim sebanyak 37 engineer Indonesia yang merupakan kerjasama kedua negara di CRDC untuk melaksanakan perancangan pesawat KF-X/IF-X bersama Engineer Korea.

Namun, kata dia, didalam perjalanan mengikuti perkembangan politik dan ekonomi yang sedang terjadi, Pemerintah Korea Selatan melalui surat resmi yang dikirim oleh pihak DAPA, pihak Korea berinisiatif untuk menunda pelaksanaan produksi selama 1,5 tahun (hingga September 2014).

Penundaan ini disebabkan oleh belum adanya persetujuan Parlemen ROK untuk menyediakan anggaran yang diperlukan guna mendukung terlaksananya tahap EMD Phase (Engineering and Manufacturing Development Phase) Program.

Sisriadi menjelaskan, ada tiga tahap dalam proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X, tahap pertama, 'technical development'. Kedua, 'engineering manufacture' dan ketiga, pembuatan prototipe.

"Tahap yang ditunda adalah tahap kedua. Pada masa penundaan, pemerintah ROK akan melaksanakan 'Economic Feasibility Study' terhadap program ini," kata Kapuskom Publik Kemhan.

Sehubungan dengan hal tersebut, kata mantan Kadispenad ini, pemerintah Korea tidak akan melakukan terminasi Program Pengembangan pesawat Tempur KF-X/IF-X, mengingat dana yang sudah dikeluarkan Pemerintah ROK sangat besar.

Penekanan untuk tidak akan melakukan terminasi Program ini ditegaskan dalam Joint Committee ke-4 pada tanggal 10-11 Desember 2012 lalu.

Ia mengatakan, dalam menyikapi wacana itu Indonesia telah mengintensifkan langkah-langkah penyiapan alih teknologi dengan kegiatan antara lain Operasionalisasi DCI (Design Centre Indonesia) untuk memetakan dan mengembangkan kompetensi SDM yang telah terbentuk selama fase awal yaitu Technology Development Phase (TDP).

Selain itu, akan dilakukan penguatan industri pertahanan dalam negeri yang akan terlibat dalam program ini, dan Technology Readiness (kesiapan teknologi).

Pemerintah Indonesia saat ini belum mengeluarkan dana untuk tahapan EMD. "Dengan penundaan ini diharapkan kesiapan Indonesia dalam program KF-X/IF-X ini akan semakin baik. Dalam kaitannya dengan dana share, pemerintah Indonesia belum mengeluarkan dana untuk Program EMD Phase ini, dana share yang sudah dianggarkan di tahun anggaran 2013 belum disalurkan," ujarnya.

Program pengembangan itu diperkirakan membutuhkan dana total sekitar 5 miliar dolar Amerika dimana share pemerintah Indonesia adalah 20 persen dari total pembiayaan.

Namun meski hanya 20 persen dari total pembiayaan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terlibat dalam seluruh proses perancangan dan produksi yang meliputi Technology Development Phase (TD Phase), Engineering and Manufacturing Development Phase (EMD Phase), Joint Production and Joint Marketing.

Dari investasi yang diberikan itu, Indonesia akan mendapatkan 20 persen dari pembuatan pesawat (Workshare) dan 20 persen dari penjualan pesawat terbang.

Di hubungi terpisah, Anggota Komisi I DPR RI, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengatakan, seharusnya dalam bekerja sama dengan negara manapun diperlukan ketelitian mempelajari perjanjian kerja samanya.

"Saya dapat masukan ada beberapa istilah dalam berbagai perjanjian jual beli atau kerjasama pengembangan alutsista yang multitafsir," katanya.

Politisi Partai Hanura ini mengatakan, penundaan proyek KFX/IFX dengan Korea Selatan dan dapat merugikan Indonesia itu sesungguhnya tak perlu terjadi bila selalu melakukan riset sebelum kerja sama.

"Kita sebagai negara dengan politik luar negeri bebas aktif, jangan mau didikte oleh negara manapun dalam pelaksanaan politik luar negeri kita," ujarnya.

Oleh karena itu, dirinya mengimbau agar Kemhan memakai ahli bahasa dalam membuat MoU untuk mencegah adanya multitafsir seperti yang banyak terjadi dalam MoU yang ada saat ini. Apalagi, dalam UU Industri Pertahanan telah disepakati tidak boleh ada "kondisionalitas politik" ketika ada impor alutsista.

"Itu justru akan melegalkan kondisionalitas politik atas dasar HAM. Memang kita harus jelas dan tegas hadapi 'double standard' dari kata-kata yang ada," ucap Nuning sapaan Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati.[Ant/L-8]f
0

DPR Minta Pemerintah Teliti Penundaan Program Pesawat Tempur


Jakarta | Komisi I DPR menyayangkan kerja sama pembuatan pesawat tempur Korean Fighter-Xperiment (KF-X)/Indonesian Fighter-Xperiment (IF-X) yang tidak berjalan mulus. Seharusnya, dalam menjalin hubungan kerja sama pemerintah teliti mempelajari nota kesepahaman (MoU).

"Saya dapat masukan ada beberapa istilah dalam berbagai perjanjian jual beli atau kerja sama pengembangan alutsista yang multitafsir," ujar anggota Komisi I DPR Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, Selasa (5/3).

Seharusnya, lanjut dia, pemerintah tidak akan rugi jika Kementerian Pertahanan melakukan riset sebelum menjalin kerja sama. Apalagi sebagai negara penganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia tidak selayaknya didikte negara lain.

Ke depannya, Susaningtyas menyarankan agar Kemenhan memakai ahli bahasa untuk dilibatkan dalam pembuatan MoU. Itu penting untuk mencegah adanya multitafsir dalam kerja sama pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 itu.

Terlebih, di dalam Undang-Undang Industri Pertahanan telah disepakati tidak boleh ada 'kondisionalitas politik' ketika pemerintah memilih kebijakan impor alutsista.

"Seyogyanya, kita harus egois di mana kepentingan Indonesia harus kita dapatkan dari MoU tersebut," jelas dia.

Source: Republika
0

RI-Korea Tunda Kerjasama Industri Pesawat Tempur Canggih Sampai 1.5 Tahun

Jakarta | Pemerintah Korea Selatan (Korsel) menunda kerjasama industri pesawat tempur bersama Indonesia yang diberi nama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX). Alasannya pemerintah Korsel masih dalam tahap transisi kekuasaan terkait pergantian presiden baru Korsel.

"Ditunda setahun setengah karena ada perubahan pemimpin Korea yang baru dilantik kemarin kan presidennya, jadi dia Ingin meyakinkan pemerintah supaya lebih ada data, dasarnya menghadapi parlemen," kata Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Pos Hutabarat di acara Seminar Pembangunan Industri Pertahanan Yang Terintegrasi Melalui Penguasaan Teknologi, Guna Kemandirian Bangsa di Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/2/2013).

Pos menuturkan penundaan kerjasama ini terhitung mulai Januari 2013 hingga satu tahun setengah. Sehingga pada Juni 2014 kerjasama ini bisa realisasi kembali. "Tapi realisasinya dalam hal engineering ya," katanya.

Ia menjelaskan dalam proyek ini pemerintah Indonesia berkontribusi hanya 20% selebihnya oleh pemerintah dan BUMN strategis Korsel. Rencananya dari proyek ini akan diproduksi pesawat tempur KFX/IFX atau F-33 yang merupakan pesawat tempur generasi 4,5 masih di bawah generasi F-35 buatan AS yang sudah mencapai generasi 5. Namun kemampuan KFX/IFX ini sudah di atas pesawat tempur F-16.

Pesawat KFX/IFX akan dibuat 250 unit, dari jumlah itu Indonesia akan mendapat 50 unit di 2020. Harga satu pesawat tempur ini sekitar US$ 70-80 juta per unit.

"Tapi kita yang ini mungkin bisa dapat US$ 50-60 juta, karena kita ikut membangun, dari APBN kita," katanya.

Sebelumnya PT Dirgantara Indonesia (PT DI) akan terlibat dalam pengembangan dan produksi pesawat jet tempur buatan Indonesia. Pesawat itu dikembangkan atas kerja sama Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan Indonesia, pesawat tempur KFX/IFX.

Direktur Utama Dirgantara Indonesia Budi Santoso menuturkan, untuk mengembangan pesawat yang lebih canggih dari F-16 dan di bawah F-35 ini, PT DI telah mengirimkan sebanyak 30 orang tenaga insinyur ke Korsel untuk terlibat dalam pengembangan proyek pesawat temput versi Indonesia dan Korsel.

"Baru pulang Desember (2012) 30 orang. Kami mengirim atas nama Kemenhan. Jadi 1,5 tahun tim kita ada di Korea. Kita 1,5 tahun sama-sama mendesain. Kita ada yang belajar dari Korea, dan Korea ada yang belajar dari kita (PT DI)," tutur Budi.

  ● Detik  
0

Sky Aviation Super Jet 100

 Mengintip kecanggihan Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia   

Maskapai nasional Sky Aviation tidak terpengaruh tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 saat joy flight tahun lalu. Maskapai ini tidak membatalkan pesanan 12 unit pesawat ini meski pernah menabrak Gunung Salak.

Pesawat pertama telah datang. Wartawan diperkenankan masuk ke dalam pesawat dan melihat lebih dekat ruang kabin dan diberi penjelasan mengenai teknologi yang ada di pesawat buatan Rusia ini.

Dari keterangan yang diterima merdeka.com, pesawat Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia ini mempunyai kemampuan kecepatan terbang maksimum 0.81 kecepatan suara (Mach 0.81), pada ketinggian 40.00 kaki.

Pesawat tersebut juga disebut sebut bisa mendarat di bandara dengan landasan pacu pendek 1.731 meter. Pada pesawat kapasitas 87, tersedia dua pilihan kelas yaitu kelas bisnis (12 kursi) dan kelas ekonomi (75 kursi) dengan jarak kursi yang cukup nyaman.

Pesawat pertama milik Sky Aviation ini akan ditempatkan di Makassar sebagai Home Base dengan tujuan rute Makassar-Sorong/pp, Sorong-Jayapura/pp, Makassar-Luwuk/pp, Makassar-Balikpapan/pp, dan Makassar-Denpasar/pp.

"Kehadiran pesawat SSJ 100 semakin memperkuat layanan PT Sky Aviation dalam melayani rute rute baru dan menjadi penghubung perekonomian Indonesia khususnya di wilayah yang membutuhkan transportasi udara," jelas Direktur Utama Sky Aviation, Krisman Tarigan saat konfrensi pers di Jakarta, Kamis (28/2).(mdk/noe)

 Sky Aviation ingin mendunia dengan Sukhoi   

Meskipun baru berkecimpung di dunia maskapai berjadwal baru 2,5 tahun, namun Sky Aviation sudah mempunyai mimpi untuk menguasai dunia dengan menggunakan pesawat barunya, Sukhoi Superjet 100.

Presiden Komisaris Sky Aviation Jusuf Ardy bercita-cita ingin menguasai penerbangan di dunia. Sebelum berkecimpung di dunia maskapai berjadwal, Sky Aviation memang hanya melayani penerbangan sewa atau carter.

Dalam perjalanannya, Sky Aviation pertama kali menggunakan pesawat Cessna Caravan yang kemudian diteruskan menggunakan pesawat Fokker.

"Rute pertama yang kita layani adalah Surabaya - Banyuwangi dengan Cessna Cravan, dan setelah itu kita menggunakan Fokker. Setelah itu kita gunakan Boeing 737," jelas Jusuf dalam konfrensi per si Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (28/2),

Saat ini, Sky Aviation telah memesan 12 pesawat buatan Rusia yaitu Sukhoi SSJ 100. Pesawat tersebut akan melayani penerbangan Indonesia bagian timur.

"Visi awal kita adalah fly at the sky, terbang di semua langit dunia. Kita akan perkenalkan SSJ-100 ke Indonesia dan ini untuk Indonesia," ucapnya.

Sebelumnya, pihak Sky Aviation mengaku masih optimis dalam menggarap pasar Indonesia Timur meskipun sebelumnya pesawat Sukhoi mengalami kecelakaan di Gunung Salak saat joyflight.(mdk/rin)

 Hemat bahan bakar, alasan bos Sky Aviation ngotot gunakan Sukhoi   

Direktur Utama PT Sky Aviation, Krisman Tarigan akhirnya buka-bukaan mengenai keputusannya tidak membatalkan pembelian 12 pesawat Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia. Padahal pesawat tersebut pernah menabrak gunung Salak ketika melakukan Joy Flight tahun lalu.

Menurut Krisman alasan utama Sky Aviation tetap menggunakan Sukhoi adalah karena pesawat tersebut sangat ekonomis. Penggunaan bahan bakarnya hanya 60 persen dari konsumsi pesawat jet yang dimiliki Sky saat ini (selain Sukhoi).

"Pemakaian bahan bakar pesawat sangat hemat. Bahan bakar ini merupakan komponen biaya tertinggi di operasi pesawat. Dengan ini kita akan menghemat," jelasnya saat konfrensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (28/2).

Alasan lain, Sukhoi mempunyai seat atau tempat duduk yang tidak begitu banyak. Dengan demikian, tingkat load factor atau tingkat keterisian penumpang bisa mencapai 100 persen.

"Bisa dibayangkan penggunaan bahan bakar hemat dan load factor 100 persen, ini sangat hemat," jelasnya.

Pihaknya juga terkesan dengan keunggulan pesawat yang terdiri dari 87 dan 97 seat ini yang bisa mendarat di landasan pendek. Ini dinilai akan menguntungkan Sky karena mereka akan bisa masuk ke bandara pelosok Indonesia.

"Sukhoi ini bisa mendarat di landasan pendek walaupun kurang 2.000 meter. Dan juga kami ditawari fasilitas finansial yang menarik dari pihak lessor," katanya.(mdk/noe)

 Jet Sukhoi Tiba, Sky Aviation Buka Rute Baru 

Sukhoi Super Jet 100 fokus dalam penerbangan Indonesia Timur. 

Satu pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ-100) milik PT Sky Aviation tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, hari ini. Pesawat jet sipil buatan Rusia itu akan berkonfigurasi dua kelas, bisnis dan ekonomi.

Direktur Utama Sky Aviation, Krisman Tarigan, menjelaskan, 12 pesawat SSJ-100 yang dipesan Sky Aviation berkapasitas 87 penumpang dan 98 penumpang. Untuk konfigurasi 87 penumpang terdiri atas kelas bisnis sebanyak 12 kursi dan kelas ekonomi 75 kursi.

Sukhoi Super Jet 100 berkemampuan terbang maksimal 0,81 kecepatan suara pada ketinggian 40 ribu kaki. SSJ-100 dapat beroperasi di landasan pacu pendek sepanjang 1.731 meter.

Pesawat SSJ 100 pertama akan ditempatkan di Makassar sebagai home base dengan tujuan Makassar-Sorong (PP), Sorong-Jayapura (PP), Makassar-Luwu (PP), Makassar-Balikpapan (PP), dan Makassar-Denpasar (PP).

"Kehadiran pesawat ini memperkuat layanan Sky Aviation dalam melayani rute-rute baru dan menjadi penghubung perekonomian Indonesia, khususnya di wilayah yang membutuhkan transportasi udara," kata Krisman.(art)

 Sky Aviation Jamin Keselamatan Naik Sukhoi Super Jet 100 

Sky Aviation menjamin suku cadang pesawat tersedia.

Satu dari 12 pesawat Sukhoi Super Jet 100 milik maskapai Sky Aviation tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Sky Aviation menjamin keamanan pesawat buatan Rusia itu.

Direktur Utama Sky Aviation, Krisman Tarigan, menjelaskan, untuk menjamin keamanan pesawat dan keselamatan penumpang, Sky Aviation mengikuti pesawat Sukhoi itu dalam Super Care Agreement Program dengan Super Jet International (SJI).

"Keselamatan penumpang adalah prioritas utama kami. Untuk mewujudkannya, kami menjamin ketersediaan suku cadang dan tingkat keandalan pesawat armada SSJ 100 melalui Super Care Agreement Program dengan Super Jet International (SJI)," kata Krisman di Jakarta, Kamis 28 Februari 2013.

Selain itu, Sky Aviation menjamin keselamatan penumpang dengan penerapan program asuransi penerbangan Sky Protection, tanpa membebani biaya tambahan bagi penumpang.

"Inovasi Sky Protection menempatkan kami sebagai penerbangan pertama dan satu-satunya di Indonesia yang melindungi pemegang tiket di setiap rute penerbangan Sky Aviation, dimulai sejak pembelian tiket dengan nilai tanggungannya mencapai Rp 1,25 miliar," kata dia.

Seperti diketahui, Sky Aviation menyiapkan investasi hingga US$ 380,4 juta untuk memborong 12 pesawat SSJ-100. Kontrak pembelian dilaksanakan di International Aviation and Space Salon MAKS 2011 di Zhukovsky, Rusia, Agustus 2011. Nantinya, 12 pesawat SSJ-100 milik Sky Aviation akan terus datang hingga 2015. (art)


  Merdeka | Vivanews  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Merpati Beli Pesawat Untuk PT Pos Indonesia

JAKARTA | PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) akan membeli 20 pesawat tipe kecil, yakni Cesna Cravan dan Cassa. Pesawat itu nantinya akan digunakan untuk mengangkut logistik PT Pos Indonesia.

"Ini untuk melayani pengangkutan logistik PT Pos Indonesia. Kita sudah punya 10 titik daerah untuk melayani seperti di Medan, Batam, Palembang, dan Pontianak. Nanti pelayanannya hingga ke Kecamatan dan Desa oleh PT Pos," ujar Direktur Utama Merpati, Rudy Setyopurnomo di Hotel JW Marriot, Jakarta, Rabu (27/2).

"Nanti bulan April pesawatnya datang, setiap bulan akan ada minimal satu pesawat yang datang," imbuh Rudy.

Pesawat kecil ini, kata Rudy bisa mengangkut 1 ton logistik dan juga bisa mengangkut penumpang dengan terbatas. "Seat atau tempat duduk penumpang hanya 12-20 penumpang," jelasnya.

Nantinya, jika permintaan angkutan logistik PT Pos terus meningkat, maka pihaknya akan menyewa Boeing Superjet tipe 737 classic.

"Kalau pasarnya banyak, nanti kita ada pesawat khusus superjet 737 classic, tanpa penumpang. Mungkin Desember nanti sudah bisa. Sekarang yang kecil dulu," pungkasnya.

Rabu (27/2) PT Pos Indonesia telah bekerjasama dengan Merpati, dibidang kargo udara. Hal itu dilakukan guna mengembangan bisnis dan memenuhi kebutuhan pasar. Sinergi kerja sama kedua perusahaan plat merah ini dinamakan layanan Kargo Udara MerpatiPOS.

Rudy mengatakan, sinergi ini merupakan hal yang baik. Karena Merpati telah memiliki banyak kekuatan. "Seperti hubungan dan spoke yang kuat antara peswat jet dan propleler, terutama di wilayah timur, serta memiliki petugas operasional yang profesional," jelasnya.

"Kedua kelebihan ini, akan menjadi modal awal yang bagus untuk menjalankan kerjasama antara Pos Indonesia dan MNA," tutupnya. (chi/jpnn)



  JPNN  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Acara Peluncuran Pesawat Sukhoi Superjet 100 Sky Aviation

Pesawat Sukhoi Superjet 100 pesanan Sky Aviation besok akan dipertontonkan kepada wartawan dan tamu undangan. Tidak ada joyflight dalam acara tersebut, tetapi tamu diperkenankan masuk ke pesawat.

Acara peluncuran pesawat Sukhoi Superjet 100 milik Sky Aviation tersebut akan digelar di Angka Pura Lounge Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Acara akan dihadiri oleh CEO Sky Aviation Krisman dan perwakilan pemerintah Rusia serta pihak Sukhoi.

Menurut Lia, public relation agency acara peluncuran Sukhoi, tamu undangan diperkenankan masuk ke dalam pesawat dan menikmati suasana kabin pesawat. Rencananya, tidak ada agenda terbang karena pesawat buatan Rusia tersebut diperkirakan mendarat pukul 14.30-15.20 WIB.

Sebelumnya, GM Marketing Sky Aviation Sutito Zainudin menyebutkan, pihaknya memesan 12 unit pesawat Sukhoi jenis SJ 100. Tahun ini ditargetkan 5 pesawat akan mendarat di Indonesia.

"Satu dulu (yang datang). Tahun ini akan ada 5 dari 12 yang dipesan," ucap Sutito ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Selasa (26/2).

Sukhoi Superjet 100 sempat menabrak lereng Gunung Salak pada joyflight 9 Mei tahun lalu. 45 Penumpang tewas dalam tragedi itu. Dari hasil investigasi KNKT, penyebab jatuhnya pesawat Rusia itu akibat kelalaian pilot.

Saat itu pilot Aleksander Nikolaevich Yablonstsev sudah mendapat peringatan dari menara kontrol Halim Perdanakusuma saat melintas di atas Gunung Salak.(mdk/noe)


  ● JPNN  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Besok, Jet Sukhoi Sky Aviation Tiba di Indonesia

Beroperasi komersil pada 10 Maret 2013, melayani rute timur Indonesia.

Pesawat Sukhoi Super Jet-100 milik Sky Aviation akan mulai tiba di Indonesia pada Rabu, 27 Februari 2013. Sky Aviation akan mendatangkan 12 pesawat SSJ-100 hingga 2015 mendatang.

"Rabu besok tiba di Jakarta dan akan kami luncurkan secara resmi pada Kamis. Kamis resmi pesawat Sukhoi masuk dalam armada Sky Aviation," kata Direktur Utama Sky Aviation, Krisman Tarigan saat dihubungi VIVAnews, Selasa 26 Februari 2013.

Ia menjelaskan Sukhoi SSJ-100 akan mulai beroperasi secara komersial pada 10 Maret 2013 mendatang, dengan melayani rute-rute baru Sky Aviation di Timur Indonesia. Salah satu rute adalah Makassar-Sorong.

Ia optimis masyarakat tidak akan trauma dengan tragedi jatuhnya pesawat SSJ-100 di gunung Salak pertengahan 2012 lalu. "Masyarakat malah bertanya-tanya kapan kami mulai menggunakan Sukhoi," katanya.

Seperti diketahui, Sky Aviation menyiapkan investasi hingga US$380,4 juta untuk memborong 12 pesawat SSJ-100. Kontrak pembelian dilaksanakan di Internasional Aviation and Space Salon MAKS 2011 di Zhukovsky, Rusia, Agustus 2011 lalu.(eh)


  Viva.co.id  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

PT DI Dapat Kontrak Buat 14 Pesawat

BANDUNG | PT Dirgantara Indonesia mendapatkan kontrak pengerjaan 14 unit pesawat per Februari 2013. Diproyeksikan nilai kontrak tersebut bisa memenuhi sekitar 74% dari target kontrak yang ditetapkan pada tahun ini.

Kepala Komunikasi PT DI, Soni Saleh Ibrahim, merinci keempat belas unit pesawat itu, masing-masing untuk pasar Asia Tenggara sebanyak 8 unit pesawat, dan 6 unit pesawat untuk pasar dalam negeri.


Adapun untuk pasar Asia Tenggara adalah CN 235 sebanyak 4 unit, pesawat CN 212 sebanyak 2 unit, dan pesawat CN 295 sebanyak 2 unit.


Sementara untuk pasar dalam negeri adalah pesawat jenis CN 235 sebanyak 3 unit, dan Helikopter Bell sebanyak 3 unit. "
Secara total, kontraknya bernilai Rp 2,3 triliun," katanya saat jumpa pers di kantor PT DI, Jl Pajajaran, Rabu (20/2).

Dia menambahkan, target kontrak yang ditetapkan pihaknya untuk tahun ini sebesar Rp 3,1 triliun. Dengan demikian, progres nilai kontrak yang telah didapatkan oleh PT DI per Februari 2013 mencapai sekitar 74% dari target yang ditetapkan.


Selain itu, dia juga mengatakan, pihaknya sedang dalam proses menunggu hasil audit dari otoritas perhubungan udara Eropa atau
European Aviation Safety Agency (EASA).

Audit tersebut merupakan salah satu rangkaian proses yang dilakukan agar pihaknya mendapatkan persetujuan untuk bisa melakukan perawatan Air Bus Military.


Dia mengatakan, rangkaian proses tersebut cukup lama. Menurutnya, sejak akhir tahun kemarin pihaknya telah menjalani proses tersebut.


"Setelah proses audit ini pun, masih ada lagi beberapa rangkaian proses, seperti sertifikasi orang-orang yang akan melakukan perawatan, kemudian proses kualifikasi tools yang akan kami pakai untuk perawatan itu," ujarnya.


PT DI menargetkan pendapatan sekitar Rp 200-Rp 250 miliar dari bisnis perawatan pesawat. Mengomentari jenis pesawat yang nantinya akan dirawat oleh PT DI, dia mengatakan, mayoritas pesawat tersebut adalah jenis pesawat Boeing dan Air Bus.


Soni berkeyakinan pihaknya bisa melewati proses kualifikasi untuk mendapatkan sertifikat perawatan pesawatan. Hal itu didasari oleh besarnya modal untuk mengikuti rangkaian proses, dan keinginan untuk memperbesar porsi bisnis perawatan pesawat dari perusahaan asal Indonesia.


Terkait dengan besarnya porsi, dia mencontohkan bisnis perawatan pesawat pada tahun 2010 lalu. Menurutnya, bisnis perawatan pesawat pada masa itu senilai Rp 600 juta dolar AS.


Dari nilai tersebut, yang terserap oleh perusahaan asal Indonesia, termasuk PT DI, hanya sebesar 20%. Sementara sisanya sebagian besar diserap oleh negara-negara, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.


Soni juga mengatakan, pihaknya saat ini sedang dalam masa menunggu kontrak pengerjaan pesawat komersil sekelas N 250 berkapasitas 70-80 penumpang. Inisiator pengerjaan pesawat tersebut adalah PT Ragio Aviasi Industri (RAI), dimana BJ Habibie menjabat sebagai ketua dewan komisarisnya.


"
PT Rai sudah mendekalarasikan diri pada 2012 awal, terkait pembuatan pesawat sekelas N 250 tersebut, dan hingga sekarang diskusi dengan PT DI sudah berlangsung. Namun, belum sampai ke masalah kontrak. Rencananya, nanti memang PT DI yang mengerjakan, sementara pemasaran oleh PT RAI," ujarnya.

Meskipun demikian, dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan persiapan terkait masalah perencanaan. "Persiapannya memang harus dari sekarang, meski matrial belum masuk. Dan dalam waktu 3 tahun harus jadi. Kalau lebih dari itu, bisa kemahalan dari orang-orangnya, karena mereka juga kan digaji," katanya. (A-204/A-89)***
 

  ● Pikiran Rakyat  
0

BJ Habibie Rancang N-2130, Boeing dan Airbus 'Ketar-ketir'

Bandung | Setelah sukses melahirkan N-250 Gatotkaca dan Krincing Wesi pada Agustus 1996, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di bawah besutan BJ Habibie pernah berencana melahirkan prototipe pesawat lebih maju.

Habibie mendesain pesawat penumpang komersial bermesin jet asli karya Indonesia, yakni N-2130 yang rencananya beroperasi mulai 2005 lalu. Pesawat N-2130 berpenumpang 130 orang ini dikonsep memiliki pasar serupa dengan pesawat Boeing seri 737-500 atau Airbus seri A320.

Direktur Utama PT DI Budi Santoso bercerita, rencana BJ Habibie kala itu membuat raksasa produsen pesawat dunia yaitu Boeing dan Airbus ketar-ketir.

"Dikembangkan pasca N-250. Mungkin kesalahan ini mengembangkan N-2130. Mulai masuk pasarnya Boeing. Mungkin waktu IMF masuk ke sini, pesan sponsor di sana tolong matikan," tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).

