BANDUNG, KOMPAS.com — Hingga pertengahan 2011 ini sudah 3 juta kali situs pemerintah, termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika, diserang hacker. Walaupun serangan itu berhasil diblok oleh para ahli teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serangan intens itu membuktikan perlunya sistem pertahanan dan keamanan yang terus-menerus diperbarui.
Hal itu diungkapkan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring saat membuka seminar nasional keamanan informasi di Bandung, Selasa (19/7/2011). Menurut Tifatul, jaringan komputer di Kemkominfo (Depkominfo.co.id) pernah lumpuh tiga pekan diserang hacker. Betapa bahayanya bila jaringan komunikasi tidak diamankan karena bisa melumpuhkan seluruh sistem informasi dan komunikasi di intansi itu.
"Kalau peralatan TIK tidak pakai pengaman sama dengan petinju yang bertarung tapi tangannya diborgol. Karena itu, kita harus paham virus dan antivirus yang harus terus di-update," ujar Tifatul di hadapan peserta yang sebagian besar adalah pegawai negeri sipil di bidang TIK. Bagi komunitas hacker, istilah penjahat komputer disebut cracker. Bedanya, hacker membuat sesuatu, sedangkan cracker menghancurkan atau merusaknya.
Perang di dunia maya atau cyber war sudah terjadi. Tahun 2006 Estonia pernah diserang hacker dari Rusia. Sasarannya adalah software yang terkait dengan jaringan listriknya. Akhirnya negara itu lumpuh karena listriknya padam dan untuk memperbaikinya butuh waktu hingga dua pekan. Selama dua pekan itu bank-bank pun tutup dan aktivitas ekonomi terganggu karena warga tidak bisa mengambil uang. Akhirnya, banyak orang lapar dan menjarah toko-toko.
Ini adalah realitas, serangan itu pernah dialami oleh Google, BBC, atau sistem jaringan pada reaktor nuklir Iran. Akibatnya, peluncuran reaktor itu harus ditunda setahun. Julian Paul Assange, pemilik WikiLeaks yang pernah mengambil informasi dari Kedubes AS, rekening banknya di Swiss pernah diserang hacker sehingga ia tidak bisa mencairkan uangnya.
0 comments:
Post a Comment