Menurut Budi, terakhir, PT Dirgantara Indonesia mengekspor pesawat CN 235 pada 2008 lalu.
Pesawat yang diterbangkan hari ini itu merupakan pesanan ketiga dari AD Trade, agen penyuplai pesawat asal Eropa. AD Trade memesan pesawat itu untuk pembelinya, Pemerintah Sinegal. Sebelumnya, PT Dirgantara Indonesia sudah mengirim pesawat pesanan AD Trade itu untuk Negara Burkina Faso.
Kontrak penjualan 1 unit pesawat CN 235 senilai 13 juta US Dollar itu diteken pada November lalu. Pesawat ini merupakan modifikasi pesawat CN235-110, eks pesawat milik Merpati Nusantara Airlines.
Modifikasi yang dilakukan PT Dirgantara Indonesia, antara lain mengubahnya menjadi tipe pesawat militer, mengganti mesin untuk mendongkrak daya angkut, serta penambahan sistem autopilot, TCAS.
Menyusul pesanan CN 235 ke Senegal, PT Dirgantara juga akan mengirimkan dua unit pesawat CN 235 tipe maritim patrol pesanan Korean Coast Guard. Dua unit pesawat itu akan dikirim bertahap mulai minggu depan karena keterbatasan tim pilot di PT Dirgantara Indonesia.
Direktur Aircraft Integration, PT Dirgantara Indoensia, Budiman Saleh, mengatakan khusus pesanan Korean Coast Guard itu, pesawat itu ditambah peranti Mission System yang dipesan khusus dari Amerika. “Mission System ini mampu mendeteksi kapal, migrasi ikan, juga polusi tumpahan minyak di laut, sangat penting buat negara mereka,” katanya.
Korean Coast Guard memesan seluruhnya empat unit pesawat itu dengan nilai kontrak US$ 94 juta. Dua unit pertama dikirim dalam dua pekan ini dan sisanya dijadwalkan beres semester pertama tahun ini.
Budiman mengakui sempat mengalami kemunduran jadwal untuk penyelesaian pesanan Korean Coast Guard ini. Pesawatnya sendiri sudah beres dibuat sejak Desember tahun lalu. ”Baru dua hari lalu Mission system kedua baru approve, final assembly test untuk pesawat pertama Mission System selesai dua minggu lalu, barangnya masih gres dari Amerika,” katanya.
Budi mengatakan saat ini PT Dirgantara tengah menyelesaikan pembuatan tiga unit pesawat CN 235 tipe maritim patrol pesanan TNI Angkatan Laut. Selain itu, juga tengah dibahas pesanan TNI AU. ”Sekarang sedang dibahas dengan TNI AU apakah tipenya sama atau harus dimodifikasi,” katanya.
Budi mengatakan untuk strategi penjualan pesawatnya, PT Dirgantara membebaskan kustomisasi pesawat berdasarkan pesanan pemesan. ”Karena kita perusahan kecil, kita membebaskan kepada customer maunya apa (untuk Mission System-nya),” katanya. Menurutnya, saat ini, sejumlah negara mengaku tertarik dengan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia dengan strategi itu.
Menurutnya, PT Dirgantara lebih banyak menggunakan mekanisme tender untuk penjualan produk pesawatnya. Dia mencontohkan saat ini tengah menunggu hasil tender pembelian pesawat yang digelar pemerintah Pakistan. ”Biasanya, pesawat untuk penjualan ke government. Negara lain melakukannya dengan perjanjian G to G, kita berharap pemerintah bisa melakukannya juga,” kata Budi. [AHMAD FIKRI]
0 comments:
Post a Comment