Showing posts with label Infrastruktur. Show all posts
Showing posts with label Infrastruktur. Show all posts
0

Pemerintah Kebut Pembangunan Bandara dan Hotel

 Tahun ini akan diselesaikan pengerjaan 11 bandara di seluruh Indonesia

JAKARTA  Pemerintah merencanakan pembangunan proyek infrastruktur yang akan meningkatkan dunia industri pariwisata Indonesia dan investasi.

"Tahun ini akan diselesaikan pengerjaan 11 bandara di seluruh Indonesia," kata Menteri Pariwisata dan Ekononi Kreatif, Mari Elka Pangestu, saat ditemui di Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu 13 Februari 2013.

Salah satu bandara yang dikebut adalah Bandara Ngurah Rai, Bali yang akan digunakan saat acara Asian Pacific Economic Cooperation November 2013 mendatang. Selain itu, pemerintah juga tengah menyelesaikan empat hotel berbintang di Nusa Dua, Bali dan akan menyelesaikan proyek sepuluh kapal pesiar (cruise ship).

"Tahun 2013-2014, akan dibangun tujuh hotel dan sepuluh cruise ship," kata dia.

Mari menambahkan, industri pariwisata Indonesia pada 2012 memang menggembirakan. Sebab, investasi tahun lalu meningkat hingga 200 persen dan diharapkan tahun ini juga meningkat.

"Kami berharap tahun ini juga cukup besar dan tetap double digit," kata dia.

Peningkatan sektor ini, menurutnya, karena permintaan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara naik sekitar enam persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan wisatawan domestik naik sekitar 23 persen dari tahun lalu.

"Masyarakat kelas menengah kita yang liburan atau jalan-jalan tumbuh pesat, karena didukung konektivitas dan budget airlines," ujar Mari. (eh)


  • Vivanews  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Jembatan Selat Malaka Segera Dibangun

Jembatan Selat Malaka Segera DibangunKarimun Jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Indonesia dan Malaysia sepanjang 41,45 kilometer dengan nilai investasi ditaksir 58 triliun rupiah segera dibangun setelah mendapat persetujuan dari pemerintah pusat. Proyek itu diyakini dapat membawa pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan.

"Pelaksanaan proyek prestisius ini telah disampaikan ke pemerintah pusat dan saat ini tinggal menunggu sinyal dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," kata Bupati Kabupten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Nurdin Basirun, di Karimun, Senin (4/2).

Munurut Nurdin, Pemerintah Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri, dan Pemerintah Kabupaten Palelawan, Provinsi Riau, telah menggagas rencana bersama untuk membangun jembatan yang nantinya terhubung antara Indonesia dan Malaysia.

Sebagai tahap awal, Pemkab Karimun dan Pelalawan telah mempersiapkan rencana program merangkai pulau pulau yang akan dilalui jembatan tersebut. Selain itu, tambah Nurdin, telah dilakukan koordinasi dengan instansi terkait dan beberapa tokoh Riau dan Kepri di pusat dan daerah untuk merespons positif rencana itu. Berdasarkan kajian sementara, Jembatan Selat Malaka akan menghubungkan sembilan pulau.


 ● Koran Jakarta 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Sumber Petaka Banjir Jakarta

 Dari vila di Puncak sampai sungai dangkal. Apa aksi selanjutnya?

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2013/01/17/188321_banjir-di-thamrin_209_157.jpgJebolnya Kanal Banjir Barat di Jalan Latuharhary, Menteng, menenggelamkan Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin.

Jakarta Tri Susanto, dan tiga rekannya sibuk mematikan panel listrik di basement satu di Gedung United Overseas Bank (UOB), Kamis pagi, pekan lalu. Hujan mengguyur Jakarta sejak malam. Di pekarangan gedung 48 lantai itu, air mulai tergenang. Para pekerja listrik  itu harus bekerja cepat, agar kabel basah tak membawa petaka.

Baru saja kelar, Tri dan kawan-kawannya kaget. Dari luar, air menerjang ke basement itu, seperti ditumpahkan dari bejana raksasa. Coklat. Keruh. Tiap sudut  ruang bawah itu disapu air, yang lalu mengucur ke empat lapis kolong lainnya.  Sebentar lagi, pikir Tri, empat tingkat ruang bawah itu pasti jadi kolam raksasa.

Tanpa pikir panjang, Tri dan rekannya lari menyelamatkan diri. Mereka berkejaran dengan derasnya gelombang air. Ketiganya berhenti berlari, ketika melihat seorang pengemudi terjebak. Mobilnya terhalang tembok. Tri dan rekannya menolong dengan menarik mobil itu pakai selang hidran.

Tapi Tri dan tiga temannya itu justru diseret arus. Tri dan Tito Fitrianto terdampar di pojok. Dua rekan lain, tetap di tengah koridor, dan beruntung bisa meraih tali yang diulurkan petugas keamanan. “Dua teman saya berhasil selamat, dan keluar dari basement satu," kata Tri kepada VIVAnews di rumahnya, Cilodong, Depok, Kamis 23 Januari 2013.

Saat itu, Tri dan Tito terancam tamat. Air sudah setinggi leher. Tri panik, karena tak bisa berenang. Ruang basement itu gelap. Tito mencari jalan keluar melalui salah satu cerobong. Tapi Tri tertinggal. "Saya menangis, dan bilang ke Tito supaya tidak meninggalkan saya," ujar Tri dengan mata berkaca-kaca.

Tri meraba setiap benda. Dia mencari jalan menuju tangga eskalator. Dia menyelam. "Butuh empat kali percobaan bagi agar bisa menyelam, karena saya tidak bisa berenang, dan nafas sudah mulai sesak," ujarnya. Tri akhirnya selamat, setelah dia merangkak menaiki tangga eskalator itu.

Tapi dua cleaning service lain yang terjebak, Abdul Arif Agus dan Hardianto Eko alias Eris, tak seberuntung Tri dan Tito.  Kedua orang itu ditemukan dalam kondisi tak lagi bernyawa.

Hari itu banjir membenam Jakarta. Ibukota dalam kondisi darurat.

Kombinasi ekstrem

Hujan deras mengguyur pekan lalu itu membuat debit air melonjak. Kanal Banjir Barat di Jalan Latuharhary, Menteng, tak kuat menahan arus. Tanggul buatan tahun 2002 itu pun jebol.

Itu sebabnya, air meluber di jalan utama Jakarta, dan menerjang sampai menyisakan tragedi di Gedung UOB itu.

Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin tenggelam. Kawasan Dukuh Atas hingga Sarinah menjadi 'sungai'. Gedung pencakar langit dikepung air bah. Lalu lintas lumpuh. Bahkan, air menorobos “ring 1” Istana Negara.

Menteri Koordinator Kesejahteraan, Agung Laksono, pun menyatakan Jakarta Siaga I. Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, menetapkan tanggap darurat bencana banjir sampai 27 Januari.

Selain menggasak jantung Ibu Kota, banjir melumpuhkan kawasan utara Jakarta. Waduk Pluit meluap merendam rumah warga. Sedikitnya 4.000 jiwa di Kelurahan Pluit kebanjiran. Begitu juga daerah elit Kelapa Gading. Jalan Boulevard Raya depan Mal Kelapa Gading terendam sekitar satu meter.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Muhamad Hasan, mengatakan banjir lima tahunan itu adalah kombinasi hujan ekstrem, dan kondisi sungai Ibukota yang tak lagi memadai.

Misalkan, kata dia, Rabu malam itu hujan turun sampai 218 milimeter. Itu mendekati puncak hujan pada 2007, yang mencapai 220 milimeter.  Gawatnya lagi, kali ini durasinya lebih lama.

Di Depok, Bogor dan Puncak, hujan juga turun menggila, tiga hari mengucur dengan curah 100 milimeter. Di Pintu Air Katulampa, air membuncah. “Jakarta tak siap menerima beban itu," kata Hasan.  Air kiriman itu pun lolos karena sistem drainase yang buruk. Sedimentasi yang parah, membuat sungai kian dangkal.

Hasan juga menjelaskan, sejumlah waduk juga tak berfungsi baik. Sebagian besar menjadi dangkal. Sedimen Kanal Banjir Barat kian tebal. Pintu air Manggarai turun mencapai 760 senti, masuk siaga tiga. Perbaikan permanen baru dilakukan jika turun mencapai 750 senti.

Jebolnya tanggul di Latuharhary adalah akibat daerah itu menjadi bagian hulu Kanal Banjir Barat. Terjangan air paling kuat di sana. "Selain itu, masih pakai tanggul tanah," ujar Direktur Sungai dan Pantai Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Pitoyo Subandrio. Tanggul jebol itu, kata dia, akan segera diganti.

Ada empat lokasi yang patut diwaspadai, kata Pitoyo. Antara lain, Stasiun Tanah Abang. Di sana, ada penurunan tanggul, dan dicemaskan penampungan air bisa tak maksimal. Lalu kali dekat Season City. Ada jalan inspeksi untuk lalu lintas umum di sana, dan itu sudah retak.

Kali Ciliwung pun kini hanya mampu menampung air hingga 50 persen, akibat bantaran kali itu sudah padat oleh pemukiman.

Kurang pengawasan

Banjir tak hanya terjadi di aliran sungai Ciliwung melalui Kanal Banjir Barat. Tapi juga di sejumlah daerah yang dilindungi oleh Kanal Banjir Timur. Contohnya Kelapa Gading, Jakarta Utara. Juga daerah perindustrian Pulogadung. Kawasan ini kebanjiran meski telah dilindungi KBT.

Pengamat Perkotaan Yayat Supriatna, menilai tak berfungsinya KBT dan KBB karena soal pengawasan dan perawatan. Bisa juga akibat volume kanal tak terlalu besar. Apalagi, diganggu oleh hal-hal lain. "Saya melihat kala itu ada pekerjaan konstruksi terkait reklame," kata Yayat.

Dia mengatakan, penanganan struktural saja tak akan mempan untuk soal banjir. Misalnya, soal drainase yang tidak optimal. Hal itu sebagian besar akibat tersumbat, alias penyempitan karena banyaknya sampah.

Pendekatan struktural tanpa aspek penataan ruang di kawasan hulu Ciliwung itu, Yayat menabahkan, tak akan efektif. Apalagi sodetan. Soalnya, air yang tumpah di Puncak membawa efek tambahan run off . KBT dan KBB pun tak kuat menampung limpahan air. Tengoklah, kata Yayat, apalagi kini sedimentasi amat tinggi di kedua tempat itu.

Artinya, kata Yayat, pendekatan non struktural, yang melibatkan masyarakat perlu diperbesar. Sejak zaman Belanda, pendekatan struktural  itu gagal terus. Selain itu, perlu dibuat peta mikrodrainase di Jakarta lebih rapi. Apalagi, kini pemukiman kian pesat berkembang.

Bagi pengamat kebijakan publik Andrinof Chaniago, soal solusi banjir sudah kerap dibicarakan. Pemerintah tinggal mewujudkan rencana itu. "Sekarang kita tinggal menunggu aksinya saja," kata dia. Dia menyarankan, ada pembagian peran antara pemerintah pusat dan DKI untuk mengatasi banjir.

Misalnya, daerah aliran sungai itu adalah urusan pemerintah pusat. Termasuk mengeruk sungai, dan memelihara waduk. Lalu Pemprov DKI mengurusi warga, dan relokasi untuk menormalisasi sungai.

Rencana Jokowi

Semua itu, kata Andrinof, sangat tergantung peran gubernur. Lalu apa langkah Jokowi?

Sang gubernur DKI Joko Widodo, melihat faktor terpenting penyebab banjir adalah adaunya intensitas hujan yang tinggi. Dengan menjamurnya vila-vila di hulu, kata Jokowi, daya serap air semakin kecil.  "Percuma kita buat sisi KBT dan lainnya, kalau itu tidak dibenahi," ujarnya.

Itu sebabnya, tahun ini Pemprov DKI tak lagi banyak menunggu. Kata Jokowi, mereka akan konsentrasi mengeruk semua waduk, termasuk di Pluit. Waduk tambahan seperti Waduk Ciawi dan Waduk Cimanggis segera dirampungkan. Normalisasi Ciliwung, Pesanggrahan, Angke, Sunter juga akan dimulai. Tentu, turut dipikirkan pula relokasi warga di sekitar waduk.

Ongkos proyek ini juga besar. Untuk normalisasi Kali Ciliwung, misalnya, dananya Rp250 miliar. Untuk pembebasan tanah di Pesanggarahan, Kali Angke dan Sunter juga sudah dianggarkan sebesar Rp400 miliar. Di Jakarta Utara, pompa-pompa baru akan dibangun, di antaranya di Muara Baru dan Ancol. "Semoga kelihatan lah itu hasilnya," ujarnya. (np)

 Menangkal Bah dengan Terowongan Pintar dan Pipi Monyet

Jakarta diprediksi OECD bakal didera banjir dahsyat di tahun 2070.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2013/01/03/186071_smart-tunnel-malaysia_209_157.pngSMART adalah terowongan dengan teknologi paling maju di Malaysia untuk mengalihkan banjir.

Medio Desember 2007 pernah menjadi saat yang mengerikan bagi beberapa negara bagian di Malaysia. Sebanyak 12 orang tewas, 20 ribu warga lainnya mengungsi ke tempat aman. Negeri Jiran kebanjiran.

Daerah terparah yang dilanda banjir adalah Johor bagian selatan. Sebanyak 13 ribu orang warganya mengungsi. Sementara di Pahang, 10 ribu orang terusir dari rumah mereka yang nyaman dan tinggal seadanya di tenda pengungsian.

Trengganu dan Kelantan tidak kalah sengsaranya. Harian New Straits Times (NST) lima tahun lalu memberitakan Malaysia dalam keadaan darurat. Pemerintah berburu dengan waktu membagikan makanan dan kebutuhan lainnya, sementara level air semakin tinggi.

Geger itu tak santer di Kuala Lumpur. Sebelumnya, di bulan Juni, pusat bisnis Malaysia ini sempat dilanda bajir bandang saat Sungai Gombak meluap. Namun, di saat negara bagian lain terendam, Kuala Lumpur kering.

Bagaimana bisa?

Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya pada 14 Mei 2007, Kuala Lumpur selesai membangun terowongan yang jadi senjata pamungkas mereka menghadapi banjir. Terowongan sepanjang 9,7 kilometer itu terbentang dari Danau Kampung Berembang dan berakhir di Danau Taman Desa.

Dinamai SMART (Stormwater Management and Road Tunnel), terowongan “ajaib” semacam inilah yang ingin dibuat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dengan dana nauzubillah, Rp16 triliun. Kuala Lumpur saat itu merogoh kocek RM1,9 miliar atau setara Rp6 triliun. Jokowi mengatakan, Rp16 triliun lebih murah dibanding kerugian akibat banjir dahsyat di tahun ini yang mencapai Rp20 triliun.

SMART adalah terowongan terpanjang dengan teknologi paling maju di Malaysia, atau bahkan di Asia Tenggara. Terowongan ini mampu mengalihkan banjir, menjauh dari pertemuan dua sungai besar --Sungai Klang dan Kerayong-- yang mengalir melalui pusat Kota Kuala Lumpur. Jalur sepanjang empat kilometer di terowongan ini bisa berfungsi sebagai jalan tol jika kondisinya kering. Sekali dayung dua-tiga pulau terlampau--banjir reda, macet pun terurai.

Kepala Operasi SMART, Mohammad Fuad Kamal Ariffin, kepada NST mengatakan sejak dibuka tahun 2007 hingga akhir 2012, terowongan pintar ini telah 236 kali digunakan menangkal banjir. Tahun lalu, SMART digunakan 29 kali untuk mencegah air bah.

Menurut studi Departemen Irigasi dan Drainase Malaysia, SMART telah mencegah banjir yang bisa mengakibatkan kerugian hingga RM500 juta, atau setara Rp1,5 triliun.

SMART, masih papar Fuad, dijalankan dengan empat sistem operasi, tergantung intensitas air di Sungai Klang dan Ampang, dekat Kampung Berembang. Debit dan arus air dihitung dengan meter kubik per detik (cumec). SMART mampu menampung 3 juta cumec, setara dengan volume air hujan badai.

Jika pencatatan cumec kurang dari 70, maka SMART akan berfungsi sebagai jalan tembus kendaraan. Ini disebut Mode 1. Jika cumec tercatat di atas 70 dan di bawah 150, maka SMART akan masuk ke mode 2, sebagai jalan tol. Air yang berlebih di kolam penampungan Kampung Berembang akan dialihkan melalui gorong-gorong ke penampungan di Taman Desa, lalu dibuang ke Sungai Kerayong.

Jika level air mencapai di atas 150 cumec, maka SMART akan masuk ke Mode 3 dan memerintahkan evakuasi secepatnya bagi kendaraan di dalam terowongan dalam waktu satu jam. Setelah itu, terowongan akan ditutup untuk publik.

"Penutupan diperlukan demi mempersiapkan terowongan, untuk mengantisipasi penggunaannya guna menampung kelebihan air dan mencegah banjir di Kuala Lumpur," kata Fuad.

Jika air belum juga surut, atau semakin bertambah volumenya, SMART memasuki Mode 4. Gerbang banjir akan dibuka untuk mengalihkan air bah ke dalam terowongan. Selain itu, ada pula cekungan untuk resapan. SMART tunnel juga dilengkapi dengan ventilasi di setiap 1 kilometer. Ventilasi ini memungkinkan sirkulasi udara, sehingga kualitas udara di jalan tol tetap terjaga.

Terowongan ini juga dilengkapi dengan peralatan pemadam kebakaran, telekomunikasi, dan kamera pengintai. Masing-masing peralatan tersebut diletakkan pada titik-titik di setiap 1 kilometer.

Pipi monyet

Beda Malaysia, beda lagi Thailand. Kuala Lumpur punya terowongan panjang mengular, sementara Bangkok mengandalkan “pipi monyet”. Dengan sistem ini, hujan dan banjir dialihkan ke berbagai bendungan dan penampungan air. Air berlimpah ini akan disimpan selama musim penghujan. Pada musim kemarau, air ini dialirkan untuk keperluan irigasi pertanian, yang berguna dalam mendongkrak produksi padi.

Konsep ini persis seperti monyet yang sedang makan. Primata ini biasanya menyimpan makanan di pipinya, dan baru menelannya kemudian jika lapar. Orang Bangkok menamakannya Kaem Ling (pipi monyet).

Sistem penanggulangan banjir ini dikembangkan atas saran Raja Bhumibol Adulyadej setelah banjir besar tahun 1995. Saat itu, badai Lois menghantam, menyebabkan hujan lebat mengguyur wilayah utara. Sungai Chao Phraya meluap, dan Bangkok kebanjiran lebih dari dua bulan.

Sejak itu, Bangkok berbenah. Kota ini membuat lebih banyak danau, rawa, dan penampungan air. Total, terdapat lebih dari 20 rawa penampung air bah di seluruh Bangkok.

Tameng

Inggris tidak kalah canggihnya. Pemerintah kota London memiliki tameng banjir terbesar kedua di dunia untuk mencegah air Sungai Thames meluber ke kota dan menghalau gelombang tinggi mengempas London.

Tameng ini terdiri dari 10 baja setebal 40 milimeter, terbentang 520 meter melintangi Sungai Thames dengan Woolwich. Tiap baja memiliki bobot 3.300 ton. Saat tameng ditegakkan, tingginya setara gedung lima lantai.

Berkat tameng ini, 125 kilometer persegi wilayah London terlindungi dari gelombang tinggi dan banjir. Pelindung London ini diresmikan pada 8 Mei 1984 oleh Ratu Elizabeth II. Konstruksinya sendiri menghabiskan biaya hingga 534 juta pound, setara Rp8,156 triliun.

Lain lagi dengan Belanda. Memiliki daratan yang 25 persennya berada di bawah permukaan air laut, negeri ini harus ekstra waspada terhadap ancaman banjir. Sejak abad pertengahan, Belanda telah memiliki banyak tanggul dan dam. Selain itu, kincir angin yang menjadi ikon negara ini juga berfungsi memompa air dari daratan untuk dialirkan kembali ke Laut Utara.

Namun, sistem anti banjir ini masih jebol juga. Tahun 1953, Belanda dilanda bah nan hebat, yang mengempas hingga ratusan mil ke daratan. Bencana ini menewaskan 2.000 orang. Sejak itulah pemerintah Belanda mulai serius mengerjakan proyek raksasa penanggulangan banjir.

Bermodalkan US$700 juta, Belanda membangun Maeslant, tameng anti banjir terbesar di dunia. Tameng ini berupa tiga dinding laut raksasa sepanjang 213 meter dan tinggi enam meter. Letaknya di sisi New Waterway, jalur pelayaran dari Laut Utara menuju jantung kota Rotterdam.

Jika cuaca sedang tenang, tameng ini akan terbuka. Bila cuaca memburuk, sistem komputer canggih Maeslant akan memantau secara otomatis kondisi cuaca dan meningkatnya permukaan air laut. Dan bila air laut meningkat, 63 gerbang air yang digerakkan oleh hidrolik raksasa akan menutup.

Teknologi pertahanan banjir termutakhir yang dipadukan dengan sistem yang dibuat 2000 tahun lalu, menjadikan Belanda memiliki beberapa lapis sistem anti banjir yang handal. Beberapa kanal di negara ini yang dibuat sejak zaman Rennaissance masih berfungsi dengan baik. Stasiun pompa sejak Revolusi Industri juga berhasil mendukung kinerja bendungan dan tameng banjir abad ke-20.

* * *

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2011 lalu mencatat ada 20 wilayah di dunia yang rentan didera banjir besar di tahun 2070-an. Dua kota di peringkat teratas adalah Kalkuta dan Mumbai di India. Di urutan berikutnya berturut-turut adalah Dhaka di Bangladesh, Guangzhou di China, Ho Chi Minh City di Vietnam, Shanghai di China, Bangkok di Thailand, Rangoon di Myanmar, Miami di Amerika Serikat, Hai Phong di Vietnam, Alexandra di Mesir, Tianjin di China, Khulna di Bangladesh, Ningbo di China, Lagos di Nigeria, Abidjan di Pantai Gading, New York di AS, Chittagong di Bangladesh, dan Tokyo di Jepang.

Bagaimana dengan Jakarta?

Ibukota menempati posisi ke-20. Diprediksi, nanti di tahun 2017 ada sekitar 2,25 juta orang penduduk Ibukota yang direndam banjir.

OECD mengingatkan banyak kota besar di dunia berkembang terlalu cepat, namun tak diiringi dengan pembangunan teknologi penangkal banjir yang memadai. Jakarta adalah salah satunya, sebagaimana yang telah kita rasakan ketika dikepung air bah, Kamis, 17 Januari lalu. (kd)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Pemerintah Kebut 18 Proyek Pinjaman Jepang

 Total pinjaman itu US$ 2,821 miliar.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2011/12/01/134335_menteri-pekerjaan-umum-djoko-kirmanto_209_157.jpg
Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum akan mengebut 18 proyek yang menggunakan pinjaman dari Jepang senilai proyek US$ 2,821 miliar.

"Kita punya 18 proyek yang menggunakan pinjaman dari Jepang dan itu kita percepat realisasinya," kata Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, di Jakarta Selasa 29 Januari 2012.

Djoko menjelaskan mayoritas yang memakai pinjaman Jepang itu milik Ditjen Sumber Daya Air. Sisanya proyek jalan seperti akses Tanjung Priok dan proyek sanitasi.

Detailnya, di Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga sebanyak 3 proyek, Ditjen Cipta Karya 5 proyek, dan Ditjen Sumber Daya Air sebanyak 10 proyek.

Diantara proyek yang dibiayai Jepang itu decentralization irrigation system improvement management project in East Region (DISIMP), proyek reduksi dampak bencana Gunung Merapi, akses jalan Tanjung Priok tahap I dan II, proyek rekonstruksi Aceh, Denpasar Sewerage Development Project, dan sanitasi di wilayah Mamminasata di Sulawesi Selatan.

Menurutnya, Jepang juga memberikan 7 proyek yang merupakan hibah. Di antaranya terkait irigasi, bencana banjir bandang, proyek peningkatanan jembatan di Nias, pembangunan jembatan di Nusa Tenggara Barat, serta proyek peningkatan pelayanan air minum di wilayah Mamminasata di Sulawesi Selatan.(umi)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Dana Besar Mega Proyek Jakarta

 Belanja pemerintah Jakarta 2013 Rp 49,97 Triliun. Untuk apa saja?

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/04/26/152577_pencanangan-persiapan-pembangunan-mrt_209_157.jpgPencanangan Persiapan Pembangunan MRT

Jakarta Sejumlah mega proyek bakal digeber Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setelah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2013 disahkan. Sidang paripurna DPRD 28 Januari kemarin mengetok APBD senilai Rp 49,97 triliun. Jumlah itu naik sebesar 20,84 persen dibanding APBD tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 41,34 triliun.

Selain dari pendapatan daerah, anggaran tahun ini diperoleh dari sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa) tahun anggaran 2012 dan pinjaman untuk program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI).

Alokasi terbesar berada pada sektor pendidikan mencapai Rp 12,6 triliun disusul bidang pemerintahan Rp7,9 triliun, Pekerjaan Umum (PU) sebesar Rp 4,9 triliun, bidang kesehatan Rp 4,1 triliun dan sektor perhubungan sebesar Rp 3,3 triliun.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan konsentrasinya pada penanganan banjir, macet, serta penataan kampung. Jokowi menjelaskan, saat ini APBD sudah masuk ke Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, untuk disetujui.

"Dari Mendagri muncul, saya langsung gerakkan manajemen organisasi yang ada untuk segera bergerak," ujar Jokowi di Balai Kota, Selasa, 29 Januari 2013.

Menurut Jokowi, untuk mengurai kemacetan, Pemprov DKI telah menyiapkan anggaran penambahan armada angkutan umum. Bus Transjakarta akan ditambah 450 unit, dan metromini ditambah 1.000 unit.

”Pokoknya kami mau konsentrasi ke busway dan metromini dulu. Ini yang menyangkut masyarakat," ujarnya.

Kemudian, untuk mengurangi banjir, kata Jokowi, pos anggaran yang diberikan dalam APBD 2013 cukup banyak. Mulai dari pembebasan tanah untuk normalisasi sungai sampai pembelian alat sedot air dengan teknologi terbaru.

"Untuk pembebasan tanah, pengerukan, beli alat semuanya. Sekarang sudah beda. Misalnya cara pengerukan tidak dikeruk pakai cangkul, tapi pakai alat, kemudian ngeruknya tidak pakai eskavatornya darat tapi amphibi, bisa darat bisa air," ujar dia.

Jokowi mengungkapkan pengesahan APBD yang molor membuatnya kelimpungan ketika tiba-tiba Jakarta dikepung banjir. Setelah APBD disahkan, proyek-proyek raksasa segera digarap.

"MRT masuk, kalau monorel itu yang investasi swata. Kemudian deep tunnel juga swasta. Sudah kami hitung semuanya. Jadi tidak semua pakai APBD, sebagian cari dari luar," kata Jokowi.

Proyek MRT

http://media.viva.co.id/thumbs2/2010/10/01/97025_maket-mrt-jakarta_250_188.jpgRencana proyek ini sudah berjalan sejak era Gubernur Fauzi Bowo. MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harafiah berarti angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat.

Pembangunannya dibagi tiga tahap. Tahap I koridor selatan. Menghubungkan Lebak Bulus - Bundaran Hotel Indonesia. Tahap II koridor Selatan - Utara menghubungkan Bundaran HI - Kampung Bandan. Tahap III yang menghubungkan Jakarta Timur - Barat, alternatif jalurnya Balaraja - Cikarang.

Biaya pembangunan proyek ini ditanggung pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta. Rasio skema pembiayaannya, kata Jokowi, adalah 49 persen dana hibah pemerintah pusat, dan 51 persen pinjaman lunak ke Pemerintah DKI.

Rupanya, proyek itu selama ini menuai pro dan kontra. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pembangunan MRT tahap I: Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Untuk itu, Gubernur Jokowi akan kembali menggelar uji publik (public hearing) terkait rencana pelaksanaan mega proyek tersebut.

Monorel

http://media.viva.co.id/thumbs2/2009/08/28/75902_tiang_monorel_yang_terbengkalai_di_jalan_rasuna_said__jakarta_250_188.jpgBerbeda dengan MRT yang dibiayai hibah dari Pemerintah Jepang, monorel dikerjakan swasta. Proyek ini bergulir di era Gubernur Sutiyoso. Onggokan tiang beton terlihat di sejumlah ruas jalan di Jakarta mangkrak tak berfungsi. Tiang-tiang itu merupakan tonggak penyangga kereta rel tunggal (monorel) yang pembangunannya terhenti karena sejumlah kendala.

Rencana awal proyek ini memiliki 3 fase. Fase I: Koridor Jakarta (27km) terbagi Stage I: Jalur hijau (14km) dan Stage II: Jalur biru (13km). Fase II: Jakarta ke Bekasi dan Cikarang (18-30km), serta Fase III: Jakarta ke Tangerang dan Karawaci (16-25km).

Setelah terhenti beberapa tahun, Gubernur Jokowi menyatakan akan melanjutkan proyek itu. Angin segar itu kontan disambut oleh sejumlah penawaran pembangunan. Akhir tahun 2012 lalu ada dua proposal yang datang ke meja Pemprov DKI untuk kelanjutan pembangunan monorel.

Proposal pertama dari konsorsium PT Jakarta Monorail, sebuah konsorsium lama dengan investor swasta penuh. Yang kedua dari konsorsium Adhi Karya, sebuah konsorsium baru terdiri dari gabungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Yaitu, PT Adhi Karya, PT Telkom, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Jasa Marga, PT INKA, PT Lembaga Elektronika Negara.

Pekan lalu, penawaran serupa disampaikan Hadji Kalla Group. Pemilik Hadji Kalla Group, Jusuf Kalla, merasa terpanggil meneruskan proyek yang kurang diminati, karena memakan waktu yang lama dan sulit ini.

"Tidak mungkin kota apa pun yang penduduknya jutaan tidak ada angkutan umum yang efisien. Coba kayak sekarang Jakarta banjir. Kalau ada monorel, sebanjir apa pun bisa jalan," ujar Jusuf Kalla saat ditemui di PMI Pusat, Jakarta, Selasa 22 Januari 2013.

Pemerintah Jepang juga berminat terlibat dalam proyek monorel di Indonesia. Jika mendapat tawaran kerjasama dalam proyek ini, Jepang tak akan menolak. Wakil Menteri Pekerjaan Umum Jepang, Shigeru Kikukawa, di Jakarta hari ini, Selasa 29 Januari 2013, menyatakan komitmennya membantu pembangunan sarana transportasi massal itu dapat terwujud di Indonesia.

Deep Tunnel

Akibat kaget meninjau gorong-gorong yang hanya berdiameter 60 sentimeter, Gubernur Jokowi mencetuskan ide membangun terowongan raksasa. Terowongan multifungsi (deep tunnel) juga dipaparkan Jokowi sebagai solusi banjir Jakarta. Menurut dia, opsi ini sedang dikaji oleh kementerian terkait, dan segera dikerjakan. Untuk rute deep tunnel ini dirancang melewati Jalan MT. Haryono hingga Pluit.

Ini juga bukan gagasan baru dari Jokowi. Tetapi konsepnya sudah ada sejak era Gubernur Sutiyoso. Menurutnya, konsep itu tinggal dimatangkan, lalu dilaksanakan. Dia  yakin banyak investor berminat membiayai proyek pembangunan terowongan air yang membentang dari Jalan MH. Thamrin sampai Pluit. Proyek itu senilai Rp 16 triliun.

Jokowi mengaku ide ini datang dari Malaysia. Negeri jiran itu memang telah membangun smart tunnel (Stormwater Management and Road Tunnel) untuk menampung air hujan. Proyek ini mulai dibangun pada 2003. Kemudian resmi dibuka empat tahun kemudian, tepatnya 14 Mei 2007.

Smart tunnel ini menjadi terowongan terpanjang dengan teknologi paling maju di Malaysia. Smart tunnel mampu mengalihkan banjir, menjauh dari pertemuan dua sungai besar--Sungai Klang dan Kerayong--yang mengalir melalui pusat Kota Kuala Lumpur.

Wakil Menteri Kementerian Umum Hermanto Dardak mengingatkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin membangun terowongan multiguna itu. Menurutnya perlu dipertimbangkan adalah utilitas untuk bangunan di bawah tanah.

Halangan pertama yang harus diatasi adalah kemiringan terowongan yang tidak terlalu tajam. Dengan sudut kemiringan nyaris datar, maka akan terjadi penumpukan sendimentasi yang cepat sehingga dapat menghambat kerja tunnel ini saat terjadi hujan. Ditambah, masalah sampah yang selalu timbul di setiap aliran air di Jakarta. "Dalam satu sungai, jumlah sampah mencapai 30 ton," katanya 4 Januari 2013.

Namun demikian, teknologi pembuatan terowongan ini bukan hal baru di Indonesia. Proses yang sama pernah dikerjakan oleh Kementerian PU dalam pembuatan Waduk Jatibarang dan Jatigede. "PU membuat terowongan untuk mengalirkan air sungai agar waduk bisa dikerjakan. Namun untuk dilalui mobil memang belum pernah dicoba."

