Menurut keterangan tertulis Humas IPB di Bogor, Jumat, peneliti tersebut adalah Prof Bonar P Pasaribu, Dr Djisman M, dan Dr Jonson L Gaol yang merupakan peneliti dalam eksplorasi dan eksploitasi air laut dalam (ALD) di Indonesia.
Saat memaparkan penelitiannya, Jonson L Gaol menyatakan bahwa bumi, planet tempat manusia hidup, sering dijuluki sebagai planet air.
Julukan itu diberikan, karena bumi adalah planet yang memiliki air hingga 70 persen di permukaannya.
Hanya saja, kata dia, yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan melimpahnya air tersebut bisa memenuhi kebutuhan manusia hingga "tak terbatas".
"Karena itu, harus dicari alternatif sumber-sumber air layak konsumsi. Mengingat saat ini pencemaran lingkungan dan alih fungsi lahan yang menyebabkan kekeringan, mengakibatkan air berkurang dan kurang layak konsumsi," katanya.
Menurut dia, penelitian yang dilakukan timnya bisa dijadikan sebagai alternatif sumber-sumber air layak konsumsi selain di darat.
Jonson menjelaskan bahwa air laut dalam (ALD) dengan kandungan mineralnya, setelah diolah dengan baik, sangat penting dan bermanfaat untuk pasokan air minum bagi kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh manusia.
"Penyediaan air mineral laut dalam ini juga merupakan suatu kegiatan yang bersifat strategis untuk mengantisipasi kemungkinan krisis air bersih di masa mendatang," katanya.
Ia mengatakan, ALD setelah melalui proses desalinasi, juga memberi hasil sampingan, yaitu garam berkualitas tinggi.
Di samping itu ALD dapat diaplikasikan untuk berbagai kegunaan, yaitu untuk budi daya perikanan, pertanian, bahan kosmetik, obat-obatan, spa dan sebagai pendingin ruangan.
Menurut dia, salah satu kelebihan ALD ini adalah mengandung mineral yang sangat kaya dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Berbeda dengan air murni dalam kemasan yang tidak mengandung mineral.
Karena manfaatnya yang sangat baik, maka industri ALD telah berkembang di Hawaii dan Jepang sejak sekitar 20 tahun silam, dan sejak sekitar lima tahun lalu Korea Selatan, Taiwan, dan India juga telah mengembangkan industri ini.
"Di Jepang sendiri terdapat 13 merek air mineral laut dalam sebagai air minum dalam kemasan (AMDK) yang beredar di pasaran hingga sekarang," katanya.
Ia menjelaskan, ALD disedot dari kedalaman lebih dari 300 meter. Lapisan ini berada di bawah lapisan termoklin dan juga di bawah lapisan eufotik.
Air di kedalaman sekitar 300 meter ini suhunya berkisar 10 derajat Celcius, bersih, kaya nutrient, kaya mineral, dan stabil.
Kondisi ALD ini berbeda dengan air laut di permukaan (di lapisan zona eufotik) yang sangat dipengaruhi proses yang terjadi di lapisan permukaan seperti fotosintesis, pencemaran, suspense sedimen dan blooming alga.
Dengan demikian, katanya, ALD sangat layak untuk dijadikan sebagai sumber air minum.
Sementara itu, berdasarkan pengalaman Prof Bonar Pasaribu yang menimba ilmu selama delapan tahun di Jepang dan melihat perkembangan industri maritim di sana sejak 35 tahun yang lalu membuatnya terinspirasi.
Inspirasi itu tidak hanya mengembangkan pendidikan ilmu dan teknologi kelautan di Indonesia, tetapi juga mengembangkan industri maritim, salah satunya adalah industri ALD.
Bekerja sama dengan koleganya yang satu almamater di Universitas Tokai, Jepang Kimiya Homma, mereka merintis industri ALD di Bali.
"Setelah hampir dua tahun melakukan kajian, maka tahun ketiga telah mulai dibangun industri ALD di Bali," katanya.
Industri yang dibangun, kata dia, masih dalam skala laboratorium untuk menghasilkan seribu liter air mineral laut dalam per hari.
Setelah melakukan pengujian laboratorium dan memperoleh berbagai perizinan, maka saat ini air mineral laut-dalam dalam bentuk AMDK yang pertama di Indonesia telah siap didistribusikan ke masyarakat.
Produk AMDK ini di bawah PT Omega Tirta Kyowa dengan merek dagang "Oceanis" telah dimulai dipasarkan di Pulau Bali. (ANT-053/M027)
Friday, 25 November 2011
Peneliti: air laut dalam berpotensi layak konsumsi
Bogor (ANTARA News) - Peneliti Institut Pertanian Bogor menyatakan bahwa air laut dalam berpotensi menjadi sumber air yang layak dikonsumsi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment