JAKARTA, KOMPAS.com - Di Singapura, teknologi telekomunikasi generasi keempat (4G) sudah mulai diterapkan. Tapi di Indonesia, 4G baru bisa dinikmati sekitar dua hingga tiga tahun lagi.
Hal itu disebabkan spektrum frekuensi teknologi 4G belum ditetapkan. Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Muhammad Budi Setiawan menjelaskan pihaknya saat ini sedang menyesuaikan dengan Roadmap Teknologi di Indonesia hingga 2018.
"Teknologi 4G sebenarnya sudah siap di Indonesia. Operator pun tinggal switching dari 3,5G ke 4G. Tapi ketersediaan frekuensi jaringan 4G saat ini masih belum ada," ungkap Budi saat dihubungi melalui sambungan telepon.
4 Skenario Frekuensi
Ada empat skenario frekuensi yang akan digunakan untuk teknologi 4G Long Term Evolution (LTE):
700 MHz
Saat ini 700 MHz digunakan untuk UHF alias siaran televisi. Jika LTE akan menggunakan frekuensi ini, Budi menjelaskan, pemerintah harus menunggu migrasi dan televisi analog ke televisi digital. Sayangnya, proses migrasi ini diperkirakan baru selesai pada 2018.
1.800 MHz
Frekuensi 1.800 MHz saat ini digunakan oleh operator telekomunikasi GSM. Jika mau, ini merupakan pilihan yang paling mudah bagi operator. Bahkan, pada Oktober 2011 uji coba LTE di frekuensi ini sudah dilakukan oleh Indosat dengan teknologi Nokia Siemens Network.
Masalahnya, kata Budi, penggunaan 1.800 MHz berarti operator ini harus rela membagi frekuensi yang sudah dimilikinya saat ini. Dampaknya, kualitas layanan bisa jadi tak akan sebaik yang dijanjikan.
2.100 MHz
Frekuensi ini juga sekarang sudah digunakan oleh operator telekomunikasi GSM untuk layanan 3G. Per operator minimal memiliki 'blok' 10 MHz (2 x 5MHz).
Sedangkan untuk bisa dipakai LTE, minimal per operator harus memiliki 'blok' 20 MHz (2 x 10MHz). Penataannya bisa cukup memusingkan mengingat saat ini kondisinya sudah cukup padat.
2.300 MHz.
Frekuensi ini juga teorinya bisa dimanfaatkan untuk 4G. Bahkan, kenyataannya, 4G dengan teknologi Wimax sudah ditetapkan di frekuensi ini. Memang, Wimax memiliki basis teknologi yang berbeda dengan 4G LTE, sehingga bagi operator untuk menyediakan layanan Wimax butuh langkah yang lebih "rumit".
Saat ini pun kapling frekuensi Wimax sudah dilelang dan ditetapkan pada beberapa pemenang. Hanya saja, layanan Wimax secara komersial, belum banyak dinikmati konsumen.
Solusinya?
Menurut Budi, yang paling memungkinkan di jangka panjang adalah menunggu penyelesaian frekuensi televisi analog menjadi televisi digital pada 2018. Jika ini selesai, maka frekuensi tersebut bakal kosong dan bisa ditempati oleh frekuensi 4G.
"Tapi kalau ingin cepat bisa pakai frekuensi di 1.800 MHz atau 2.300 MHz. Dan itu pun baru bisa sekitar 2 atau 3 tahun lagi," jelasnya.
Dari sisi regulasi, Budi menjelaskan sudah tidak ada masalah. Namun dari sisi pengguna, masih perlu kesiapan perangkat seperti ponsel maupun dongle untuk mengakses 4G.
"Harga ponsel berteknologi 3G saja masih mahal. Apalagi layanan 3G juga belum menyeluruh di Indonesia. Kita saja masih perlu nafas panjang untuk 3,5G, apalagi 4G," katanya.
Vendor Teknologi Siap Mendukung
Deputy Director Customer Solutions and Sales Support Division Huawei Indonesia Dani K Ristandi menambahkan pihaknya sangat siap memberikan solusi teknologi di wilayah manapun di Indonesia.
Solusi ini, ujar Dani, mulai dari end user terminal (ponsel dan dongle), jaringan akses, jaringan transport, jaringan inti hingga jasa nilai tambah serta sistem pendukung operasi dan bisnis (OSS/BSS).
"Dengan peningkatan layanan data broadband di Indonesia, teknologi 4G seperti LTE akan sangat tepat diimplementasikan di Indonesia," katanya.
Butuh Frekuensi yang Tepat
Namun penerapan teknologi mutakhir tersebut harus memiliki spektrum frekuensi yang ideal. Dani mencontohkan, blok 20 MHz adalah ideal.
Sebaliknya, jika hanya 5MHz bandwidth, maka kecepatan yang dihasilkan pun tidak akan lebih baik dari teknologi yang ada sekarang.
"Artinya kunci pengimplementasian teknologi mutakhir tersebut adalah di ketersediaan spektrum frekuensi," tambahnya.
Dani mengatakan, sampai Oktober 2011, dari 35 jaringan LTE yang sudah beroperasi komersial, 11 di antaranya disediakan oleh Huawei.
Beberapa operator di Indonesia pun sudah mengimplementasikan solusi Huawei. Teknologi seperti SingleRAN, Dani mencontohkan, saat ini digunakan untuk layanan 2G/3G.
Tetapi, ia melanjutkan, sebenarnya teknologi itu sudah siap untuk di-upgrade guna mendukung layanan 4G seperti LTE. Jadi, tinggal tunggu frekuensinya saja.
• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment