Gusti Muhammad Hatta mengaku akan melanjutkan program Menristek sebelumnya.
Peneliti riset dengan mikroskop (sefora.org)
VIVAnews - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) yang baru dilantik, Gusti Muhammad Hatta, mengaku tengah memikirkan nasib para peneliti Indonesia. Hal ini perlu dipikirkan untuk meningkatkan inovasi sains dan teknologi di dalam negeri.
Terlebih, sudah lama tersiar kabar bahwa dana riset di Indonesia masih minim. Ini berdampak kepada minimnya penghargaan bagi para saintis dalam negeri. Sehingga para peneliti dalam negeri banyak yang lari ke luar negeri.
Menristek sepakat, penelitian di Indonesia memang perlu ditingkatkan sehingga otomatis penghargaan terhadap peneliti juga harus ditambah.
“Kita sekarang lagi cari celah untuk memberikan reward supaya peneliti makin berkarya untuk Indonesia. Reward itu tidak harus duit kan, tetapi bisa melanjutkan studi atau menimba ilmu di luar negeri dan lain-lain,” kata Gusti, di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 25 Oktober 2011.
Ketika ditanya mengenai tugasnya yang baru, Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup ini berjanji akan meneruskan program kerja Kemenristek sebelumnya, yakni menjalankan riset sejalan dengan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.
Program lain yang akan diteruskannya adalah terkait Komisi Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dan Penelitian Pengembangan dan Penerapan (PPP) Iptek.
“Saya ingin pastikan program Kemenristek sambil mendukung MP3EI. Ini saya lakukan karena saya mulai kerja di pertengahan jalan,” ujarnya.
Mengisi pos Kemenristek, lanjutnya, tingkat kesibukannya jelas berbeda dibandingkan saat dia mengisi pos Kementerian LH. Artinya, masalah di Kementerian LH lebih berat karena dampaknya lebih dirasakan di masyarakat. Sementara di Kemenristek dampaknya kepada masyarakat relatif kecil karena terkait dengan riset yang cenderung ekslusif.
Saat di LH, tuturnya, hampir tiap jam dia menerima telepon atau menelepon terkait masalah lingkungan. Menurutnya, masalah lingkungan dampaknya lebih dekat dengan kepentingan masyarakat.
Selain itu, LH juga memiliki sifat yang tidak bisa diprediski, misalnya peristiwa pencemaran lingkungan, demonstrasi penutupan pabrik, hingga kerusakan hutan.
“Waktu di LH kadang masalah selokan mempet saya ditelepon juga,” ucapnya sambil terkekeh.
Gusti sendiri siap mendampingi dan memberikan masukan untuk mendorong kelestarian lingkungan hidup di Indonesia. (eh)
Laporan: Dana Redana | Bandung
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment