Pegawai Divisi Munisi PT Pindad sedang mengerjakan pembuatan peluru di salah satu mesin pencetak. Divisi Munisi PT Pindad yang terletak di Turen, Malang, Jawa Timur setiap tahunnya memproduksi 100 juta butir peluru dan bom berbagai ukuran dan kaliber. Selain untuk kebutuhan TNI/Polri, peluru-peluru ini juga di ekspor ke negara-negara tetangga. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)
“Mendukung kemampuan industri yang bergerak dalam bidang pertahanan dan keamanan (hankam). Itu adalah tujuan utama tim ketika mengembangkan teknologi manufaktur pelat kuningan untuk pembuatan munisi”, demikian dikatakan Kepala Bidang Industri Logam, Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT, Ari Hendarto saat diwawancarai (15/02).
Munisi, atau amunisi, adalah suatu benda yang mempunyai bentuk dan sifat balistik tertentu, yang dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu. Munisi dapat ditembakkan dengan senjata maupun alat lain dengan maksud ditujukan kepada suatu sasaran.
Dalam pengerjaannya menurut Ari, tim BPPT berkonsultasi dengan pihak PT Pindad. “Sebagai produsen dari alat-alat pertahanan, tentunya PT Pindad sangat paham mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan dalam proses produksi”, jelasnya.
Hal senada di ungkap juga oleh salah satu anggota tim yang terlibat dalam pembuatan munisi, Iwan Setiadi. “Bersama PT Pindad, kami telah melakukan berbagai uji coba untuk menemukan komposisi yang tepat bagi munisi ini”.
Tingginya resiko yang bisa ditimbulkan pada proses uji coba lanjut Iwan, menuntut timnya untuk sangat cermat dalam pengerjaan. “Mulai dari dimensi, ketebalan, kekerasan, sampai pada ukuran butiran, semuanya harus presisi”, tegasnya.
“Rencana kedepan, kita akan meningkatkan pada kaliber yang lebih tinggi dari yang kita kembangkan saat ini, yakni dari kaliber 5,56 mm ke kaliber 20mm”, ungkap Ari.
Dikesempatan yang berbeda, Direktur Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT Danny M. Gandana mengatakan bahwa PTIP mendukung kemajuan industri proses disetiap sektor di Indonesia. “Indonesia harus leading dalam industri proses. Dengan memberdayakan kemampuan dalam negeri, kita tidak lagi selalu bergantung pada produk impor. Terlebih lagi dengan berkembangnya industri di Indonesia, tentunya akan membuka lebih banyak peluang untuk berkarya dan menambah kesempatan kerja bagi setiap individu”, tandasnya. (KYRA/humas)
• BPPT
Dalam pengerjaannya menurut Ari, tim BPPT berkonsultasi dengan pihak PT Pindad. “Sebagai produsen dari alat-alat pertahanan, tentunya PT Pindad sangat paham mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan dalam proses produksi”, jelasnya.
Hal senada di ungkap juga oleh salah satu anggota tim yang terlibat dalam pembuatan munisi, Iwan Setiadi. “Bersama PT Pindad, kami telah melakukan berbagai uji coba untuk menemukan komposisi yang tepat bagi munisi ini”.
Tingginya resiko yang bisa ditimbulkan pada proses uji coba lanjut Iwan, menuntut timnya untuk sangat cermat dalam pengerjaan. “Mulai dari dimensi, ketebalan, kekerasan, sampai pada ukuran butiran, semuanya harus presisi”, tegasnya.
“Rencana kedepan, kita akan meningkatkan pada kaliber yang lebih tinggi dari yang kita kembangkan saat ini, yakni dari kaliber 5,56 mm ke kaliber 20mm”, ungkap Ari.
Dikesempatan yang berbeda, Direktur Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT Danny M. Gandana mengatakan bahwa PTIP mendukung kemajuan industri proses disetiap sektor di Indonesia. “Indonesia harus leading dalam industri proses. Dengan memberdayakan kemampuan dalam negeri, kita tidak lagi selalu bergantung pada produk impor. Terlebih lagi dengan berkembangnya industri di Indonesia, tentunya akan membuka lebih banyak peluang untuk berkarya dan menambah kesempatan kerja bagi setiap individu”, tandasnya. (KYRA/humas)
• BPPT
0 comments:
Post a Comment