Industri Otomotif Maju Pesat, Pemerintah belum Siap
Wakil Presiden Boediono (dua dari kanan) didampingi oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat (dua dari kiri) Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) sekaligus Ketua Panitia Pelaksana IIMS Johnny Darmawan (kanan), mendapat penjelasan dari Direktur Pemasaran TAM joko Trisanyoto (kiri) mengenai mobil Agya, di stand Toyota gelaran IIMS 2012, Jakarta. [FOTO: David Gitaroza/ INVESTOR DAILY]
Kontribusi industri mobil terhadap perekonomian Indonesia sangat besar. Namun di sisi lain, industri ini juga menyumbang kemacetan dan kerusakan lingkungan.
Pemerintah, sebagai regulator, juga tampaknya tidak siap mengantisipasi pertumbuhan otomotif.
Pasar otomotif di Indonesia berkembang pesat dalam periode tiga tahun terakhir namun pertumbuhan jalan baru di Indonesia kalah jauh.
Panjang jalan tol di Indonesia diperkirakan hanya sekitar 700 kilometer sejak pertama kali dibangun tahun 1983, dan hanya tumbuh sekitar 75 kilometer sejak tahun 2006. Itupun semuanya terpusat di Pulau Jawa.
Kecepatan rata-rata di Jakarta, menurut penelitian pemerintah yang dilakukan tahun 2010, hanya mencapai 8,3 kilometer per jam. Sekarang angka ini mungkin lebih rendah mengingat pertumbuhan angka penjualan mobil yang eksponensial.
Johnny Darmawan, Presiden Direktur Toyota Astra Motor dan salah satu ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengatakan bahwa pelaku usaha otomotif menyadari bahwa pertumbuhan penjualan mobil harus dibarengi dengan pembangunan infrastruktur dan kesadaran lingkungan.
"Kami mengajak semua pihak untuk lebih menyadari pentingnya menjaga lingkungan, salah satunya adalah lewat pengembangan kendaraan yang efisisen bahan bakar dan ramah lingkungan. Kami menyadari teknologi hijau telah menjadi keharusan bagi industry otomotif," ujarnya dalam pembukaan Indonesia International Motor Show (IIMS) di Jakarta, Jumat (21/9).
Oleh karena itu, Gaikindo memilih tema Eco-Mobility, yang artinya mobilitas ramah lingkungan, dalam pagelaran Indonesia International Motor Show ke-20.
"Tumbuhnya industri otomotif perlu kita syukuri bersama, mengingat saat ini otomotif menjadi salah satu sektor penyumbang pajak terbesar," ujarnya.
Dia mengatakan industri otomotif dalam lima tahun terakhir tumbuh lebih besar dari pertumbuhan ekonomi dan industri manufaktur. Pada tahun 2010, industri otomotif yang tergolong dalam industry alat angkut, mesin, dan peralatan tumbuh 10,1% sehingga sektor ini memberikan kontribusi sebesar 6,5% dari produk domestik bruto (GDP).
Dalam aspek pajak dan penerimaan negara lainnya, industri otomotif pada tahun 2010 mengkontribusikan Rp80 triliun. Jumlah ini bisa lebih besar lagi jika memasukkan kontribusi industri pendukung seperti komponen, leasing, dan pembiayaan.
Pada tahun 2011, angka penjualan mobil mencapai 894 ribu unit, naik 17%dari tahun sebelumnya. Tahun ini, diperkirakan angka tersebut dapat tumbuh menjadi 1 juta unit.
Sedangkan untuk tujuh bulan pertama tahun ini, tampaknya kebijakan pengetatan uang muka tampaknya tidak terlalu berpengaruh. Angka penjualan naik 26% menjadi 630 ribu unit dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Dengan populasi yang besar dan daya beli masyarakat di atas US$ 4.000, kami percaya Indonesia akan menjadi pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi," ujar Johnny.
Ekspansi
Daya tarik pasar ini yang kemudian membuat pabrikan mobil melakukan ekspansi besar-besaran di Indonesia. Daihatsu pada bulan Oktober akan meresmikan pabrik barunya. Tata Motors juga baru saja membuka cabang di Indonesia. Peugeot, Mazda, dan General Motors juga tidak mau kalah. Mereka juga sudah memulai kembali penjualan model-model baru di Indonesia setelah sekian lama vakum.
"Penetrasi pasar otomotif di Indonesia masih rendah. Perbandingannya 40:1.000 (40 mobil banding 1.000 penduduk), kalah dibandingkan Thailand dengan 140:1.000, dan Malaysia dengan 300:1.000,” ujar Presiden Direktur Tata Motors Indonesia, Biswadev Sengupta.
Seiring dengan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kebijakan pemerintah untuk menghemat konsumsi BBM bersubsidi, para pemegang merek kini lebih percaya diri dalam memperkenalkan produk-produk mobil ramah lingkungan.
Astra memperkenalkan Astra Daihatsu Alya dan Astra Toyota Agya, keduanya diklaim sebagai mobil murah dan ramah lingkungan karena konsumsi bensinnya yang irit, 1 liter:30 km. Tata memperkenalkan Tata Nano berbahan bakar Compressed Natural Gas.
"Sebelum kami memasarkan Tata Nano CNG, kami harus memastikan ketersediaan infrastruktur seperti stasiun pengisian bahan bakar gas," ujar Biswadev.
Berdasarkan data PT Autogas Indonesia, distributor converter kit, jumlah SPBG di Indonesia masih sedikit, bahkan terpusat di Jakarta.
Padahal, di Jakarta hanya ada 10 stasiun pengisian Bahan Bakar Gas, dan 11 stasiun Pertamina ViGas yang sudah beroperasi. Lalu ada tiga stasiun ViGas yang akan beroperasi dan tujuh stasiun yang sedang dalam proses pembangunan oleh swasta.
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengakui pertumbuhan infrastruktur di Indonesia tidak bisa mengimbangi pertumbuhan mobil sehingga kerap terjadi kemacetan di kota-kota besar dan di pelabuhan.
"Soal kemacetan, produksi tidak mungkin dihentikan. Kami bisa bantu pemerintah membangun infrastruktur. Penjualan juga jangan terkonsentrasi di Jabodetabek. Saya optimistis kita bisa mengatasi ini tanpa harus mengorbankan produksi,” ujar Hidayat beberapa waktu lalu.
Satu hal terkait infrastruktur, Kementerian Pekerjaan Umum dalam RAPBN 2013 menganggarkan Rp 7,94 triliun untuk membangun 840 kilometer jalan baru, jalan perbatasan, dan jalan terpencil. Anggaran tersebut hanya 10% dari penerimaan pajak dari industri otomotif pada tahun 2010.
Akan tetapi rencana ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan jalan, karena untuk memenuhi target penambahan jalan tol saja, pemerintah harus membangun 3.000 km.
Selain membangun jalan baru dan jalan tol, pemerintah juga berencana memberikan insentif pajak bagi mobil murah ramah lingkungan, sebagai bagian dari target pemerintah mengurangi emisi karbon sebesar 20% hingga tahun 2020. Pemerintah juga saat ini sedang melakukan tender untuk pemasangan 14.000 converter kit di angkutan umum.
Pemerintah Dorong Harga Mobil Hybrid Terjangkau
SBY menyaksikan Mobil Hybrid |
Wakil Presiden (Wapres) Boediono mendorong pengembangan dan produksi mobil berteknologi hybrid dengan harga terjangkau di Indonesia.
Bersamaan dengan program pengembangan mobil berteknologi hijau yang dicanangkan pemerintah. Yakni, dengan emisi karbon yang rendah (low emission carbon/LEC).
Untuk itu, lanjut dia, pemerintah sedang merancang kebijakan yang akan memayungi program tersebut.
Budiono menambahkan, aspek yang dikembangkan untuk industri otomotif di Indonesia adalah efisiensi konsumsi energi untuk menekan biaya.
Saat ini, dia menambahkan, pemerintah melalui Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat bersama pelaku industri otomotif sedang melakukan pembahasan. Budiono mengungkapkan, telah tercapainya titik temu antara kedua pihak sehingga diharapkan bisa mempercepat realisasi.
Dia menambahkan, yang pertama akan didorong pemerintah adalah pemanfaatan gas di berbagai sektor. Yakni, mulai dari sektor tenaga listrik (power plant), industri otomotif, termasuk otomotif. Untuk konsumsi rumah tangga yang saat ini menggunakan LPG, ujar dia, dirancang untuk pemanfaatan gas kota.
Teknologi lain, lanjut dia, mobil listrik yang akan dikembangkan untuk jangka panjang. Dia mengharapkan, pengembangan teknologi hybrid, gas, dan listrik bisa dilakukan secara bersamaan.
"Selain itu, kita harapkan mobil hybrid bisa dikembangkan di sini. Untuk itu sedang memikirkan dukungan apa yang bisa diberikan. Saat ini, sedang digarap dengan serius. Mudah-mudahan bukan suatu policy yang on-off. Kita tahu manfaatnya," kata Boediono saat membuka resmi Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 di Jakarta, Jumat (21/9).
Dukungan ini, menurut Wapres diarahkan pada mobil hybrid, tapi bukan yang mewah. Melainkan, yang efisien, yang cc-nya terjangkau.
Industri mobil di Tanah Air, dia menambahkan, didorong untuk memproduksi mobil-mobil baru yang mengarah pada pemanfaatan gas. Yakni, di sektor transportasi maupun manufakturnya. Upaya itu, lanjut dia, sudah didorong sejak dalam dua tahun terakhir.
Sementara itu, Menperin MS Hidayat mengatakan, mobil listrik, pemanfaatan konversi gas, dan hybrid merupakan satu di dalam program LEC. Saat ini, pemerintah sedang berupaya memfinalisasi peraturan yang akan menjadi payung hukum atas program tersebut. Mencakup aturan teknis hingga insentif yang akan diberikan.
Dia menambahkan, insentif pajak dan insnetif lain sedang dirancang. Dengan demikian, setelah bisa diproduksi di Indonesia, range harga hybrid yang lebih tinggi bisa ditekan.
"Nanti biar Menkeu yang bilang kapan terbit aturannya. Yang jelas, semua merek berkomitmen ikut. Baik itu prinsipal Jepang, Korea, dan Eropa. Yang belum ngomong itu prinsipal India," kata Hidayat.
Adapun, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman MR mengatakan, pihaknya masih menunggu kejelasan konsep mobil hybrid yang diharapkan pemerintah.
"Meski regulasinya belum jelas, aturan untuk yang LCGC (low cost green car) kan sudah jelas konsepnya. Mau yang seperti apa, cc-nya, insentif, dan upaya lokalisasinya. Kalau hybrid belum dibahas. Yang jelas, semua mengarah ke teknologi ramah lingkungan," paparnya.
Sedangkan, regulasi untuk yang gas, pihak produsen otomotif memang meminta jaminan pasokannya.
"Jangan seperti kejadian sekarang di pabrik kami (Daihatsu) di Sunter. Kami rancang untuk gas dua line. Tapi, karena hanya cukup untuk pasokan satu line dan agar tidak kena penalty, kami hanya pake satu line. Sedangkan, yang satunya, diupgrade agar bisa memakai BBM. Jadi, pasokannya dulu," kata Sudirman.
Insentif fiskal
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjelaskan insentif tersebut akan berbentuk keringanan dalam pembayaran pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
Namun Menkeu enggan mengungkapkan secara pasti besaran keringanan tersebut, apakah dihapuskan atau hanya dikurangi besarannya.
"Insentifnya berupa PPnBM. (besarannya) belum bisa disampaikan," ujar Menkeu saat ditemui di kantornya, Jumat (21/9).
Menkeu menuturkan pihaknya harus berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan insentif LCGC karena secara fisik tidak terlihat. Insentif ini, menurutnya akan diberikan apabila kendaraan tersebut bisa memiliki jarak tempuh lebih jauh untuk setiap liter bahan bakar minyak (BBM) yang dikonsumsi jika dibandingkan kendaraan sejenis dengan mesin konvensional.
Selain itu, lanjutnya, kriteria mobil yang akan mendapat insentif fiskal LCGC adalah yang memiliki kandungan lokal di atas 80%-85%. Persyaratan tersebut dinilai sepadan dengan imbangan fiskal yang dilepas negara.
Lebih lanjut Menkeu menjelaskan pemberian insentif fiskal bukanlah perkara mudah dalam situasi perlambatan ekonomi dunia pada saat ini. Hal ini mengingat dampak pelemahan ekonomi global mulai terasa pada sektor perpajakan yang mulai menurun.
"Karena kita mengumpulkan uang dari pajak, kepabeanan, pendapatan negara bukan pajak (PNBP) kan sulit. Kita harus gunakan juga dengan bijak. Jadi kalau kita mau melepas insentif, harus diyakini mendapat manfaat yang baik untuk masyarakat," pungkasnya.
Mobil Murah Astra, Jadi Primadona Tanpa Kepastian
Pengunjung memperhatikan mobil Toyota Agya produksi Astra International di Indonesia International Motor Show 2012. (FOTO: AFP PHOTO / Bay ISMOYO)
Pameran otomotif terakbar di Indonesia, Indonesia International Motor Show (IIMS) ke-20, belum rampung digelar tetapi telah jelas terlihat dua mobil murah yang ditawarkan Astra dalam kolaborasi dengan Toyota dan Daihatsu menjadi rebutan para pengunjung.
Dari pantauan Beritasatu.com di Jakarta International Expo, tempat penyelenggaraan IIMS, pada Sabtu akhir pekan kemarin tampak ratusan orang bergantian mengerubuti, menyentuh, dan mencoba kenyamanan interior Agya dan Ayla, dua mobil yang digadang-gadang akan menjadi kompak paling murah Tanah Air.
Hampir sukar bagi wartawan mengambil foto dua mobil itu sendirian, tanpa pengunjung yang sedang membuka pintunya, meraba-raba kulit joknya, mengamati mesin, hingga logonya yang memang bukan logo Daihatsu atau Toyota.
Yanto, 38, seorang pengunjung dari Tangerang, Banten misalnya mengaku penasaran dengan Ayla, mobil yang harganya diperkirakan akan berkisar dari Rp 75 hingga Rp 105 juta itu.
"Ini sudah ada di dealer?" tanyanya kepada salah seorang pramuniaga yang bertugas di booth Daihatsu, sambil mengetuk-ngetuk bodi mobil itu, seakan tidak percaya.
Situasi di booth Toyota, yang memajangkan Agya, juga tidak berbeda. Tidak hanya mengamati, sejumlah pengunjung yang penasaran juga menaiki mobil itu, mencoba kenyamanannya.
"Bisa sampai lima orang loh," seloroh Nisa, perempuan ibu muda dari Rawamangun, Jakarta Timur, ketika sedang mencoba duduk di kursi belakang mobil itu. Dia datang bersama suami dan bayi mereka.
Sebagian besar pengunjung juga berusaha meminta meminta lembaran keterangan harga dan spek mobil itu dari para pramuniaga. Tetapi mereka mendapat jawaban yang sama dengan ribuan pengunjung lainnya: mobil itu belum tersedia di dealer dan belum punya harga yang pasti.
"Masih tentatif," kata Toto, staf pramuniaga Ayla yang akhir pekan kemarin bertugas menyambut para pengunjung pameran di booth Daihatsu.
Menurut lelaki yang sehari-hari bekerja di dealer Astra Harmony, Jakarta Pusat itu, mobil dengan mesin berkapasitas 1,0 L itu, baru akan tersedia pada awal tahun depan.
"Kalau peraturan pemerintahnya sudah keluar," tutur lelaki bersetelan jas abu-abu itu.
Yang dimaksud Toto tentu peraturan pemerintah tentang insentif pajak, termasuk di dalamnya pembebasan pajak pertambahan nilai atas barang mewah (PPnBM), untuk mobil seperti Ayla dan Agya yang diklaim termasuk dalam kategori mobil "low cost and green car" - program pemerintah untuk mobil murah dan ramah lingkungan.
Tetapi meski belum jelas Astra sudah berani menjual mobil itu di IIMS yang akan berlangsung hingga 30 September mendatang itu. Tidak hanya itu, sudah lebih dari seratus Ayla yang laris meski pameran baru berjalan dua hari.
"Mulut sampai pegal menjelaskan," ketus Toto, "Capai juga bikin SPK (surat pemesanan kendaraan)."
Staf humas Daihatsu, Guntur Kusuma Ardhy, yang dikonfimasi Beritasatu.com juga mengakui ramainya pesanan yang masuk meski menolak memberikan angka yang pasti.
"Saya belum bisa ngomong untuk SPK. Tetapi sekitar itu memang," tulisnya dalam pesan singkat.
Betapa para pengunjung tidak berebut memesan mobil-mobil itu, untuk mendapatkannya mereka hanya perlu menyetor uang 'tanda jadi' sebesar Rp1 juta untuk Ayla dan Rp5 juta untuk Agya.
"Jika nanti peraturannya tidak keluar dan harga berubah kita akan kembalikan uang 100%," kata Jimmy S, salah satu pramuniaga di booth Daihatsu, sebelum menyodorkan kartu nama dan pergi untuk melayani pelanggan lain.
Harga yang berubah dan pengembalian uang "tanda jadi", seperti yang dijelaskan Jimmy, tentu adalah skenario lain jika peraturan pemerintah tentang insetif pajak itu tidak kunjung dikeluarkan.
Tetapi Menteri Perindustrian, MS Hidayat, yang ditemui seusai membuka IIMS bersama Wakil Presiden Boediono, Jumat (21/9), mengaku optimistis peraturan itu akan keluar, meski tetap menyerahkan sepenuhnya pada Kementerian Keuangan.
"Tolong Anda menemui Menkeu Agus Martowardojo," ketika ditanyai wartawan tentang kejelasan regulasi itu.
"Kemarin di rapat Kabinet khusus mengenai green car sudah saya laporkan. Berilah kesempatan kepada Menkeu untuk memproses sesuai dg prosedur birokrasinya," tukas Hidayat.
0 comments:
Post a Comment