Budi memprediksi, Seandainya waktu itu proyek pesawat jet N-2130 tidak dikembangkan, pesawat penumpang bermesin propeler yakni N-250, mungkin tidak akan mangkrak seperti saat ini.

"Kalau ini (Boeing dan Airbus) terganggu pasarnya. Mulai gunakan politik mematikan. Mungkin kita kalau nggak bikin N-2130, N-250 bisa jadi (berhasil) karena itu (N-250) bukan pasarnya perusahaan besar. Bukan pasar Airbus dan Boeing," cetusnya.

Hari ini, proyek N-2130 hanya tinggal secarik kertas yang tak pernah terwujud barangnya. Di ruang pamer pesawat PT DI terdapat prototipe N-2130 yang belum selesai dikembangkan.

Budi menuturkan, dengan nilai uang saat ini, biaya mengembangkan N -2130 versi terbaru setidaknya mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 10 miliar.

"N-2130 hanya jadi kertas saja. Bikin baru seperi ini (N 2130) perlu US$ 6 miliar-US$ 10 miliar. Itu harga tahun ini, kalau harga tahun itu berbeda (dulu senilai US$ 2 miliar)," cetusnya.


  ● Detik  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

CN 295 Buatan PT DI Siap Mejeng di Langkawi Airshow Malaysia

Jakarta | Pesawat militer CN-295 produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero) siap dipamerkan pada acara Langkawi Airshow, di Malaysia tanggal 26-28 Maret 2013. Pesawat generasi terbaru dari CN 235 tersebut merupakan produk hasil kerjasama dengan Airbus Military, Spanyol.

Dirut PT DI Budi Santoso menuturkan pihaknya akan membawa dan memamerkan produk unggulan terbaru ini di acara pameran produk-produk kedirgantaraan sipil dan militer di Malaysia tersebut.

"Yang akan dipamerkan CN 295, dulu kita pamerkan CN 235. Ini punya angkutan udara (TNI AU)," tutur Budi kepada detikFinance, Selasa (19/2/2013).

Pesawat yang dibandrol dengan harga 25 juta euro ini atau sekitar Rp 325 miliar, nantinya untuk pangsa pasar Asia akan diproduksi dan dipasarkan oleh PT DI di Bandung sementara untuk pasar di luar Asia akan diproduksi oleh Airbus Military.

Budi menuturkan, Malaysia juga berniat membeli CN 295 setelah sebelumnya memiliki 8 unit CN 235 yakni 6 unit CN 235-220M Military Transport dan 2 unit CN 235-220M VIP. "Kalau jual per unit 25 juta euro," tambahnya.

Selain memiliki produk baru hasil kerja sama dengan Airbus Military, PT DI juga memiliki 6 produk pesawat yakni NC 212-200, C212-400, CN 235-220M, CN235-200MPA Helikopter Bell 412 EP dan Helikopter Super Puma. Untuk dua tahun ke depan, PT DI siap meluncurkan pesawat baling-baling berpenumpang 19 orang yakni, N 219 asli rancangan putra-putri Indonesia.


  Detik  
0

PT DI Bantu Pemerintah Bikin Pesawat Tempur Versi Indonesia

Bandung | PT Dirgantara Indonesia (PT DI) akan terlibat dalam pengembangan dan produksi pesawat jet tempur buatan Indonesia. Pesawat itu dikembangkan atas kerja sama Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan Indonesia, pesawat tempur generasi 4,5 yakni Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) akan diluncurkan.

Direktur Utama Dirgantara Indonesia Budi Santoso menuturkan, untuk mengembangan pesawat yang lebih canggih dari F-16 dan di bawah F-35 ini, PT DI telah mengirimkan sebanyak 30 orang tenaga insinyur ke Korsel untuk terlibat dalam pengembangan proyek pesawat temput versi Indonesia dan Korsel.

"Baru pulang Desember (2012) 30 orang. Kami mengirim atas nama Kemenhan. Jadi 1,5 tahun tim kita ada di Korea. Kita 1,5 tahun sama-sama mendesain. Kita ada yang belajar dari Korea, dan Korea ada yang belajar dari kita (PT DI)," tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).

Setelah desain dan prototipe selesai, pesawat tempur IFX versi Indonesia akan diproduksi oleh PT DI di Indonesia, sementara untuk versi KFX akan diproduksi di Korsel.

Untuk desain masing-masing pesawat tempur, akan disesuaikan untuk masing-masing misi setiap negara. Menurut Budi, secara kemampuan, PT DI tidak menghadapi masalah besar memproduksi pesawat tempur versi Indonesia karena telah berpengalaman melahirkan berbagai pesawat termasuk N-250.
 
"Ini desain aero dinamis, pesawat penumpang dengan fighter sama. Suruh hitung stress analisis sama. Mungkin material yang lebih canggih. Tapi secara basic kemampuan insinyur sama," tambahnya.


   Detik 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Dahlan Dukung PT Dirgantara Indonesia Produksi N219

Jakarta | Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mendukung rencana PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk meluncurkan pesawat berbadan kecil, N219. Pesawat ini diperlukan untuk mengangkut penumpang dan logistik ke daerah-daerah terpencil, seperti Papua, Maluku dan Nusa Tengara Timur (NTT).

"Kalau mau mengembangkan untuk di Papua, NTT, dan Maluku, memang tepat pakai N 219," ujar Dahlan di Pacenongan, Jakarta Pusat, Senin (18/2). Mantan Dirut PLN ini bahkan setuju terhadap penyaluran Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk pengembangan pesawat yang berpenumpang 19 orang ini.

"Kalau ada PMN untuk itu, saya setuju. Nanti ada, misi khusus di Papua karena bandara banyak. Produksi 219 dikaitan membangun Indonesia Timur seperti Papua, NTT dan Maluku," paparnya.

Pesawat tersebut, menurut Dahlan akan menjadi awal dari kebangkitan PT DI dalam industri kedirgantaraan pasca krisis ekonomi 1998. Selain itu, kesulitan desain dan pembuatan N 219 ini jauh lebih mudah dibanding pesawat N 250 karya BJ Habibie. "Ini tidak sesulit dari N 250," pungkas pria yang kerap mengenakan sepatu kets ini.

Merpati Nusantara Airlines bahkan telah siap mengoperasikan N 219 di Papua dan kawasan Indonesia Timur. Untuk mengembangkan N 219, setidaknya PT DI membutuhkan dana minimal Rp 960 miliar atau USD 1 miliar.


   JPNN  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Kondisi Terkini Pabrik Pesawat Indonesia di Bandung

http://us.images.detik.com/content/2013/02/18/1036/mstory-080740_halamandepanptdi.jpg
Jakarta | Tak kalah dengan Airbus dan Boeing, Indonesia punya pabrik pesawat yang telah ada sejak tahun 1976 terletak di sebelah Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. Didirikan oleh Mantan Presiden RI BJ Habibie dengan nama awal PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, perusahaan strategis ini kemudian menjelma menjadi produsen pesawat pertama asal Asia Tenggara.

detikFinance berkesempatan berkunjung dan mewawancarai direktur utama perusahaan pelat merah ini demi mengetahui kondisi terkini pabrik pesawat ini. Saat memasuki area pabrik, masih tampak sisa kejayaan kala itu, dengan gedung tinggi dan lahan pabrik seluas 48 hektar. Dirut PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau disingkat PTDI, Budi Santoso menuturkan pada masa kejayaannya, PTDI banyak bekerjasama dengan berbagai produsen pesawat dunia kelas dunia.

“Dimulai 1976, kita pertama pembelajaran bikin pesawat terbang lisensi NC 212, BO 105 (helikopter), kemudian pembelajaran lagi bagaimana kita kerjasama dengan Cassa. Kita bikin CN 235, terus bikin sendiri program N 250,” tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).

Budi menuturkan saat proses pengembangan kala itu, kucuran dana segar dari Presiden Soeharto sangat kencang. Sehingga sekitar 16.000 pekerja baik lokal maupun asing dilibatkan untuk mengembangkan pesawat hingga lahir pesawat pertama asli buatan anak bangsa, N 250.

Pesawat N 250 diluncurkan dengan dua seri yakni Gatotkoco berkapasitas 50 penumpang dan Krincing Wesi berkapasitas 70 penumpang. Nama ini langsung diberi oleh Presiden Soeharto di tahun 1993. Namun, ketika terbang perdana untuk seri Krincing Wesi di 19 Desember 1996, merupakan akhir dari nasib pesawat N 250.

“Pada 1998 terjadi krisis ekonomi. IMF stop development sehingga PTDI ini, goyang. Pada waktu itu terjadi pengurangan karyawan dan lain-lain. Kemudian berikutnya bahwa tenaga desainer, enjiner yang banyak ke luar negeri,” tambahnya.

Saat kondisi goyang, PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) (sekarang PTDI) ini, harus memberhetikan ribuan karyawan hingga saat ini tersisa tinggal 4.000 karyawan.

Kala itu, Dirgantara Indonesia belum siap menjadi sebuah korporasi pencetak pesawat. Pasca PHK massal itu, Dirgantara Indonesia hingga saat ini belum memiliki pesawat asli rancangan dan buatan sendiri.

Andaikata proyek N 250 berhasil, N 250 akan menjadi pesawat 100% buatan Indonesia yang pertama. Saat ini, di perusahaan yang sudah mulai bangkit dari keterpurukannya itu, PTDI hanya mengandalkan 6 produk pesawat yakni NC 212-200, C212-400, CN 235-220M, CN235-200MPA, Helikopter Bell 412 EP dan Helikopter Super Puma meskipun sudah cukup berusia lanjut.

Namun, kekuatan Dirgantara Indonesia kali ini mulai diperkuat oleh produk hasil kerjasama yakni CN 295 dan Super Puma versi terbaru. Selain itu, dalam dua tahun ke depan, Budi menjelaskan, pihaknya siap meluncurkan pesawat asli karya Indonesia yakni N 219. “N 219 untuk penerbangan perintis. Di Indonesia kan perlu,” cetusnya.€€€€€€


   ● Detik     
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Spanyol Izinkan Indonesia Rakit Pesawat CN 212-400

 Rencananya pesawat ini akan dibangun di Bandung.
 
http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2011/09/30/125347_pesawat-casa-212_209_157.jpg
Spanyol memberikan lisensi kepada Indonesia untuk merakit pesawat CASA sipil CN 212-400. Hal ini merupakan wujud kerja sama yang terjalin lama antara Indonesia dan Spanyol di bidang industri pesawat. 

"Pesawat CN 212-400 merupakan pesawat angkut kecil dan rencananya untuk pabrik akan dibangun di Bandung, kerja sama antara PT Dirgantara Indonesia dengan Spanyol," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai bertemu Menhan Spanyol Pedro Morenes Eulates, Rabu, 13 Februari 2013.

Dalam kesempatan itu Purnomo mengharapkan Indonesia dapat menjadi agen pemasaran yang baik untuk pesawat angkut tersebut. Sebelumnya Indonesia juga pernah membeli pesawat CASA C-295 sebanyak 9 buah senilai US$325 juta.

Sebelumnya tahun lalu, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang sempat lesu membuat kejutan. Perusahaan BUMN ini dapat proyek triliunan rupiah untuk menggarap beberapa perangkat militer dan sipil. Salah satunya bekerja sama dengan perusahaan CASA Spanyol, yaitu pesawat CN-212.

Sekitar 25-50 engineer PT DI tahun lalu menjalani pelatihan untuk mendalami teknologi CN-295. Pesawat CN-212 hasil kerja sama RI-Spanyol juga diborong sebanyak 50 pesawat oleh PT Merpati Nusantara Airline seharga US$ 7 juta atau Rp 66,03 miliar per unit. (eh)

  ● Vivanews  
0

Apa kabar KFX/IFX

Riset KFX/IFX Memasuki Tahap Engineering Manufacturing Development JAKARTA  Ajakan Pemerintah Korea Selatan yang disampaikan pertengahan 2010 di Jakarta diterima dengan senang hati oleh Kementerian Pertahanan Indonesia. Karena memang punya keinginan memenuhi kebutuhan alut sista secara mandiri, ajakan membuat pesawat tempur generasi 4,5 tersebut disambut bak peluang emas. Kedua pihak menyadari kemandirian di bidang pertahanan bisa memperkokoh industri dalam negeri, memangkas ketergantungan pada sistem senjata strategis dari luar dan mendongkrak deterrent sistem pertahanan nasional. Meski gayung sudah bersambut, namun merealisasikan jet tempur berkode KFX/IFX ini tak semudah membalik telapak tangan. Berikut laporan A. Roni Sontani dan A. Darmawan tentang status terkini dari program yang amat prestisius ini, langsung dari “dapurnya”.

Singkat cerita, proyek bilateral ini sudah berjalan dan berlangsung lebih kurang satu setengah tahun. Selama kurun waktu tersebut konsep jet tempur masa datang generasi 4,5 ini telah diurai dan disusun menurut kebutuhan operasional sistem pertahanan Korea dan Indonesia. Program dikatakan menelan anggaran 8 miliar dolar AS, dimana Indonesia akan menanggung 20 persen sementara sisanya akan dipikul Korea. Dalam perjanjian juga disepakati, Indonesia berhak membeli 50 unit pesawat, sementara Korea Selatan 150 unit. Dan, jika pesawat ini dibeli negara lain, kedua pihak akan berbagi royalti.

Perancangan front-liner fighter yang bakal beroperasi setelah 2020 ini dipusatkan di KFX/IFX Research Center, Daejeon, 160 km sebelah selatan ibukota Seoul. Di sini telah berkutat dan saling bertukar-pikiran 140 enjinir dari kedua negara, di mana 30 persennya berasal dari Indonesia. KFX/IFX tak lain adalah singkatan dari Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment. Korea Selatan sendiri ingin Turki ikut bergabung, namun negeri ini mengundurkan diri setelah sebelumnya sempat menyatakan tertarik.

Menurut pihak Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan, jet-jet tempur baru ini akan menggantikan jajaran F-4 Phantom dan F-5 yang sudah menua. Korea tertarik mengajak Indonesia, karena Indonesia merupakan sahabat yang tak memiliki problem politik dan batas wilayah. Telah mampunya Indonesia membuat sendiri pesawat terbang dan adanya hubungan dagang di antara kedua negara, juga menjadi faktor penentu. (Lebih jauh, baca Angkasa, edisi Oktober 2010) 

Dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI (Depanri) 20 Desember 2012 di BPPT, Jakarta, perjalanan dan pencapaian sementara program ini untuk pertama kalinya dipaparkan secara terbuka. Di hadapan pejabat Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI (Depanri), Kemenristek, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Lapan, PT Dirgantara Indonesia dan TNI AU, Kapuslitbang Kementerian Pertahanan, Prof. Dr. Eddy S. Siradj, menjelaskannya cukup gamblang.

“Hingga Desember 2012, program sudah sampai tahap Technology Development. Tahapan ini sudah selesai. Setelah ini kami berharap bisa lanjut ke tahapan berikutnya, yakni Engineering Manufacturing Development,” ungkapnya kepada Angkasa usai lokakarya.

Sudah Dikuasai, Hampir Seluruh Teknologi KFX/IFX

Bukan rahasia lagi, pertanyaan terbesar di seputar pembuatan KXF/IFX adalah: Apakah Korea Selatan atau Indonesia sudah menguasai teknologi jet tempur generasi ke-4,5? Menanggapi keraguan ini, Prof. Dr . Mulyo Widodo menjawab mantap, jangan khawatir, Korea Selatan sudah menguasai hampir seluruh teknologinya. Mereka gigih mengembangkan sendiri pesawat tempur, dan semua ini tak lepas dari kesiapan industri kedirgantaraan (Korea Aerospace Industries) serta lembaga penelitian yang berdiri di belakangnya.

“Meski sebagian lagi (teknologi) masih dicari, kami percaya Korea bisa meraihnya. Mereka punya road-map yang jelas dalam proyek pengembangan jet tempur. Mereka sudah memulainya dengan KT-1, lalu T-50, TA-50 dan setelah itu: FA-50. Lebih dari itu mereka juga punya belasan veteran NASA dan USAF yang jadi tempat bertanya. Mereka kini dosen di sejumlah perguruan tinggi,” tuturnya dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI, 20 Desember lalu di BPPT, Jakarta.

Menurut salah seorang pakar kedirgantaraan dari Institut Teknologi Bandung yang juga ditunjuk membidani front liner fighter itu lagi, inti dari teknologi jet tempur generasi 4, 4,5 maupun 5 adalah elektronik dan material penyerap gelombang radar. Elektronik dalam arti avionik untuk mengendalikan penerbangan dan misi serangan, sementara material penyerap gelombang radar bisa digambarkan sebagai “kulit pesawat” yang bisa menyerap gelombang elektromagnet radar penjejak pesawat.

Angkasa mencatat, kedua teknologi inti itulah yang sejatinya diandalkan pesawat stealth (siluman) macam F-117A Nighthawk, F-22A Raptor dan F-35. RAM atau Radar Absorbent Material bisa menekan angka Radar Cross Section hingga kecil sekali sehingga radar seolah tak sanggup “melihatnya”. Di lain pihak, tubuh pesawat dan rumah mesin juga perlu dibentuk sedemikian rupa agar gelombang radar terpantul menjauh. Kalau pun bentuk pesawat menjadi tidak aerodinamis dan tidak stabil seperti yang “dialami” F-117A, hal ini bisa diatasi dengan avionik khusus yang bisa mengendalikan penerbangan.

“Kami memang belum menguasai soal material penyerap gelombang radar. Tetapi, untungnya Korea sudah punya kemampuan yang sangat tinggi di bidang elektronik. Chip paling rumit bahkan sudah dibuat di Samsung Industrie. Itu sebab KFX/IFX hanya diputuskan sampai sebatas generasi 4,5,” ungkap Prof. Widodo seraya menjelaskan bahwa material penyerap gelombang radar ini lah yang seyogyanya akan mendongkrak teknologi pesawat ke generasi 5.

Begitu pun Tim KFX/IFX akan membekalinya dengan perangkat elektronik yang bisa menuntun pesawat mengelak dari radar. Sayap vertikalnya juga dibuat miring (canted vertical tail) untuk gelombang radar tak mampu menjejak bagian yang paling rawan ini. Angkasa mendapat konfirmasi, desain pasti KFX/IFX sudah ada, namun baik pihak Korea maupun Indonesia belum mau mempublikasikannya. Kalau pun selama ini ada beberapa desain yang dimuat di situs-situs internet, gambar-gambar itu dikatakan baru sebatas rekaan yang mendekati. Hampir semua gambar rekaan ini merujuk ke F-35 dan F-22.

Ketika program ini digelindingkan, sempat ada pemikiran untuk membuat F-16 dari versi yang lebih canggih. Mereka menyebutnya dengan F-16 Plus. Dibanding F-16 versi reguler, F-16 Plus memiliki keunggulan performa, kecepatan jelajah (super cruise) dan agak stealth. Tetapi, dalam perjalanan, konsep ini ditinggalkan lalu dialihkan ke jet tempur generasi ke-4,5 yang benar-benar baru. Pesawat ini jauh lebih unggul dari F-16 Plus.

Pernyataan Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto: “Program KFX/IFX Tetap Berjalan”

Di tengah berbagai pemberitaan mengenai dilanjutkan atau tidaknya program pembuatan pesawat tempur generasi 4,5 antara Korea dan Indonesia (KFX/IFX), bulan lalu Angkasa menemui Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto di ruang kerjanya. Perwira tinggi TNI AU yang ikut membidani kerjasama ini menyatakan keyakinannya bahwa Program KFX/IFX tidak akan berhenti di tengah jalan.

Eris menilai, Korea punya komitmen dan kepentingan yang besar terhadap Indonesia. Sehingga, pemerintahan negeri ginseng itu tidak akan begitu saja membatalkan kesepakatan yang telah dibuat. Tidak hanya terbatas pada kerjasama KFX/IFX dan pembelian pesawat lainnya dari Korea, kerjasama Indonesia dengan Korea juga terjalin baik dalam hal perdagangan maupun kerjasama teknologi lainnya. Pembelian tiga kapal selam dari Korea untuk memperkuat armada TNI AL adalah salah satunya, di mana ratusan teknisi PT PAL telah dikirim ke Korea untuk menyerap teknologi pembuatan kapal selam yang nantinya akan membuat satu dari tiga kapal selam yang dibeli dari Korea itu di Indonesia.

“Korea berkepentingan dengan Indonesia. Contoh kecil saja, rakyat Korea yang ada di Indonesia itu sekitar 45.000 orang tersebar di berbagai industri. Masa, mereka akan begitu saja membatalkan kerjasama KFX/IFX,” ujarnya. Berikut kutipan wawancaranya.

Sudah sejauh mana Program KFX/IFX ini berjalan?

Program KFX/IFX dimulai dengan tahapan Feasibility Studies Phase, Technical Development Phase, Engineering Manufacturing Development (EMD) Phase, Production, serta Upgrade. Sekarang ini kita masuk ke tahap kedua, EMD. Harusnya dimulai Januari 2013, tapi diundur sekitar satu setengah tahun. Mengapa diundur, ini yang sedang kami teliti juga. Tapi pihak Korea sudah melakukan pemberitahuan resmi kepada kami. Penjelasannya, bahwa Korea sekarang sedang melakukan penjajakan untuk membeli pesawat tempur generasi kelima. Kompetitornya saya dengar adalah F-35 dan F-15. Tapi sumber lain mengatakan ada Eurofighter Typhoon juga. Yang dimaksud generasi kelima di sini adalah pesawat-pesawat dengan avionic suite tercanggih, tidak semata-mata karena faktor stealth saja.

Mengapa hal ini “menghambat” Program KFX/IFX?

Begini, Korea itu sama dengan negara kita. Kalau mau beli pesawat, mereka mensyaratkan juga harus ada Transfer of Technology (ToT). Harus ada offset. Nah, salah satu offset yang ingin mereka dapatkan dari pembelian pesawat generasi kelima itu salah satunya adalah teknologi yang bisa diterapkan di KFX/IFX. Contohnya radar. Korea sedang berusaha agar dapat offset untuk diberi teknologi radar AESA. Radar ini nantinya akan digunakan pada KFX/IFX. Itu bargain mereka. Kita tahu, Korea itu negara yang dalam posisi siaga perang, selalu dalam ancaman. Sementara beberapa pesawat tempurnya sudah mau habis masa pakainya. Contohnya F-5. Kalau mereka harus menunggu KFX terlalu lama waktunya. Itu penjelasan mereka kepada kita.

Kalau mereka tidak dapat offset, berarti KFX/IFX terbengkalai?

Kalau tidak dapat, konsekuensinya mungkin mereka akan beli radar itu. Saya tidak tahu persis. Selain radar, juga ada teknologi-teknologi lain yang mereka butuhkan. Mereka sebut ada delapan item yang akan mereka ambil ToT-nya. Mungkin juga soal mesinnya, dan rudalnya. Itu tidak disampaikan kepada kita. Yang jelas mereka bilang bahwa mereka akan konsentrasi dulu ke pembelian pesawat generasi kelima. Targetnya 1,5 tahun selesai. Dimulai awal tahun 2013 ini.


  • Angkasa  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Breitling Jet Team Akan Tampil di Langit Jakarta

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8gUheMrFfGGIllq26fnjrxcgm4HHo1p6Y4BN3jqpzQm9SyYrDTYwUepIoeS_-03FvHdwV52Yku8bwb3LK2CoGW63oS-_0a6bN6Tduj23kHC2QMebeBhh-Q9q13r2NbstpPPw8HIncJXMV/s1600/Breitling-JetTeam.jpgINDONESIA akan kedatangan tamu jet-jet pengukir langit yang telah memiliki reputasi dunia. Mereka adalah Breitling Jet Team -- tujuh jet tempur Aero L-39 Albatros warna hitam yang disponsori produsen jam Breitling. Lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma, Sabtu, 2 Maret 2013, mereka akan mengguncang langit selama 25 menit dengan manuver dan formasi khas.

Formasi khas nan ketat itu adalah Rocket, Crossbow, Black Diamond, Blackbird, Avenger dan Arrowhead. Sementara manuver yang dipertontonkan, di antaranya, adalah loop & turn in arrowhead, ¼ clover, apache roll, dan ocean masterwave. Tontonan langka ini merupakan bagian dari kunjungan tim Breitling ke Asia. Mereka tampil di Indonesia setelah unjuk gigi di Filipina. Dari Indonesia mereka lalu akan bertandang dan mempertontonkan atraksi serupa di Singapura, Malaysia, Bangkok dan terakhir di Vietnam.

Breitling Jet Team adalah tim aerobatik sipil terbesar di Eropa, bermarkas di Dijon, Perancis. Dibentuk pada 2003, tim yang amat solid ini sudah unjuk kebolehan di di berbagai tempat di Eropa, Timur Tengah dan Afrika Selatan. Ketujuh jet tempur ini diterbangkan Jacques “Speedy” Bothelin (Leader), Patrick “Gaston” Marchand, Christophe “Douky” Deketelaera, Francois “Ponpon” Ponsot, Bernard “Charbo” Charbonnel dan Frederic “Fredo” Schwebel.

Imelda Zuchriany, Division Head of Marketing Communication Time International, perwakilan Breitling di Indonesia, mengatakan, sebelum tampil di Jakarta, mereka akan lebih dulu berkunjung ke markas Jupiter Aerobatic Team – tim aerobatik TNI AU di Yogyakarta. Kedua tim rencananya akan tampil bersama di atas ikon Indonesia, Candi Borobudur. “Hanya sayangnya di Lanud Halim Perdanakusuma nanti, mereka tak mengundang banyak orang. Hanya sejumlah tamu VIP dari TNI AU dan kalangan terbatas lain. Publik hanya bisa menyaksikannya dari luar,” ujar Imelda.

“Mereka pun tak memperkenankan pertunjukan ini dipotret oleh fotografer yang bukan fotografer resmi mereka. Ini permintaan mereka,” tambah Imelda.


  ● Angkasa  
0

Tahun Ini, Rusia Kirim 12 Sukhoi Superjet 100 ke Indonesia

 14 pesawat lainya dikirim ke maskapai Indonesia di tahun berikutnya.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/05/09/154315_sukhoi-superjet100_209_157.jpg
Sukhoi Superjet 100
Jakarta  Pemerintah Rusia mengonfirmasi pengiriman pesawat Sukhoi Superjet 100 ke sejumlah maskapai di Indonesia pada tahun ini. Belasan burung besi sejenis akan dikirimkan di tahun-tahun berikutnya.

"Pada 2013, sebanyak 12 pesawat akan dikirimkan ke Indonesia. Beberapa tahun lagi, ada sekitar 14 pesawat yang akan didatangkan dari Rusia," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y Galuzin, di Jakarta, Kamis 7 Februari 2013.

Galuzin mengatakan, kerja sama transportasi ini merupakan bentuk kontribusi Rusia pada sistem transportasi Indonesia. Selain itu, pengiriman Sukhoi ke Indonesia juga sebagai bentuk dukungan atas konsep konektivitas yang tengah digalakkan ASEAN.

"Konsep konektivitas ini adalah salah satu pilar dalam Komunitas ASEAN 2015," kata Galuzin.

Tahun lalu, pesawat Sukhoi Superjet 100 yang tengah melakukan demo flight jatuh dan menabrak tebing di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 45 orang tewas dalam tragedi 9 Mei 2012 itu. Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakankecelakaan tersebut akibat human error alias kesalahan dari pilot.

"Kami menyatakan simpati dan duka cita yang mendalam atas tragedi ini," kata Galuzin.

Meski dibayangi sejarah kelam tersebut, sejumlah maskapai di Indonesia tetap nekat memesan sejumlah Sukhoi Superjet 100. Salah satu maskapai yang memesan itu adalah Sky Aviation. Tahun ini, maskapai itu akan menerima kiriman pesawat pesanannya. (sj)


 ● Vivanews  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg