Showing posts with label BATAN. Show all posts
Showing posts with label BATAN. Show all posts
0

Kepala BATAN: "Reaktor Eksperimental Daya Lebih Mudah Diterima Publik"

Jakarta Energi Nuklir menjadi salah satu opsi yang bisa dipilih untuk mengatasi persoalan krisis energi di tanah air. Di tengah semakin menipisnya sumber-sumber energi dari fosil seperti minyak bumi dan batu bara, energi nuklir menjadi alternatif sumber energi terbaik untuk memenuhi kebutuhan hampir 260 juta penduduk Indonesia ini. Untuk mewujudkan opsi terbaik ini tentu membutuhkan dukungan seluruh stakeholders.

Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Namun sejalan dengan belum diterimanya secara utuh nilai positif dari rencana pemerintah terhadap pembangunan PLTN oleh sebagian masyarakat, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto mewacanakan gagasan pembangunan reaktor eksperimental daya terlebih dulu sebagai pilihan mendesak untuk mengatasi kebutuhan energi listrik di seluruh wilayah di tanah air.

"Reaktor ekperimental daya diharapkan mampu menjadi role model pembangunan PLTN dalam skala kecil sehingga masyarakat nantinya dapat melihat secara objektif jika bisa diwujudkan bahwa sesungguhnya PLTN itu adalah teknologi yang aman dan ramah lingkungan," jelas insinyur nuklir UGM Yogyakarta.

Untuk mengetahui langkah taktis dan strategis bagaimana mengimplementasikan terobosan program-program BATAN ke depan, Doktor Nuclear Engineering University of Tokyo yang baru dua bulan menjabat sebagai Kepala BATAN ini berkesempatan melakukan wawancara dengan Ag. Sofyan dari Suara Karya. Berikut petikannya :

Apa langkah-langkah yang anda lakukan selepas menerima kepercayaan menjadi Kepala BATAN ?

Pertama kita lakukan pendekatan kepada stakeholders terkait termasuk di dalamnya media massa. Kita juga menggandeng pemangku kepentingan lain termasuk perguruan tinggi, karena BATAN menyadari sebagai lembaga litbang, kita tak akan dapat berdiri sendiri. Salah satunya ITB yang memiliki ahli reaktor nuklir akan intens dilibatkan dalam kerja sama ini. Intinya kita akan lebih mengikat banyak jejaring, karena BATAN tentu tak dapat berjalan sendiri untuk mensukseskan progamnya.

Kita bisa melihat contoh yang bagus dan belajar dari metode yang diterapkan di Jepang dimana sejumlah peneliti dan komunitas intelektual (universitas) turut mendukung dan bekerja bersama-sama dalam menciptakan PLTN yang aman dan bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak. Di Indonesia justru ironis, kami dicap kalau semua yang berkaitan dengan nuklir itu urusannya BATAN saja. Seolah-olah di luar BATAN tak perlu dilibatkan.

Bagaimana respon masyarakat terhadap penggunaan teknologi nuklir ?

Saya menilai persepsi publik terhadap teknologi nuklir semakin positif dan cenderung meningkat. Ada progress yang cukup baik di masyarakat terhadap penerimaan energi nuklir. Itu bisa dilihat pada hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga riset Andira Karya Persada, yang menurut saya memberikan surprise karena hasilnya menunjukkan persepsi masyarakat yang baik terhadap BATAN dalam konteks bicara tentang teknologi nuklir. Survei menunjukkan setelah Presiden, BATAN dianggap sebagai institusi yang terpercaya berbicara tentang nuklir. Meskipun betul itu memang tugas pokok kita, namun kepercayaan ini tentu menjadi modal yang menggembirakan bagi BATAN untuk melangkah lebih jauh. Hasil survei itu memberikan gambaran positif penerimaan masyarakat pada alternatif penggunaan energi nuklir sebagai opsi mengatasi krisis energi nasional. Secara umum persepsi masyarakat tentang Iptek Nuklir lebih baik di tahun ini. Hal itu bisa kita cermati dengan meningkatnya persepsi positif masyarakat terhadap kegunaan teknologi nuklir.

Bagaimana dinamika persepsi publik terhadap survei tersebut ?

BATAN secara rutin menggiatkan jajak pendapat berdasarkan penetapan Renstra PDIN 2010-2014. Awalnya, pada 2010 persepsi masyarakat secara nasional ditunjukkan dengan angka 59,7 persen menerima pemanfaatan Iptek Nuklir dalam bidang energi melalui pembangunan PLTN, sebanyak 25,5 persen menilai perlunya pembangunan PLTN dan 14,8 persen tidak tahu.

Sedangkan pada 2011, terjadi penurunan penerimaan pembangunan PLTN dengan 49,5 persen setuju, 35,5 persen responden menolak, dan 15 persen tidak tahu. Jajak pendapat dari 7 Oktober hingga 21 Oktober 2012, menemukan bahwa 52,7 persen dari keseluruhan responden menerima pembangunan fasilitas PLTN di Tanah Air, sedangkan 25,23 persen tidak setuju, dan 22,83 persen tidak tahu.

Bagaimana memberikan pemahaman bahwa teknologi nuklir dibutuhkan untuk masa depan ?

Salah satu hal yang penting untuk terus disosialisasikan adalah mengubah mindset, bahwa kita tidak lagi kaya sumber energi. Suatu saat sumber energi dari fosil seperti minyak dan batu bara akan habis. Oleh karenanya BATAN secara aktif mengajak berbagai kalangan, termasuk akademisi dan para jurnalis mempunyai persepsi yang sama terhadap energi alternatif positif lainnya, salah satunya energi nuklir. Saat ini Iptek Nuklir memang telah dipergunakan untuk program nonenergi. Melalui kegiatan ini, nuklir bisa langsung dimanfaatkan melalui berbagai aplikasi yang hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Contohnya Teknik Serangga Mandul (TSM) dan pemuliaan varietas padi unggul adalah aplikasi teknologi nuklir yang memberi manfaat bagi masyarakat.

Bagaimana tentang pembangunan PLTN ?

Indonesia masih membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mewujudkan obsesi itu. Beberapa daerah di wilayah tanah air memang telah mengajukan tawaran untuk menjadikan lokasi alternatif tapak nuklir.

Namun, yang menjadi masalah adalah ketidakpastian regulasi maupun kebijakan di daerah yang sering berubah-ubah seiring pergantian pimpinan daerah yang bisa berpengaruh terhadap keberlangsungan tapak nuklir ini.

Saya katakan daerah harus memiliki planning jangka panjang yang kuat yang tidak akan membawa pengaruh terhadap policy yang sudah diambil meskipun pucuk pimpinan daerah bisa saja berganti kapan pun.

Di usia ke 54 BATAN, apa harapan anda ?

Jujur saya ingin membawa BATAN kembali ke khittah sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang). Khitah BATAN memang seperti itu dan bukan sebagai lembaga pembuat kebijakan energi. Soal itu barangkali adalah otoritas yang bisa diserahkan kepada Kementerian ESDM maupun institusi terkait seperti DEN. BATAN ingin tugas dan fungsinya hanya memberikan masukan atas opsi-opsi terbaik yang bisa dipilih terhadap Iptek Nuklir. Sementara keputusan finalnya dikembalikan kepada pemerintah dengan persetujuan DPR.

Apa tantangan BATAN ke depan ?

Tantangan utama BATAN adalah menyiapkan diri kapan pun pemerintah menghendaki energi nuklir dapat segera diimplementasikan di negeri ini dengan pembangunan PLTN. Kita sekuat tenaga lakukan terus langkah tersebut agar tidak terjadi demotivasi pada seluruh karyawan dan para peneliti di BATAN. Mereka harus punya semangat yang kuat bahwa suatu saat obsesi pembangunan nuklir akan bisa terwujud. Di sisi eksternal, jika kelak policy pemerintah untuk menggunakan energi nuklir dilakukan, kita sudah siap setiap saat kapan pun dan siapa pun pemerintahannya. Untuk mencegah sikap apatis dan skeptis, BATAN menciptakan berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi, karena kita memiliki 3 reaktor riset yang menjadi tumpuan melakukan kegiatan.

Reaktor yang sudah ada sejak tahun 1965 harus tetap berjalan dengan baik dan kegiatan yang dilakukan sangat penting untuk menunjukkan eksitensi BATAN tak hanya di tingkat nasional tapi juga di mata internasional. Australia barangkali bisa menjadi contoh yang sangat baik. BATAN-nya Australia tidak punya PLTN, namun tenaga mereka expert dan eksis di seluruh dunia di bidang nuklir. Maka kita harus bisa seperti itu, tanpa PLTN-pun kita harus bisa mencetak tenaga yang expert dan mendunia. Dan kita siap untuk itu.

Penggunaan energi nuklir di masa depan akan menjadi pilihan yang tak terelakkan. Kita bisa lihat contoh Uni Emirat Arab yang kaya energi, mereka juga telah memikirkan alternatif penggunaan energi nuklir sebagai pilihan tepat masa depan.

Apa sebetulnya obsesi anda sebagai orang yang sudah lama berkutat di bidang kenukliran ?

Dengan berkaca kepada sejarah selama hampir tiga dekade keinginan untuk mewujudkan PLTN belum terlaksana. Saya ingin mewujudkan pembangunan reaktor eksperimental daya yang akan digunakan sebagai reaktor riset yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dalam skala kecil tetapi tidak komersial. Ini semacam PLTN mini, dimana di situ masyarakat dapat melihat maket PLTN yang safe sehingga menambah keyakinan pada masyarakat bahwa teknologi nuklir untuk kepentingan energi sesungguhnya aman untuk digunakan.
Keinginan ini adalah upaya terobosan mengingat kesulitan yang demikian besar jika memakai jalur konvensional untuk membangun PLTN. Pembangunan reaktor eksperimental daya ini saya asumsikan lebih mudah diterima selain tidak membutuhkan proses politik yang panjang. Apalagi itu juga masih dalam domain tugas BATAN. *

Suara Karya
0

Indonesia berpeluang jadi pusat fisika teori Asia Timur

Jakarta � Indonesia berpeluang menjadi markas Pusat Fisika Teori International (International Center for Theoretical Physics/ ICTP) di kawasan Asia Timur.

"International Atomic Energy Agency (IAEA) dan ICTP menilai Indonesia layak. Ini sesuatu yang membanggakan," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Wisnubroto, di sela lokakarya bertema "Entrepreneurship Physicists and Engineers from Far Eastern Developing Countries" di Jakarta, Senin.

Menurut Djarot, penilaian kelayakan tersebut dilakukan berdasarkan keberadaan infrastruktur keilmuan seperti laboratorium serta kemampuan sumber daya manusia.

"Dorongan ini disampaikan melalui Batan karena kami telah memiliki hubungan kerja sama erat dengan IAEA dan cukup sering menggelar kegiatan regional di bidang ketenaganukliran," katanya.

Menurut dia, rencana untuk menjadi markas Pusat Fisika Teori Internasional tersebut sudah mendapat dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi, universitas, dan lembaga-lembaga penelitian.

Djarot mengatakan, posisi Indonesia di bidang ilmu fisika akan makin diperhitungkan bila menjadi markas Pusat Fisika Teori Internasional di tingkat regional.

Menurut Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan Batan, Anhar Riza Antariksawan, pembentukan ICTP Regional Asia Timur di Indonesia akan sangat menguntungkan, termasuk diantaranya meningkatkan interaksi ilmuwan dalam negeri dengan ilmuwan internasional.

"Indonesia akan menjadi magnet bagi ilmuwan mancanegara karena banyak kegiatan yang digelar," tambahnya.

ICTP merupakan lembaga keilmuwan nirlaba yang dibentuk tahun1964 di Trieste, Italia, atas prakarsa Dr. Abdus Salam, pemenang Nobel bidang Fisika dari Pakistan, dan kemudian mendapat dukungan dari fisikawan dunia dan pemerintah Italia.

Kegiatan ICTP mencakup kerja sama riset, serta program pendidikan dan pelatihan. Lembaga itu dalam setahun mengadakan sekitar 80 kegiatan di Italia dan 15 kegiatan di negara berkembang.

Perkembangan sains dan teknologi yang pesat berdampak pada peningkatan kegiatan ICTP, sehingga organisasi itu kemudian membangun ICTP Regional Amerika Selatan di Sao Paulo, Brazil, yang memulai kegiatannya pada 2012.(D009)


0

Batan Tekno Pasok Teknologi untuk RNI

http://koran-jakarta.com/images/berita/103808.jpg
Jakarta - PT Batan Tekno (Persero) berencana menyediakan teknologi iradiasi untuk polimerisasi lateks hasil produk PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dalam waktu dekat ini. RNI merupakan salah satu BUMN yang memiliki bisnis inti agribisnis, selain farmasi dan properti.

"Kita sudah bicara dengan RNI untuk memproduksi fasilitas iradiasi polimerasi lateks di Jawa Barat," tutur Direktur Utama Batan Tekno, Yudi Utomo Imardjoko, di Jakarta, Senin (22/10). Dia mengungkapkan perjanjian kerja sama sudah dilakukan tinggal implementasi kerja sama tersebut. Investasi untuk teknologi iradiasi diperkirakan mencapai 25 miliar rupiah.

Dana ini seluruhnya berasal dari RNI. "Kita hanya menyediakan teknologi semata, RNI investornya," tutur dia. Teknologi iradiasi ini digunakan untuk mensterilisasi produk RNI, salah satunya kondom. Selama ini, kondom RNI belum melalui proses sterilisasi. Dengan kerja sama ini nantinya seluruh kondom buatan RNI akan disterilkan mulai tahun depan.

Keuntungan dilakukannya sterilisasi, yakni masa kedaluwarsa kondom akan lebih lama menjadi 10 tahun, dari sebelumnya lima tahun, serta daya tahan kondom terhadap virus semakin kuat. Selain bekerja sama dengan RNI, Batan Tekno juga menjajaki kerja sama dengan PT Pertamina Persero untuk fasilitas produksi hidrogen.[Ant/E-7]


@ Koran Jakarta
0

Nuklir Dibutuhkan Guna Sokong Ekonomi Indonesia

http://m.okezone.com/mimg/2012/10/17/56/705311/large_cZrISE5YYj.jpg
Ilustrasi PLTN
(Foto Corbis.com)
Jakarta  - Direktur Industri, Iptek dan BUMN Bappenas, Mesdin Kornelis Simarmata mengatakan, guna menyokong Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Indonesia memerlukan kehandalan sumber energi yang mendekati 100 persen.

"Industri di Indonesia merupakan padat energi, oleh karena itu untuk mendukung industri Tanah Air, nuklir menjadi sumber energi yang dapat dihandalkan," ujar Mesdin kepada Okezone di Jakarta, Rabu (17/10/2012).

Mesdin menambahkan, industri padat energi dan modal seperti, pemurnian serta peleburan logam, pengolahan CPO, dan pengolahan karet membutuhkan energi listrik yang mumpuni.

"Sayangnya, pasokan energi belum mencukupi. Oleh karena itu PLTN dapat menyokong kebutuhan energi," imbuh Mesdin.

Bukan hanya dari sisi industri nuklir, dalam bidang pangan, pengaplikasian teknologi nuklir dapat membantu ketahanan pangan dan menembus target 10 juta ton pada 2014.

"Bibit unggul yang telah diproses dengan teknologi radiasi telah menyumbang bibit unggul padi, kedelai, sorgum, dan lainnya," paparnya di sela-sela acara Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang di kantor BATAN, Pasar Jumat, Jakarta.

Di sisi lain, industri makanan juga  memerlukan teknologi pengawetan yang tidak merusak kesehatan. Oleh sebab itu, metode pengawetan dengan teknologi radiasi dapat diandalakan dan berkontribusi dalam industri makanan di Tanah Air.

Selain itu, dari aspek kesehatan, kata Mesdin, disaat ekonomi tumbuh, kesehatan akan tumbuh. Oleh karena itu diperlukan alat diagnosa(gamma camera, diagnostic kits, dan obat-obatan yang ditelurkan dari pengaplikasian teknologi radiasi dan radio isotop BATAN.(amr)

0

Petani Berminat Terhadap Padi Hasil Rekayasa Teknologi

batan1510Jakarta - Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir (PHLPN) Batan, Ferhat Aziz mengatakan, semakin banyak petani yang berminat menggunakan benih padi hasil rekayasa teknologi radiasi nuklir.

Mereka semakin yakin benih padi yang dihasilkan Batan seperti varietas Bestari aman digunakan dan hasilnya lebih baik.“Beras mutasi radiasi nuklir tidak berbahaya untuk dikonsumsi,” katanya.

Menurutnya, secara alamiah mutasi sendiri sudah berlangsung sejak lama jadi bukan menjadi alasan untuk ditakuti. Sudah menjadi tugas Batan terus mengembangkan benih yang lebih baik dengan teknologi mutasi radiasi.

Saat ini pihak Batan tengah giat memperkenalkan salah satu hasil pemuliaan padi dengan teknologi radiasi tersebut yakni varietas Bestari kepada petani di Kabupaten Lombok Timur.

Kawasan ini dikenal sebagai salah satulumbung padi yang cukup penting. Sebab padi yang dihasilkan sudah surplus karena untuk konsumsi lokal hanya sekitar 50%, sisanya dikirim ke daerah lain dan untuk konsumsi nasional.

“Meski tergolong surplus tetapi produktifitas rata-ratanya baru sekitar 5 ton/ha GKG (gabah kering giling) dan untuk padi gogo sekitar 3,1 ton/ha GKG. Karena itulah Batan memperkenalkan varietas Bestari kepada mereka yang didaerah tersebut mampu berproduksi sekitar 7 ton/ha GKG.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Hanah mengucapkan terima kasih kepada Batan yang telah memperkenalkan bibit unggul tersebut. Namun demikian ia menyatakan perlunya sosialisasi lebh lanjut karena masyarakat banyak yang tidak mengetahui Batan itu apa?. Sedangkan petani lainnya Sanusi mengatakan Bestari ternyata punya kelebihan yaitu tahan baik di musim panas maupun musim hujan. (faisal)

Teks : Panen padi hasil varietas Bestari di Lombok Timur (batan)

0

Dahlan Iskan Perjuangkan Kepemilikan Pabrik Isotop di AS

Ilustrasi. (Foto: Reuters)Jakarta - PT Batan Teknologi (Batantek) berencana membangun pabrik yang memproduksi isotop nuklir di Amerika Serikat (AS). Pengadaan isotop tersebut, nantinya akan digunakan untuk keperluan kesehatan.

Menteri BUMN Dahlan Iskan menuturkan, dalam pembangunannya, pihak Batantek akan memperoleh pendanaan dari Eximbank. Meski begitu, kepemilikan pabrik isotop nuklir tersebut nantinya mayoritas dipegang oleh pihak AS.

"Mereka mayoritas karena mereka investasi lebih besar, investasi kita Rp 1,7 triliun," kata Dahlan di Kantor Kemenko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa(2/10/2012).

Namun, Dahlan mengungkapkan, meski investasi AS lebih besar, namun besaran kepemilikan pabrik tersebut belum menemukan titik temu. "Tapi ini masih rundingan, masih dimatangkan." ujar dia

Diberiatakan sebelumnya, pendanaan pabrik isotop nuklir yang akan dibangun PT Batan Teknologi dibiayai Eximbank. Dahlan menyebutkan Batantek memperoleh dana sebesar Rp 1,7 triliun.

Hingga saat ini, Dahlan masih menunggu kabar dari Direktur Utama PT Batantek mengenai laporan ke pemegang saham AS. Selain itu, dia juga berkoordinasi dengan pemegang saham pihak Indonesia. "Nah, kalau nanti pemegang saham setuju baru lah direalisasikan," katanya.

Dia menjelaskan, alasan Batan membangun pabriknya di sana, karena jika diproduksi di Indonesia tetap harus dibawa ke AS. Dalam perjalanan tersebut, dikhawatirkan radiasi isotop tersebut akan habis. "Kalau dikirim ke AS itu radiasinya hilang, satu-satunya cara mendirikan perusahaan di AS," Pungkas Dahlan.(mrt)

0

Batuan Bangka terbaik untuk tapak PLTN

Ilustrasi PLTN
Jakarta - Batuan granit yang membentuk Kepulauan Bangka Belitung merupakan batuan terbaik bagi suatu tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) karena jenis batuan ini sangat stabil dari guncangan gempa.

"Jenis batuan granit sangat keras dan terbangun utuh hingga kedalaman sampai berkilo-kilometer ke dasar mantel bumi," kata Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Sarwiyana Sastratenaya di sela "Seminar on Natural Hazard Mitigation to Critical Installation" di Universitas Pancasila Jakarta, Sabtu.

Jenis ini ada juga di beberapa tempat di Sumatera bagian timur atau kalimantan bagian barat tapi relatif muda, sedangkan di Bangka relatif tua dengan usia ratusan juta tahun, berarti semakin baik, ujar Sarwijana Sastratenaya.

Bangka, lanjut dia, juga berada di intra-plate (dalam lempeng) yakni lempeng Sunda yang bukan lokasi gempa.

"Banyak wilayah lain di Indonesia berada di inter-plate atau di atas patahan lempeng Eurasia dan Indo-Australia sehingga rawan gempa, seperti di sepanjang Barat Sumatera dan selatan Jawa," ujarnya.

Laut di sekitar Bangka juga merupakan laut dangkal sedalam hanya 20-30 meter sehingga tak memungkinkan munculnya tsunami yang mensyaratkan kedalaman laut sampai ribuan meter.

Selain itu, ujar Sarwiyana, Bangka juga jauh dari gunung api, karena yang terdekat berjarak 350 km yakni Gunung Lumut Balai di Lampung. Ini berbeda dengan Semenanjung Muria, Jepara (tapak sebelumnya) yang masih berdekatan dengan Gunung api Muria meski gunung tersebut tergolong" mati".

Namun demikian, saat ini Bangka sebagai tapak masih berada dalam kajian Batan dengan dana untuk dua tapak yakni di Bangka Barat dan Bangka Selatan selama 2011-2013 sebesar Rp160 miliar.

"Yang jelas Bangka berbeda dengan PLTN Fukushima di Jepang yang tepat berada di atas `ring of fire`, lokasi yang rawan gempa dan tsunami," katanya.

Seminar tersebut juga menghadirkan pakar bangunan berisiko Antonio R Godoy dan pakar seismo-tektonik Prof Leonello Serva.(D009/A011)

0

"Bangun Satu PLTN Saja di Indonesia Didemo!"

http://monitoringmedia.files.wordpress.com/2010/07/pltn-tanjung-muria.jpgDEPOK – Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengkritik pemerintah Indonesia yang cenderung lambat dalam mengambil kebijakan dalam rangka pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Padahal, sesuai undang-undang, tahun 2016-2019 PLTN sudah harus dioperasikan, sementara untuk membangun PLTN butuh waktu 10 sampai 15 tahun.

Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) Batan A Sarwiyana Sastratenaya mengungkapkan banyak hal yang mengganjal dalam pembangunan PLTN. Padahal ia meyakini bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sudah betul-betul siap.

“Hal yang mengganjal yakni national position, lalu managemennya, serta keterlibatan pemangku kepentingan salah satunya pemerintah, selama ini masih lemah,” ujarnya kepada wartawan di Universitas Pancasila, Minggu (30/09/12).

Sarwiyana menambahkan saat ini BATAN sedang melakukan studi pembangunan PLTN di Bangka dengan melibatkan ahli-ahli internasional. China, lanjutnya, sejauh ini telah membangun 25 PLTN, sejumlah di antaranya sedang konstruksi.

"PLTN China sudah banyak, karena menyadari rakyatnya banyak. Indonesia keempat penduduk terbesar di dunia, tapi tak memiliki nuklir seperti Nigeria dan Bangladesh. Masa mau berteman dengan yang bodoh-bodoh terus. Amerika punya 100 lebih PLTN tenang saja, Malaysia sedang mulai bangun, kita bangun satu saja kok susah betul, kok pakai didemo terus. Justru dengan adanya sosialisasi PLTN malah menimbulkan kelompok anti PLTN  yang punya kepentingan. Kita diganggu terus,” tukasnya.

Menurutnya Bangka adalah pemilihan lokasi yang tepat. Sebab daerahnya cenderung stabil.

“Bangka salah satu ring of fire. Tak ada tempat yang enggak boleh dibangun PLTN sebenarnya, semuanya boleh tak ada. Kenapa di Bangka? Daerahnya stabil, kami cari yang lebih aman, sebenarnya kami pernah membidik lokasi di Muria, namun kita belum selesai, ada masyarakat setempat yang menolak,” paparnya.(wdi

0

Bangun Pabrik Isotop Nuklir, Batan Teknologi Kucurkan Rp 1,7 T

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTUOhnAniegsirFu_rI2iWLudXzUKmHkITxFnUiBve07dZ-RAKWJAKARTA - PT Batan Teknologi (Persero) berencana membangun pabrik yang memproduksi isotop nuklir di Amerika Serikat (AS). Pengadaan isotop tersebut, nantinya akan digunakan untuk keperluan kesehatan.

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan, pendanaan pabrik isotop nuklir yang akan dibangun PT Batan Teknologi dibiayai Eximbank. Dahlan menyebutkan Batantek memperoleh dana sebesar Rp 1,7 triliun.

"Iya betul, itu (pembiayaan) dari Eximbank. Betul pendanaannya dari sana," ujar Dahlan Iskan, kala ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu(26/9/2012).

Dahlan menuturkan, meski Batantek memperoleh pendanaan dari Eximbank. Namun pihak AS juga memiliki investasi yang lebih besar. Menurut dia, kepemilikan pabrik isotop nuklir tersebut nantinya mayoritas dipegang oleh pihak AS. "Mereka mayoritas karena mereka investasi lebih besar, investasi kita Rp 1,7 triliun," ujar Dahlan.

Hingga saat ini, Dahlan masih menunggu kabar dari Direktur Utama PT Batantek mengenai laporan ke pemegang saham AS. Selain itu, dia juga berkoordinasi dengan pemegang saham pihak Indonesia. "Nah, kalau nanti pemegang saham setuju baru lah direalisasikan," katanya.

Dahlan menjelaskan, produk yang dihasilkan pabrik reaktor nuklir isotop di Amerika akan berbentuk menyerupai cairan. cairan itu nantinya akan mampu mendeteksi penyakit seseorang. Dengan cara menyuntikan cairan radio isotop itu seperti dikatakan Dahlan, akan mampu mendeteksi penyakit seseorang. 

"Nanti itu seperti cairan, nanti akan bisa memdeteksi sakit apa dengan cara menyuntikan cairan itu, cairan itu namanya radio isotop, yang bisa mendeteksi penyakit," jelas dia

Cairan itu yang nantinya akan membedakan organ-organ tubuh, sehingga ketika cairan itu masuk maka akan kelihatan penyakitnya apa. "Lebih untuk mendeteksi," tambah dia.

Menurutnya, cairan ini akan menggantikan penggunaan citiscan, namun lebih praktirs karena hanya di suntikan. "Ini sangat aman, enggak berbahaya, ini sangat aman," tegas Dahlan.

Sebelumnya, Dahlan mengatakan bahwa Batan Teknologi punya peluang menjadi produsen radio isotop atau kedokteran nuklir terbesar di dunia. "Batan Teknologi ini peluangnya besar, negara lain enggak ada yang bisa buat kecuali Indonesia," katanya.

Dia menjelaskan, alasan Batan membangun pabriknya di sana, karena jika diproduksi di Indonesia tetap harus dibawa ke AS. Dalam perjalanan tersebut, dikhawatirkan radiasi isotop tersebut akan habis. "Kalau dikirim ke AS itu radiasinya hilang, satu-satunya cara mendirikan perusahaan di AS," jelasnya.
0

Batan nilai banyak wilayah Indonesia stabil untuk PLTN

http://img.antaranews.com/new/2011/01/thumb/20110118021131nuklir-reaktor-rk.jpgJakarta - Tidak semua wilayah Indonesia berada di "ring of fire" atau cincin api yang rentan terhadap gempa dan tsunami, sebaliknya banyak yang cukup stabil bagi berdirinya sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

"Wilayah nusantara memang banyak yang dilewati ring of fire seperti di barat Sumatera atau di selatan Jawa, tapi banyak juga lokasi yang tak terpengaruh oleh cincin api itu dan cukup stabil," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot S Wisnubroto di sela Seminar "Impact of Earthquake and Tsunami to NPP" di Jakarta, Kamis.

Saat ini, ujar Djarot yang baru dilantik sebagai kepala Batan beberapa waktu lalu, pihaknya masih mengkaji Pulau Bangka di timur Sumatera yang saat ini dinilai sebagai salah satu wilayah yang cukup stabil.

"Namun pengkajiannya masih berjalan dan dijadwalkan baru selesai pada akhir 2013," tambah Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir Batan Sarwiyana Sastranegara.

Kalimantan dan banyak wilayah lain, ia mengakui memang sangat stabil namun PLTN dengan kemampuannya membangkitkan energi rata-rata 1.000 MW per unit hanya dipasang di wilayah yang masyarakatnya membutuhkan listrik skala besar seperti Jawa-Sumatera.

Ia mengatakan, selama bertahun-tahun Indonesia merdeka, baru memiliki energi listrik 35 ribu MW, padahal pada 2025 Indonesia dituntut memiliki energi listrik berkapasitas 115 ribu MW.

"Dari manakah selisih sebesar ini didapatkan? Tidak mungkin hanya mengandalkan energi fosil, apalagi energi alternatif seperti energi surya dan angin," katanya.

Perlu diketahui, lanjut Sarwiyana, hanya 10 persen energi listrik Jepang berasal dari energi alternatif, dimana 9 persen di antaranya merupakan energi air, sedangkan energi surya, angin dan lainnya hanya 1 persen.

Dikatakan Djarot, ukuran tingkat kemakmuran suatu negara sebanding dengan konsumsi energi per kapita dimana energi per kapita Indonesia saat ini hanya 591 kWh/kapita, sangat rendah dibanding Malaysia 3.490 kWh/kapita, Thailand 2.079 kWh/kapita bahkan Vietnam 799 kWh/kapita.

Selain faktor tapak yang stabil, tambahnya, teknologi PLTN yang akan dipakai Indoneia harus berbeda dengan teknologi yang digunakan di Fukushima Jepang, apalagi Chernobyl yang masih menggunakan teknologi usang.(D009/Z003)