Siasat memperkaya program keahlian di pendidikan menengah pertanian seperti yang dilakukan SMKN 2 Subang, Jawa Barat, berhasil. Peminatnya meningkat, keunggulan di bidang keahlian otomotif muncul.
Sejak tahun 2009, siswa program otomotif dipercaya merakit sepeda motor Kanzen yang dikenal dengan merek Auriga Esemka. Perakitan sepeda motor itu kini mencapai 20 unit. Pemasaran menyasar lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Rakitan sepeda motor itu menarik minat pemerintah daerah. Ada 10 sepeda motor yang dibeli Dinas Pertanian Subang.
Menurut Casidin, Kepala Program Studi Teknik Otomotif SMKN 2 Subang, sebenarnya ada permintaan dari instansi pemerintah Subang lain, yaitu sepeda motor Kanzen jenis Supermoto yang merupakan perkawinan motor trail dan bebek yang cocok untuk di lapangan.
”Cuma belum bisa dipenuhi sebab siswa SMK merakit untuk pembelajaran. Semua materi sepeda motor disediakan dan dikirim PT Kanzen Motor Indonesia ke sekolah,” kata Casidin.
Meski dikerjakan siswa SMK, perakitan sepeda motor Kanzen harus mengikuti standar industri. Pengendalian mutu dilakukan oleh pihak Kanzen.
Sebelumnya, para guru dari berbagai SMK program keahlian otomotif di Indonesia mendapat pelatihan merakit sepeda motor di PT Kanzen Motor Indonesia di Karawang, Jabar. Mereka dilatih sekitar satu bulan mulai dari tahap dasar hingga lanjut.
Selanjutnya, para guru melatih siswa sekitar dua minggu. Siswa didampingi guru merakit semua material sepeda motor yang dikirimkan PT Kanzen Motor Industri ke sekolah.
Material yang dikirim antara lain mesin, rangka, roda, garpu depan, cover body, knalpot, aksesori, wiring harness (rangkaian kabel sepeda motor), baut, dan peralatan kerja.
Perakitan dilakukan siswa di bagian kanan dan kiri. Pos pertama merakit rangka dan mesin. Pos kedua merakit garpu dan tangki bahan bakar minyak (BBM). Pos ketiga memasang roda. Pos keempat memasang rangkaian listrik dan cover body. Pos terakhir memasang aksesori.
Setelah selesai, hasil rakitan dicek di bagian pengendalian mutu. Hal ini untuk menjamin rakitan tidak bermasalah dan siap dipasarkan sesuai standar industri. ”Yang utama dicek mesin, kelistrikan, lampu sein dan penerangan, serta rem. Lalu uji kelayakan motor,” ujar Casidin.
Pemasaran dilakukan sekolah. Sepeda motor bebek Auriga Esemka dijual Rp 9,8 juta, Supermoto dijual Rp 12 juta.
Keahlian siswa SMKN 2 Subang merakit sepeda motor menarik minat perusahaan pengembang retrofit sepeda motor hibrida, yaitu PT Bimmer. Djlamprong Kartiko, salah satu pendiri PT Bimmer, mengatakan, retrofit sepeda motor hibrida ini dilakukan dengan memasang aksesori motor hibrida yang dibuat PT Bimmer untuk semua jenis sepeda motor. Dengan teknologi sederhana ini, sepeda motor bisa digerakkan menggunakan energi listrik dari baterai ataupun BBM.
Pameran sepeda motor hibrida dilakukan saat pelantikan taruna SMKN 2 Subang, pertengahan Januari lalu. Masyarakat cukup meminati produk ini karena memberikan solusi sederhana dan terjangkau mengatasi kenaikan harga BBM.
Sekolah ini bakal menjadi pilot project terkait retrofit sepeda motor hibrida, mulai dari penjualan aksesori motor hibrida seharga Rp 2,5 juta, pemodifikasian sepeda motor semua merek menjadi motor hibrida, hingga servis sepeda motor.
Kepala SMKN 2 Subang Priyanto yang ditunjuk menjadi Ketua Asosiasi Koperasi SMK Pengembang Sepeda Motor Hibrida (terdiri dari 50 SMK) menyambut baik kepercayaan PT Bimmer untuk mengembangkan keahlian siswa dalam merakit sepeda motor hibrida sekaligus pengembangan kewirausahaan.
Pabrik di sekolah
Sebelumnya, siswa SMKN 2 Subang ahli merakit kabel-kabel listrik untuk sepeda motor (wiring harness). Sejak 2004, perakitan itu dipercayakan PT Kinenta Indonesia Purwakarta, perusahaan pemasok wiring harness.
”Awalnya, siswa kami yang ke perusahaan di Cikarang. Kemudian produksi dipindahkan ke sekolah,” kata Tatang Supardi, pengelola teaching factory SMKN 2 Subang.
Jumlah siswa di sekolah ini 2.405 orang. Sebanyak 56 persen dari keluarga tidak mampu. Mereka dipekerjakan di perakitan sehingga bisa membiayai sendiri sekolahnya. SMKN 2 Subang juga membuka sekolah kelas jauh yang akan jadi SMK mandiri di 13 titik di Kabupaten Subang.
Dari satu teaching factory berukuran 60 x 12 m, kini berkembang jadi tiga. Saat ini ada 400 siswa direkrut bekerja. Mereka bekerja lima hari seminggu selama 7-8 jam dari pukul 08.30.
Sebagai pendidikan menengah kejuruan, pembelajaran kompetensi keahlian tidak hanya teori. Sekolah kreatif menciptakan peluang bisnis sesuai program keahlian di sekolah.
Sekolah ini memproduksi air mineral gelas dengan merek Esemka sebanyak 50 dus per hari memanfaatkan mata air di sekolah. Selain itu, juga pembuatan jus buah, seperti mangga, nanas, dan jambu, serta nata de coco bermerek Stempet.
Program keahlian pertanian yang menjadi inti pendidikan kejuruan di SMKN 2 Subang diperkuat. Pengolahan hasil pertanian terus dikembangkan, seperti pembuatan keripik, nugget ayam, dan bakso ayam wortel.
Potensi program keahlian tata busana juga berkembang. Setidaknya, siswa dari jurusan ini yang memproduksi seragam siswa dan guru.
Sekolah ini bakal digandeng perusahaan Jepang untuk memproduksi sarung tangan. Lagi-lagi, pabrik dihadirkan di sekolah dengan fasilitas peralatan dari perusahaan Jepang.
”Semua program keahlian didorong untuk berproduksi. Sebisa mungkin sekolah memperbanyak kesempatan praktik siswa dan mendorong kreativitas,” kata Priyanto. (Kompas, 4 Februari 2012/ humasristek)
• ristek
0 comments:
Post a Comment