PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara, Ani Yudhoyono beserta delegasi bertolak dari Lanud Halim Pernadankusuma Jakarta menuju New York, AS, Sabtu (22/9) siang. Presiden akan menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
“Saya beserta delegasi akan melaksanakan kunjungan ke New York, AS dalam rangka mengemban tugas-tugas internasional,” kata Presiden SBY dalam keterangan persnya di Lanud Halim PK, Jakarta, kemarin. Presiden melakukan kunjungan ke luar negeri selama delapan hari hingga 30 September 2012.
Selama di New York, Presiden mengikuti dua agenda dalam rangka menjalankan tugas negara yaitu pertemuan bilateral dan multilateral.
Agenda bilateral, menurut Kepala Negara, lebih bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia. Sekurang-kurangnya ada enam agenda bilateral yang diikuti Presiden dan delegasi.
Pertama, menghadiri acara Indonesia Investment Day, yaitu sebuah forum yang akan membahas peluang kerja sama di bidang perekonomian, bisnis termasuk investasi antara Indonesia dengan mitra-mitra di luar negeri. Presiden menilai forum ini sangat penting mengingat perkembangan perekonomian global dimana negara-negara di dunia mengalami kesulitan untuk menjaga pertumbuhan perekonomiannya.
“Dengan menurunnya ekspor hampir semua negara maka sumber pertumbuhan yang diharapkan sekarang ini adalah investasi di samping konsumsi dalam negeri bagi negara yang masih bisa menjaganya,” katanya.
Meskipun ekonomi kita tumbuh 6,5 persen tahun 2011 dan kwartal I dan II tahun 2012 tumbuh 6,3 persen dan 6,4 persen, Presiden mengakui bahwa resesi dunia masih berlangsung dan bahkan diprediksi akan lebih lama.
Oleh karena itu, Kepala Negara mengingatkan agar terus menjaga momentum pertumbuhan dengan menjaga perekonomian dalam negeri. Selain itu, meningkatkan besaran investasi, baik investasi dalam negeri maupun investasi luar negeri.
Presiden SBY menjelaskan, tujuan Indonesia Investment Day antara lain memastikan bahwa ada kerja sama yang baik dan menguntungkan antara Indonesia dan mitra-mitranya di luar negeri. Investasi harus terus berkembang dan pertumbuhan perekonomian terjaga baik.
Agenda bilateral kedua adalah pertemuan dengan delegasi US-ASEAN Business Council dan juga dengan sejumlah organisasi internasional yang bergerak di bidang lingkungan. “Ini juga penting untuk meningkatkan kerja sama di masa depan dan sekaligus Alhamdulillah dalam acara itu, Indonesia akan mendapatkan sejumlah penghargaan dari organisasi atau lembaga-lembaga itu,” katanya.
Agenda ketiga, Presiden dijadwalkan bertemu dengan Sekjen PBB Ban Ki-Moon dan sejumlah kepala negara/kepala pemerintahan yang hadir dalam Sidang Majelis Umum PBB tahun ini. “Ada 9 sampai 12 pertemuan bilateral saya di samping pertemuan dengan Sekjen PBB,” katanya.
Keempat, Presiden akan mempersiapkan pertemuan khusus bersama delegasi dengan sejumlah investor besar yaitu yang telah melaksanakan investasi di Indonesia. Selain itu, investor yang memiliki rencana untuk meningkatkan investasinya maupun yang belum melaksanakan investasi tapi memiliki niat, bahkan rencana yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan investasi di Indonesia.
Kelima, Presiden juga dijadwalkan akan melakukan pertemuan dengan sejumlah organisasai internasional yang memiliki wilayah kerja di bidang pembangunan, kesejahteraan rakyat termasuk gerakan atau kerja sama untuk mengatasi kemiskinan.
Keenam, Presiden akan menghadiri peluncuran Majalah Strategic Review. Presiden SBY diundang dalam forum itu bersama dengan tokoh-tokoh dunia yang lain.
“Ini forum yang penting. Dengan alat itu (majalah Strategic Review, Red), pikiran-pikiran strategis Indonesia bisa diketahui oleh dunia, dengan demikian tentu membawa kebaikan bagi masa depan negara kita dalam hubungannya dengan negara-negara sahabat ataupun dunia secara keseluruhan,” kata Presiden.
Selain itu, Presiden juga dijadwalkan akan mengikuti agenda multilateral, antara lain menyampaikan pidato pada Sidang Umum PBB (General Assembly) dan menghadiri pertemuan pertama High Level Panel untuk merumuskan Development Agenda pasca MDGs 2015.
Terkait pidato di hadapan Sidang Majelis Umum PBB, Presiden SBY menyatakan akan ikut mengisi acara debat Majelis Umum PBB tersebut yang mengangkat topik utama tentang resolusi konflik dan dispute pada tingkat internasional.
Menurut Presiden, Indonesia memiliki otoritas, pengalaman dan bisa berbagi dengan forum menyangkut penyelesaian konflik yang dilkaksanakan secara damai.
Pada Sidang Majelis Umum PBB itu, Presiden juga berjanji akan menyampaikan pandangan Indonesia atas dua hal yang mengemuka di tingkat global. Pertama, pentingnya kerja sama baru di bidang pembangunan ketika MDGs akan berakhir tahun 2015. Kedua, menjawab tantangan-tantangan baru yang dihadapi oleh dunia.
Presiden mengatakan, Indonesia juga memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan pandangan terkait adanya ketegangan atau gesekan atau bahkan benturan antar-pemeluk agama, dan antar-peradaban (civilization). Indonesia juga ikut sebuah protokol internasional. Protokol internasional tersebut antara lain memuat tentang upaya mencegah atau menolak aksi atau inisiatif yang bisa dikategorikan sebagai penistaan agama dari satu agama ke agama manapun.
“Dengan demikian, kita berharap dunia kita ini terjaga keamanan, ketentraman dan ketertibannya,” katanya.
Pada kesempatan itu, Presiden juga akan menyampaikan perkembangan Indonesia sejak terakhir menyampaikan pidato pada tahun 2007.
“Setelah lima tahun ada pergerakan dan capaian-capaian baru di negeri kita, patut kalau saya sampaikan. Intinya apa yang Indonesia telah dan akan kontribusikan untuk mencapai atau membangun dunia yang damai, adil, demokratis dan makin sejahtera,” kata Presiden.
Sebagai Ketua Bersama High Level Panel bersama Perdana Menteri Inggris dan Presiden Liberia, Presiden SBY memulai pertemuan pertama untuk mengemban misi PBB bersama 26 orang selama sembila bulan. “Dan, ini harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga Indonesia juga bisa menyumbang sesuatu yang sangat penting bagi kerja sama dunia setelah 2015 mendatang,” kata Presiden.
Presiden juga dijadwalkan akan menghadiri undangan G17 yaitu negara-negara yang baru mengalami konflik dan sedang melakukan konsolidasi serta pembangunan kembali.
“Indonesia menyambut baik undangan ini, Insya Allah kita bisa berbagi pengalaman, misalkan dalam menyelesaikan urusan kita dengan Aceh dan juga mengakhiri residu konflik antara Indonesia dan Timor Leste,” kata Presiden.
(Jurnas)
0 comments:
Post a Comment