KRISTIANTO PURNOMO/KOMPAS IMAGES - Tifatul Sembiring |
Tapi, lanjutnya, mereka harus mampu menciptakan sesuatu yang bisa dijual dan bermanfaat bagi masyarakat global.
"Dulu kita memang menjual barang mentah atau gelondongan, tapi sekarang kita harus berinovasi agar tidak selalu menjadi bangsa kuli," kata Tifatul saat memberikan sambutan di Diskusi ICT For All di Aula Pangeran Kuningan Grha Citra Caraka Telkom, Selasa (22/2/2012).
Hingga saat ini, bisnis ICT dipandang sebagai bisnis yang cukup menguntungkan dan menopang pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup besar.
Bagaimana tidak, pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6,5 persen, industri ICT di Indonesia justru tumbuh 13,2 persen.
"Ini berarti industri ICT bisa tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Potensinya begitu besar," kata Tifatul.
Mengutip riset dari Bank Dunia tahun 2009, sekitar 10 persen penetrasi broadband di suatu wilayah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 1,38 persen.
Sementara investasi IT di suatu negara yang mencapai 1 persen, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3 persen.
Dengan demikian, pemerintah memandang penting untuk meningkatkan bisnis ICT dan ingin meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Selain itu, bagi masyarakat yang memiliki inovasi di bidang teknologi, maka pemerintah akan memfasilitasi kelanjutan inovasi teknologi tersebut.
Tifatul mencontohkan, Fahma Waluya Rosmansyah, pembuat game bertemakan antikorupsi, Raid The Mice, yang juga membuat aplikasi di Ovi Store milik Nokia.
"Kami mencari orang-orang seperti Fahma ini. Jadi kita tidak hanya dijadikan pasar yang empuk bagi bisnis ICT tapi juga bisa memberikan nilai tambah (value added) bagi bisnis ICT," jelasnya.
• KOMPAS.com
0 comments:
Post a Comment