Salah satunya adalah membentuk konsorsium riset.
ilustrasi riset (sefora.org) |
"Sinergi ini kita jalankan terus. Belum lama ini sudah di bidang obat-obatan, nanti kami lanjutkan ke yang lain," ujar Menristek Gusti Muhammad Hatta di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Rabu 29 Febuari 2012.
Kementerian Ristek sudah mengembangkan beberapa instrumen kebijakan meliputi insentif SINas (Sistem Inovasi Nasional) yang mendorong iklim kompetitif di antara peneliti untuk menghasilkan karya. Dalam program ini, proposal yang terbaik, yakni mempunyai nilai ekonomi, kemanfaatan bagi masyarakat, dan berkontribusi terhadap pengembangan perekonomian nasional, akan dibiayai oleh pemerintah.
Menurutnya, tahun 2011 lalu hasil insentif riset yang didaftarkan telah menghasilkan 4 merek hasil riset, 6 riset yang telah mendapat hak cipta dan 23 riset yang telah didaftarkan untuk mendapatkan paten.
Untuk tahun ini, ia sangat berharap terdapat tren kenaikan untuk riset yang diberikan insentif. Ia mengatakan anggaran riset tahun ini tidak mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu yakni 95 milyar.
Menutut catatan Kementerian Ristek, hasil riset yang teraplikasi di kalangan industri masih kecil, yakni dibawah 2,6 persen. "Meski dengan anggaran yang sama, kita berharap lebih tinggi," ujarnya.
Untuk mewujudkan konsorsium tersebut, ia berjanji akan mempertemukan hasil riset dengan kalangan industri. Instrumen kebijakan lain yang mendukung riset yakni program insentif Riset Kompetitif dan Insentif Riset Strategis.
Kementerian Ristek sebelumnya sudah mengembangkan pusat unggulan riset di berbagai koridor wilayah di Indonesia untuk meningkatkan daya saing nasional. "Dengan itu kita harapkan indeks riset kita naik," ujarnya. (eh)
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment