
UAV Balitbang

IPB Kembangkan Lubang Biopori
Institut Pertanian Bogor (IPB) belum lama ini mensosialisasikan Pembuatan lubang resapan biopori (LRB). Diharapkan, dengan cara ini bisa mencegah banjir sekaligus menghasilkan kompos dan menyerap karbon.
LRB adalah lubang berdiameter sekitar 10 sentimeter di tanah sehingga air bisa mengalir masuk ke tanah. Di lubang itu dimasukkan sampah organik yang diharapkan akan dimakan oleh organisme yang ada di dalam tanah. Dengan demikian, akan tercipta lubang-lubang kapiler kecil di dalam tanah. Dengan adanya lubang kapiler di dalam tanah, maka penyerapan air ke dalam tanah juga semakin banyak.
"Selama ini yang terjadi, air hujan tidak bisa masuk ke dalam tanah sehingga terjadi genangan besar di permukaan. Air hujan yang bisa menjadi sumber air bersih dari tanah akhirnya tidak bisa dimanfaatkan dan terbuang ke laut," kata Kamir R Brata, pengajar pada Bagian Konservasi Tanah dan Air Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB, seperti dikutip dari Harian Kompas, 5/12.
Selain bisa mengurangi genangan di permukaan tanah, sampah organik yang dimasukkan ke LRB itu juga bisa menjadi kompos yang berguna sebagai penyubur tanah.
Pembuatan LRB sangat mudah, kata Kamir, hanya memakai bor tanah. Setelah itu, dimasukkan sampah organik. Selain memakai teknologi sederhana, LRB juga bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja. Di halaman seluas 50 meter persegi, bisa dibuat sebanyak 20-40 LRB. Jarak pembuatannya tidak diatur, asalkan letak lubang tidak bersebelahan. "Kedalaman lubang ini sebaiknya tidak lebih dari satu meter karena organisme di dalam tanah juga membutuhkan oksigen. Jika terlalu dalam, dikhawatirkan oksigen tidak masuk hingga ke dalam," kata Kamir.
Untuk peralatannya, yakni bor tanah, IPB juga telah menciptakan khusus dan dijual dengan harga Rp 175.000 per buah.
Satu-satunya kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam penggunaan LRB ini adalah memberikan pakan berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca. Dengan demikian, pemanasan global pun dikurangi.** (Ardan)
Mahasiswa Surabaya Rancang Prototipe Senjata Pertahanan

selasa,16 febuari 2010
Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa S1 Jurusan Sistem Komputer STIKOM Surabaya, Riza Rahadian Saputra S.Kom, merancang prototipe senjata pertahanan yang menggunakan teknologi Coilgun dengan sistem kontrol jarak jauh untuk penembakan peluru ke arah lawan.
Prototipe persenjataan yang merupakan tugas akhir (TA) itu dipamerkan di atrium Royal Plasa Surabaya, Selasa, sehingga banyak pengunjung pasar swalayan itu mengagumi karya mahasiswa yang juga Ketua Tim Robot STIKOM Surabaya pada Kontes Robot Indonesia 2009 itu.
Dalam prototipe itu, Riza memberikan inovasi berupa suatu sistem yang mampu melindungi operator senjata itu saat terjadi serangan musuh yakni dengan menerapkan sistem kontrol jarak jauh pada prototipe rancangannya.
Dengan menggunakan kombinasi antara teknologi Coilgun dengan sistem kontrol jarak jauh yang dikembangkan secara manual dan otomatis diharapkan kombinasi itu dapat dimanfaatkan untuk pengembangan senjata yang efektif ketika jarak dan arah dari target diketahui.
Hasil dari pengembangan TA milik Riza adalah prototipe senjata yang mampu melontarkan
peluru dengan kecepatan rata-rata 12,565 m/s dan rata-rata muzzle energy (daya dorong senjata) sebesar 0,55 Joule.
Ada pun spesifikasi peluru yang digunakan lelaki asal Madiun adalah panjang 3,5 cm, diameter 0,7 cm, dan beratnya 9,72 gram.
Selain itu, prototipe yang dihasilkannya itu juga telah mampu menentukan sudut elevasi secara otomatis dan berjalan baik pada sistem kontrol jarak jauhnya.
Ia mengaku pembacaan sensor pada prototipe rancangannya itu kurang sempurna, sehingga ada sedikit selisih hasil penentuan sudut elevasi bila dijalankan secara otomatis.
Secara terpisah, dosen pembimbing TA, Ihyauddin, S.Kom., mengatakan kecepatan peluru yang dihasilkan prototipe itu lebih cepat daripada senjata airsoftgun, namun prototipe itu hanya dapat melukai.
"Kalau ingin meningkatkan kecepatannya sehingga dapat digunakan membunuh, maka
diperlukan penambahan jumlah kumparan sebagai elektromagnetiknya," katanya.
• ANTARANews
Wi-Max Versi Indonesia Akan Diluncurkan
Penelitian ini melibatkan beberapa lembaga, perguruan tinggi negeri, serta industri seperti lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan penerapan dan Pengkajian teknologi (BPPT), Institut teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), PT LEN, PT Inti, Hariff, serta Quassar dengan program manager dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Dep. Kominfo.
Seperti dikutip dari Koran Tempo (24/10), Menteri Komunikasi dan Informatika, Muh. Nuh mengatakan teknologi Wi-Max versi Indonesia ini rencananya akan diluncurkan saat 100 tahun Hari kebangkitan Nasional pada 20 Mei tahun depan. Menurut Direktur Standarisasi dan Telekomunikasi Ditjen Postel Dep. Kominfo, Azhar Hasyim, penelitian dan pengembangan untuk Wi-max dan aplikasinya sudah dimulai.
"Kami terus mendorong penelitiannya supaya jadi lebih cepat, tapi untuk prototipe rencananya keluar akhir tahun 2009", kata Azhar. Program penelitian terbagi dalam beberapa subgrup, yaitu chipset, Rf modul, terminal, antena, dan OSS driver based on open source.**, , terminal, antena, dan .**
• technologyindonesia
Landing Platform Dock 125m – KRI BANJARMASIN - 592


Landing Platform Dock 125 meter - Produk Gemilang Anak Bangsa
Upacara peresmian kapal KRI BANJARMASIN - 592 masuk jajaran armada TNI angkatan laut. Kapal landing Platform Dock 125 meter ini merupakan salah satu produk unggulan PAL INDONESIA dan merupakan bukti nyata kontribusi PAL INDONESIA dalam rangka memenuhi kebutuhan ALUTSISTA Nasional. Dari sisi performannya kapal buatan PAL INDONESIA ini mengalami peningkatan kualitas bila di bandingkan dengan dua kapal LPD yang di bangun di korea selatan. Penyempurnaan tersebut di sesuaikan dengan kebutuhan operasional TNI-AL antara lain:
- Daya angkut heli dari 3 buah menjadi 5 buah.
- Kecepatan kapal dari 15 knots menjadi 15,4 knots
- Bentuk bangunan atas ”stealth design” yang dapat mengurangi ”Radar Cross Section” sehingga tidak mudah ditangkap radar lawan
- Getaran kapal sangat rendah sehingga menambah kenyamanan crew kapal dalam pelayaran.
Dengan berbekal pengalaman merancang dan membangun kapal baik untuk kapal niaga , kapal perang dan alat apung lainya sejak tahun 1980 PAL INDONESIA telah menghasilkan berbagai jenis dan ukuran kapal mulai dari FPB 14 meter, 28 meter, 38 meter dan 57 meter serta LPD 125 meter dan kapal niaga sampai dengan ukuran 50.000 DWT sampai dengan saat ini telah menyelesaikan kapal lebih dari 150 kapal berbagai jenis dan ukuran.. Dengan pengalaman tersebut PAL INDONESIA siap melaksanakan pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), maupun LST (Landing Ship Tank), sesuai dengan kebutuhan TNI-AL.
Sesungguhnya melalui proyek ini telah diperoleh nilai tambah bagi SDM PAL Indonesia, berupa pengembangan ketrampilan karena kapal ini memiliki teknologi khusus “ stealth design “ yaitu kapal ini tidak mudah ditangkap oleh radar lawan.
Diharapakan dimasa yang akan datang kerjasama yang sudah terjalin akan dapat lebih ditingkatkan lagi dengan program pembangunan Kapal PKR dan LST dibangun di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kemampuan PAL INDONESIA, yang secara langsung turut membangun kemandirian penyiapan alat utama pertahanan sekaligus berperan dalam penghematan devisa negara.
Sinergi antara PAL INDONESIA DEPHAN dan TNI-AL, dalam penguasaan teknologi tinggi hendaknya dikembangkan terus menerus tidak hanya untuk pembangunan kapal baru tapi juga meliputi perbaikan dan pemeliharaan kapal-kapal TNI-AL yang lain dalam rangka ikut menopang kesiapan operasional kapal dalam rangka menjaga keamanan dan pengamanan perairan wilayah yuridis Indonesia. Dan dimasa depan Industri Maritim Indonesia dapat berkembang lebih maju.
Data Teknis Landing Platform Dock 125m – KRI BANJARMASIN - 592
• Length Over All = 125 M
• Length Between Perpendicular = 109,2 M
• Breath = 22.0 M
• Depth (Tank Deck)/Truck Deck = 6,7 M / 11,3 M
• Draft : Max = 4,9 M
• Displacement = 7.300 Ton
• Max Speed +/- 15 Knots
• Endurance days = 30 days
• Cruisning Range = 10.000 Miles
• Max Embarcation = 344 person (Crew 126; Troops 218)
• Helicopter = 5 unit
• LCVP = 2 unit
Alat Pendeteksi Radiasi
21 November 2007
Gunarwan Prayitno menuturkan seperti dikutip dari Jawa Post, 21/11, bahan yang dipakai gelas pyrex yang berbentuk pipa, kawat tembaga dan kawat tungsten. Kemudian dibantu dengan instrumen sistem pengaturan arus, sistem vakum dan instalasi pipa gelas. Tabung detektor geiger-muller tipe side window itu, proses pembuatannya berlangsung beberapa tahap. Diawali dengan pembuatan tabung detektor, evavorasi tembaga sebagai elektroda negatif, pembuatan elektroda positif dan pemasangan elektroda positif.
Dengan formulasi yang berhasil disusun tersebut, tabung detektor yang rencananya akan diproduksi masal tahun 2008 itu dirancang tahan hingga 50 tahun. Selain itu, biaya pembuatannya juga tidak terlalu mahal. Tabung detektor itu bisa menjadi multiguna. Bisa untuk perusahaan, militer, rumah sakit, kargo, pendaki gunung dan semacamnya. "Kita pinginnya ke depan membuat alat detektor narkoba. Tetapi itu baru wacana," jelas penemu tabung detektor ini yang telah menghabiskan empat tahun untuk melakukan percobaannya.
Ahli peneliti Badan Tenaga Nuklir (Batan) Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) Puspiptek, Serpong, Kabupaten Tangerang, memamerkan hasil temuan berupa tabung detektor radiasi ini, di Gedung Graha Bakti, Puspitek, 20/11. Pameran yang berlangsung satu hari, juga memamerkan sejumlah hasil penelitian lainnya.** (Ardan)
12 april 2008
Detektor Rator
SerpongKita.com- Tas hitam kecil ditenteng dibalik ketiaknya. Sambil duduk, dengan rasa percaya dirinya, pria setengah tua itu memperlihatkan alat pendeteksi radiasi, Detektor Rator. Hasil karya peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Pusat Penelitian dan Ilmu Teknologi (Puspiptek), Detektor Rator, mampu mendeteksi radiasi nuklir yang dihasilkan dari radiasi yang tidak bisa dipantau.Sabtu, 12 April 2008 8:49:41 WIB
Ir Mairing, MP, perekayasa Detektor Rator Batan Puspiptek, mengatakan, alat tersebut difungsikan untuk mengendus titik-titik radiasi. Unsur-unsur yang bisa dideteksi dengan alat tersebut, seperti radiasi alam, listrik, dan benda-benda elektronik yang dipergunakan khalayak. "Sinar X, ada radiasinya. Detektor Rator, mampu mendeteksi radiasi dari Sinar X tersebut, dan bagian mana saja bisa membahayakan bagi manusia, bila alat Sinar X tersebut dipergunakan terus menerus ketika dilakukan pemeriksaan bagi penderita. Dan alat ini bisa mengetahui unsur berbahaya dari pengunaan sinar X tersebut," kata Mairing.
Nah, ketika Dinas Kebakaran Kabupaten Tangerang, sedang menggelar acara di BSD Junction, beberapa waktu lalu, Mairing mencoba menawarkan Detektor Rator. Selain mengendus radiasi sinar X, alat ini mampu mendeteksi radiasi kebakaran. Apa penyebabnya, dan faktor apa yang bisa membahayakan hingga berakhir dengan kebakaran."Bahan bakar nuklir radioaktif yang digunakan sejumlah perusahaan, mengandung radiasi yang berbahaya. Karenanya, perlu dilakukan pemahaman kepada personil Damkar untuk mengetahui apa penyebab kebakaran dengan Detector Rator untuk mengawasi pergerakan radiasi," ucapnya.
"Radiasi bisa berbaya bisa juga tidak. Namun, terjadinya kebakaran di perusahaan industri, karena efek dari radiasi tersebut," tambah Mairing.
Menurutnya, alat hasil rekayasa tersebut belum diproduksi secara massal. Namun, kemampuannya tidak perlu diragukan. Detektor Rator yang berbentuk kotak hitam ukuran 10x6 centimeter, dengan tebal 3 centimeter. Alat ini dijual dengan harga Rp 8 juta per unit. "Memang agak lumayan mahal. Namun, setidaknya bisa mendeteksi bahaya sebelum terjadi hal-hal yang tidak dinginkan," katanya. (k2)
• technologyindonesia , serpongkitaRADIOFARMAKA UNTUK DETEKSI DAN TERAPI KANKER
Para peneliti anak negeri di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah mampu membuat dan mengembangkan radiofarmaka, yaitu obat untuk deteksi dini dan terapi penyakit kanker. Dr. Abdul Mutholib, Kepala Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) BATAN menjelaskan Radiofarmaka adalah atom yang memancarkan radiasi untuk mendeteksi kanker dalam tubuh, karena memiliki daya tembus yang tinggi.
Radiofarmaka berperan untuk deteksi/diagnosa dan pengobatan/terapi penyakit kanker.
Cara kerja : obat radioisotop/radiofarmaka dimasukkan (oleh Dokter) ke dalam tubuh pasien umumnya melalui injeksi, meskipun dapat melalui oral/diisap. Setelah 5 menit hasil diagnosa akan terlihat di mana saja penyebaran sel kanker (sel kanker yang kecil maupun besar). Untuk pengobatan/terapi, Radiofarmaka dapat membunuh semua sel kanker secara terarah tanpa mengganggu atau merusak sel/organ tubuh yang sehat.
Sebagai obat, kata Mutholib Radiofarmaka selain digunakan untuk keperluan penyembuhan atau terapi penyakit kanker, digunakan juga untuk menghilangkan rasa sakit, juga digunakan untuk keperluan diagnosa berbagai jenis penyakit, mis. penyakit jantung. Radiofarmaka tersebut terakumulasi di jaringan atau sel yang menjadi sasaran untuk tujuan diagnosa atau terapi menjadi sangat akurat.
Menurut Mutholib, dari sudut keselamatan, Radiofarmaka sangat tinggi karena bisa menembak sel kanker yang kecil dan yang besar. Radiofarmaka dapat memberikan harapan hidup pada pasien, karena apabila telah dideteksi dini, maka pengobatan akan dilakukan lebih awal dan lebih sederhana, serta biaya lebih murah.
Radiofarmaka buatan BATAN ini telah ada dan digunakan di RSCM, RS Darmais, RS Harapan Kita, RSPAD, RS Hasan Sadikin Bandung, dan RS Gading Pluit. Dan PRR BATAN telah melakukan MOU dengan PT Kimia Farma, dan akan melakukan MOU dengan Badan POM.
Mutholib menyatakan, BATAN memiliki fasilitas reaktor nuklir dan cyclotron yang berada di kawasan Puspiptek, Serpong. Melalui fasilitas tersebut BATAN mampu menyediakan radioisotop, baik pemancar partikel bermuatan, seperti beta negatif atau alfa, maupun pemancar sinar-y atau pemancar positron. Saat ini, BATAN telah mampu mengembangkan maupun membuat radiofarmaka terapi dan diagnosa yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir maupun onkologi radiasi. Tentunya kalau fasilitas kedokteran nuklir dan onkologi radiasi cukup merata ada di sebagian besar wilayah Indonesia, maka pelayanan kesehatan akan lebih baik dan mungkin tidak perlu lagi ada pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri.
Ke depan, Mutholib mengharapkan Pemerintah, dalam hal ini Depkes mendorong fasilitas agar Radiofarmaka digunakan di Indonesia. Kemudian Perusahaan Asuransi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, a.l. berupa jaminan pelayanan kesehatan.(gs-adpkipt)
• INDOTECH
ITS Resmikan NasDEC
NasDEC tersebut menyediakan jasa pembuatan desain kapal. Mulai konsep, detail, hingga gambar produksi. Desain kapal itu pun beragam. Di antaranya, kapal nelayan, tanker, penyeberangan, penumpang barang, pengawas, patroli, dan kontainer. Selain desain kapal, NasDEC didirikan untuk penelitian dan pengembangan desain produk kapal yang inovatif.
Ketua Pengelola NasDEC Tri Wilaswandio mengatakan, pembangunan proyek NasDec itu diharapkan bisa menjadi sarana kegiatan terstruktur, sistematik, dan terorganisasi secara nasional. "Desain dan rekayasa kapal tersebut mampu bersaing di pasaran nasional dan internasional dari aspek mutu, biaya, dan waktu," ungkapnya seperti dikutip dari Jawa Pos.
Gedung NasDEC dibangun dengan dana Rp 13 miliar. Pihak ITS menyiapkan SDM (sumber daya manusia), sementara biaya investasi awal dan operasional awal didanai Departemen Industri sampai 2009.**
• technologyindonesia