Giant Sea Wall

Gubernur Jokowi juga akan melanjutkan mega proyek semasa Gubernur Fauzi Bowo  tanggul laut raksasa (giant sea wall untuk mengatasi banjir akibat air pasang laut (rob) di kawasan utara Jakarta. Tanggul ini diyakini bisa menahan pasang air laut, sekaligus membuang air dari daratan ke laut.

Jokowi menyadari biaya pembangunan sangat besar. Waktunya pun bakal panjang. Tapi, untuk jangka panjang, pembangunan mega proyek tersebut dirasakan perlu. Kalkulasi biaya membangun tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall akan memakan dana sekitar US$ 5 miliar (Rp 47,65 triliun).

”Saya sudah suruh kepala dinas terkait untuk mendalami gagasan itu. Kalau hanya menunggu terus, sudah 26 tahun ya masih rencana terus. Saya gak mau disuruh buat rencana terus. Saya mau eksekusi saja,” kata Jokowi.

Bagaimana dan siapa yang bakal membangun, Jokowi belum menjelaskan lebih rinci.

Enam ruas jalan tol

Ini megaproyek yang belum jelas kepastiannya. Gubernur Jokowi masih gamang memutuskan apakah menyetujui atau tidak proyek Rp 42 triliun itu. Jokowi belum mengambil keputusan lantaran belum puas dengan penjelasan yang disampaikan PT Jakarta Toll Road Development selaku pihak yang akan mengerjakan proyek tersebut. Selain itu, masing-masing pihak masih memperjuangkan keinginan mereka sendiri-sendiri.

"Hasilnya belum bisa diputuskan. Ya belum nyambung. Masa belum nyambung sudah mau diputuskan," kata Jokowi usai melakukan pertemuan dengan pemangku kepentingan pembangunan enam ruas jalan tol di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 29 Januari 2013.

Menurut Jokowi, enam ruas jalan tol tidak akan disetujui bila pembangunannya hanya berorientasi untuk menambah pendapatan daerah, dan keuntungan bagi investor. Padahal, orientasi Pemprov DKI, kata Jokowi, untuk memberikan pelayanan dan tidak mencari keuntungan.  "Orientasi kita bukan pendapatan daerah," ujarnya.(np)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Pemerintah Bangun jembatan Merah Putih di Ambon

http://statik.tempo.co/data/2012/12/18/id_156939/156939_275.jpgJakarta Kementerian Pekerjaan Umum menargetkan pembangunan jembatan Merah Putih di Kota Ambon, Maluku, rampung pada 2014.

"Saat ini progres pembangunan fisiknya mencapai 70 persen pada bagian jembatan pendekat arah Galala dan Poka," kata Kepala Satuan Kerja Jembatan Merah Putih Balai Pelaksanaan Jalan nasional Wilayah IX Ambon, Chris Lasmono, Rabu, 26 Desember 2012. Adapun bagian bentang tengah, kata dia, masih 10 persen.

Jembatan Merah Putih merupakan jembatan yang akan menghubungkan Desa Pokka dan Desa Galala, Ambon, Maluku yang dipisahkan oleh Teluk ambon. Jembatan sepanjang 1,06 kilometer ini terdiri dari jembatan pendekat arah Galala sepanjang 300 meter, pendekat arah Pokka 320 meter dan bentang tengah 300 meter.

Pembangunan jembatan tersebut diharapkan dapat meringkas jarak tempuh tempuh ke pintu keluar Bandara Pattimura, serta kawasan Jazirah Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Sehingga waktu tempuh kendaraan juga dapat lebih cepat. Jembatan ini nantinya memiliki dua jalur ke arah Pokka dan Galala, yang masig-masing jalur terdiri dari dua lajur mobil dan satu lajur motor.

Walau pembangunan jembatan diperkirakan tepat waktu, yaitu selesai pada 2013 dan beroperasi pada 2014, Chris mengatakan tetap ada hambatan dalam pembangunan jembatan tersebut. Ia menjelaskan, satuan kerjanya kesulitan dalam mendatangkan bahan material yang masih diproduksi dan harus dibeli dari luar Maluku.

Bahkan, lanjut dia, 100 persen bahan material jembatan harus didatangkan dari luar Maluku akibat ketiadaaan bahan baku di sana. "Kami masih memesan dari Pulau Jawa, sedangkan semen dari Makassar, supplier lokal tidak mampu memenuhi jumlah permintaan kami," kata Chris.

Jembatan Merah Putih digarap oleh PT Wijaya Karya, PT Pembangunan Perumahan dan WIKA KSO melalui dua kontrak pembangunan yang berbeda. Bagian jembatan penghubung, dikerjakan oleh WIKA dengan nilai kontrak Rp 249,61 miliar. Sedangkan bagian bentang tengah jembatan dikerjakan oleh PT Wijaya Karya, PT Pembangunan Perumahan dan WIKA KSO dengan nilai kontrak Rp 416,75 miliar.