Siswa pencipta penghapus elektrik
TRIBUNNEWS.COM - Awalnya malas ketika disuruh gurunya menghapus papan tulis. membuat Nurfitria Khoirunnisa (15) dan teman-temannya di SMAN 1 Sumedang menciptakan penghapus elektrik.
Menurutnya, ia semakin malas kalau disuruh menghapus papan tulis yang masih memakai kapur. "Saat ikut olimpiade fisika tingkat kabupaten, saya disuruh menghapus papan tulis untuk juri. Malas sekali dan kemudian terpikir untuk membuat penghapus elektrik," kata anak pertama dari dua bersaudara asal Cibeureum, Kecamatan Cimalaka, ini.
Ide membuat penghapus papan tulis elektrik itu pun dicetuskan kepada temannya yang terhimpun dalam Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 1. "Dan saat itulah dibuat konsepnya," kata gadis yang biasa dipanggil Icha ini.
Icha mengajak dua temannya, Yuliantini (15) dan Indah Nur Permata Sari (15), yang juga aktif di KIR. "Selama sebulan mereka membuat konsep dan mengaplikasikannya. Mereka bahkan membuat alat penghapus elektrik itu sampai pukul satu dini hari," kata Rina Marliana, pembina KIR yang juga guru Kimia.
Apalagi saat konsep itu sedang dibuat, ada lomba L'Oreal for Woman in Science Nasional. "Kami membuat proposal dan ternyata mendapat balasan. Kami baru pertama kalinya mengikuti perlombaan sains," kata Icha lagi.
Selama seminggu, mereka mematangkan konsep penghapus papan tulis. "Untuk membuat penghapus papan tulis otomatis dipakai barang bekas elektronik dengan konsep recycle dan reuse," kata Yulianti.
Mereka mengaku beberapa kali mengganti limbah elektronik yang dipakai. "Untuk motor penggerak, awalnya digunakan motor kecil dari mobil-mobilan remote control. Tapi ternyata dua buah motor itu terlalu kecil dan tak kuat menggerakkan penghapus," katanya.
Saat itulah mereka berpaling ke motor yang biasa dipakai di mesin jahit listrik. "Dua motor itu bertenaga besar dan kuat, tapi saat diuji coba menarik penghapus, talinya putus," kata Indah.
Untuk tali penariknya, mereka melakukan percobaan beberapa kali. "Mulai dari benang untuk sol sepatu, benang penarik benang radio, tapi selalu putus. Kami akhirnya memilih benang nilon yang dipakai layangan dan ternyata cukup kuat," ujar Indah.
• Tribunnews
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment