Petugas Badan SAR Nasional bersama anggota Komando Pasukan Katak merangkai tali untuk membuat jaring pengaman saat evakuasi kendaraan yang ada di dasar Sungai Mahakam, Minggu (4/12). TEMPO/Firman Hidayat
TEMPO.CO , Jakarta - Tragedi ambruknya jembatan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur adalah sebuah bencana teknologi. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Marzan Aziz Iskandar mengatakan, runtuhnya jembatan yang baru berumur 10 tahun itu disebabkan kegagalan teknologi sebagai akibat buruknya pengelolaan aset teknologi, mulai dari tahap perencanaan hingga pengoperasian.
"Bencana teknologi dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan materi," kata Marzan di Kantor BPPT, Rabu 4 Januari 2012.
Menurut Marzan, ambruknya jembatan terpanjang di Pulau Borneo tersebut menggambarkan buruknya manajemen infrastruktur di Tanah Air. "Mulai perencanaan, tidak memadainya pemeliharaan, lemahnya pengawasan proyek, sampai tidak profesionalnya tenaga ahli di bidang konstruksi," ujar dia.
Ia mengatakan, jika tahap perencanaan hingga pengoperasian jembatan melibatkan aset teknologi pada level rendah maka risiko kegagalan teknologi yang memicu terjadinya bencana teknologi menjadi besar. Sebab itu perlu dilakukan audit teknologi untuk mengidentifikasi kesesuaian pengelolaan aset teknologi, mulai dari perencanaan sampai pengoperasian terhadap standar konstruksi jembatan.
Marzan mengatakan, audit teknologi oleh lembaga audit teknologi bersertifikat pada tahap perencanaan menjadi krusial, karena akan menentukan teknologi yang tepat digunakan untuk membangun jembatan.
Selain itu, audit teknologi juga berguna bagi pihak kontraktor jembatan, yakni sebagai jaminan untuk meyakinkan pemerintah atau penyandang dana. "Sekaligus memindahkan sebagian risiko kepada lembaga audit teknologi," ujar Marzan.
Audit teknologi juga sangat dibutuhkan pada tahap pengoperasian jembatan, yakni untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin jembatan selama ini telah dilakukan, pemeliharaan dijalankan sesuai prosedur standar, mengetahui organisasi pengoperasian jembatan, hingga mengetahui kualifikasi sumber daya manusia yang terlibat dalam pengoperasian jembatan.
Rekomendasi yang diberikan lembaga audit teknologi dapat digunakan oleh penanggung jawab pengoperasian jembatan untuk perbaikan, supaya usia teknis jembatan dapat diperpanjang. "Risiko terjadinya bencana teknologi juga dapat diperkceil, bahkan ditiadakan," ujar Marzan.
Ke depan, keberadaan seluruh lembaga audit teknologi maupun auditor perorangan akan diawasi Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) yang segera dibentuk. Marzan mengatakan IATI memegang peran penting sebagai lembaga yang mengawasi kerja auditor teknologi agar tidak melanggar kode etik.(MAHARDIKA SATRIA HADI)
• TEMPO.CO
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment