Jakarta | DIREKTUR Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana menilai, pengembangan pembangkit listrik tenaga angin di Tanah Air tak prospektif. Pasalnya, kondisi geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat embusan angin berubah-ubah.
"Pembangkit listrik angin ini paling susah pengembangannya karena anginnya tidak konstan, tergantung tekanan dan panas sehingga sulit diprediksi," kata Rida, di Jakarta, Sabtu (23/2).
Namun demikian, pemerintah tetap menyusun aturan tarif untuk listrik bertenaga angin agar pengembangannya tetap menarik secara keekonomian. Besaran harga listrik dari pembangkit bertenaga angin belum selesai di susun Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE.
Sejauh ini dibandingkan listrik bertenaga angin, imbuh Rida, pemerintah tetap condong mengembangkan listrik dari panas bumi. Pasalnya, sulit menentukan wilayah di Indonesia yang memiliki kapasitas angin memadai untuk mengoperasikan pembangkit listrik.
"Saya tetap prioritaskan pembangkit listrik tenaga panas bumi dulu. Karena sekali bangun dayanya bisa langsung besar, bisa puluhan dan ratusan megawatt," ujar Rida. ESDM menetapkan sistem harga khusus listrik panas bumi dari pengembang swasta ke PLN. Revisi tarif itu ada dalam Peraturan Menteri No 22 tahun 2012.
● Jurnas
0 comments:
Post a Comment