Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer atau STIKOM Surabaya, Aloysius Alfa Adji Putra (23), menciptakan pengunci pintu otomatis untuk mendukung program "Nol Menit" bagi kedisiplinan mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran.
"Mahasiswa sering terlambat masuk kuliah, tapi kunci pintu ruang kuliah dipegang dosen, sehingga mahasiswa yang datang terlambat masih sering diizinkan masuk, karena dosen tidak tega," katanya di sela `Media Gathering` di kampus setempat, Kamis.
Alat rancangan mahasiswa program studi Sistem Komputer (SK) itu menarik perhatian Ketua STIKOM Surabaya Prof Dr Budi Jatmiko MPd. "Ke depan, alat itu dapat diterapkan di STIKOM, tapi sekarang masih baru, karena hasil karya TA (tugas akhir) mahasiswa," katanya.
Menurut Aloysius, cara kerja alat ciptaannya itu cukup sederhana yakni "transmitter" (server yang dipasang pada bagian petugas umum/PU) dan "receiver" (alat yang dipasang di pintu ruang kuliah) dihubungkan dengan "wireless" (nirkabel).
"Nirkabel adalah transfer informasi data dari jarak jauh tanpa menggunakan jaringan listrik, tapi alat yang saya rancang itu masih dapat digunakan dalam radius 16 meter antara transmitter dengan receiver-nya. Bisa juga dikembangkan dengan antene," katanya.
Mahasiswa kelahiran Surabaya pada 27 September 1989 itu mengatakan alat yang dibuat dengan bahan-bahan sederhana yang menghabiskan biaya sekitar Rp1 juta hingga Rp1,5 juta itu akan mendukung program "Nol Menit" di STIKOM guna mewujudkan kedisiplinan.
"Mahasiswa yang terlambat tidak akan bisa masuk, karena pintu akan terkunci secara otomatis sesuai dengan jadwal yang sudah diprogram dan data-nya dimasukkan dalam alat itu, sedangkan dosen yang terlambat masih mungkin untuk masuk, namun ada syaratnya," katanya.
Syarat untuk dosen yang terlambat saat pintu ruang kuliah sudah terkunci, katanya, adalah meminta kepada petugas umum (PU) untuk membuka kunci, tapi caranya dengan menuliskan alasan keterlambatan itu. "Jadi, dosen yang terlambat akan diketahui datang jam berapa dan alasannya apa," katanya.
Sementara itu, dosen pembimbing Harianto menegaskan bahwa TA karya Aloysius itu mendapat nilai A, karena perintah otomatis dalam bentuk data itu dikirimkan dengan algoritma encoding dan decoding yang sulit. "Metode itu sulit, tapi kelebihannya bisa dengan data sesuai kebutuhan," katanya.
Dalam "Media Gathering" yang di-manaj delapan mahasiswi STIKOM program D3 Komputerisasi Perkantoran dan Kesekretariatan (KPK) yang melaksanakan UAS Kehumasan itu juga diputar film dokumenter berjudul "The Traffic Artist" karya alumni D4 Multimedia STIKOM, Rendi Pratama. (T.E011/M008)
• ANTARA News
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment