Saturday, 24 September 2011

Energi Listrik Hibrid dari Pantai Pandansimo

Teknologi ini memanfaatkan potensi sumber daya angin laut dan angin darat.

petani garam manfaatkan kincir angin (Antara/ Saiful Bahri)

VIVAnews
- Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Kementerian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK) tengah mengembangkan pemanfaatan energi listrik hibrid dari hasil potensi energi angin dan energi panas matahari di pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta.

Terdapat 35 unit turbin angin yang sudah dipasang dengan tinggi rata-rata 18 meter . Terdiri 26 turbin angin dengan kapasitas 1 kW, 6 turbin angin 2,5 kW, 2 turbin angin 10 kW, dan satu turbin angin 50 kW. Ditambah 175 unit sel surya dengan kapasitas 17,5 kWp.

Rahmawan Budiarto, anggota tim peneliti, mengatakan teknologi tersebut memanfaatkan potensi sumber daya angin laut dan angin darat di pantai Pandasimo Bantul yang memiliki kecepatan rata-rata 3-4 meter/detik dan intensitas sinar matahari yang besar dan tetap.

“Kekuatan kecepatan angin di Pandansimo termasuk rendah, sehingga dikombinasikan dengan energi sel surya. Dari keduanya, setiap hari hasilkan 130 kW,” kata Rahmawan, Yogyakarta, Jum'at 23 September 2011.

Instalasi turbin dan sel surya yang sudah terpasang akhir tahun lalu tersebut, kata Rahmawan, telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pantai guna produksi listrik untuk menghidupkan mesin es untuk produksi es balok yang sering dimanfaatkan para nelayan.

“Untuk sementara ini, pemanfaatan energi listrik hibrid ini sepenuhnya untuk membantu pengembangan ekonomi masyarakat nelayan dan petani sekitar,” ujarnya.

Bambang Susilo, salah satu anggota tim pengembangan ekonomi berbasis energi mandiri, menuturkan timnya tengah memanfaatkan energi listrik hibrid untuk mengangkat air dari sumur renteng melalui mesin pompa air. Air tersebut selain mengairi 40 kolam yang masing-masing berukuran 8x4 meter juga dimanfaatkan untuk menyiram tanaman untuk kegiatan pertanian di lahan marjinal.

“Air dari kolam, tiap pagi dinaikin lewat pompa air. Limpahan kotoran air dari kolam ini digunkan untuk menyiram tanaman cabe dan terong, dan bayam” ungkapnya.

Sementara untuk produksi es balok, kata Bambang, saat ini sepenuhnya dikelola oleh kelompok masyarakat sekitar. Tiap hari sekitar 70-100 es balok yang dijual ke nelayan dengan harga Rp 1000 per satu es balok.

Laporan : Erick Tanjung l Yogyakarta, umi



VIVAnews

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...