Alat deteksi longsor (VIVAnews/Amal Nur Ngazis)
VIVAnews - Bencana tanah longsor dapat dihindari. Salah satunya dengan mengetahui perubahan fisis kondisi tanah. Dengan memprediksi perubahan fisis tanah, setidaknya dapat mengurangi korban jiwa.
Perubahan fisis antara lain curah hujan, pergeseran tanah, strain tanah dan kemiringan tanah.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah menemukan sebuah alat untuk mengetahui perubahan fisis tanah berupa sensor-sensor. Sensor-sensor ini berfungsi untuk mendeteksi tanah longsor beserta sistem data akuisisinya. Sensor tersebut yakni, ekstensometer, strain sensor, dan inclinometer.
Sensor ekstensometer merupakan perangkat elektronika yang berfungsi mengukur parameter pergeseran tanah. Sensor ini menggunakan potensiometer multiturn sebagai komponen utama disertai dengan rangakaian penguat dan pengkondisi sinyal.
Sensor ekstensometer juga memiliki bentuk optik yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca. Sensor ini juga bisa digunakan di tempat yang tidak ada listriknya. Sensor ini dipasang dipermukaan tanah yang stabil.
Sedangkan sensor strain dipasang di dalam tanah untuk mendeteksi pergerakan dalam tanah. Sensor strain berbasis fiber bragg grating (FBG).
“Deteksi dalam tanah perlu mengingat tanah longsor banyak variannya,” jelas Suryadi, salah satu dari 11 peneliti Fisika LIPI Cibinong yang menemukan alat tersebut, dalam Pameran LIPI di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin, 7 November 2011.
Sedangkan untuk mengukur kemiringan dan pergeseran tanah, menggunakan parameter inklinometer. Parameter ini dapat mengetahui penyebab, tipe, kejadian arah dan kecepatan longsor. Alat ini berbasis mikro electro mechanical system (MEMS).
Sensor ekstensometer regular dan ekstensometer optic dipasang dengan dihubungkan tali kawat di tanah yang labil dengan muara sebuah pasak bumi.
Jika terjadi sebuah longsoran, tanah bergerak yang kemudian dapat terdeteksi dalam kawat. Kawat tersebut mengirimkan data akusisi. Alat untuk mengakuisisi yakni, Data Logger.
Alat data ini menggunakan mikrokontroler Atmega32 dengan dilengkapi SD card 2 GB sebagai media penyimpan data dan sistem telemetri berbasis SMS gateway yang menggunakan modem GSM.
Sistem akuisisi ini mampu mendeteksi perubahan tegangan keluaran sensor sebesar 1MV dan menyimpan data selam 20 bulan. Perangkat deteksi ini sudah diujicobakan di Kebumen dan akan diterapkan di Brebes yang rawan longsor.
“Ke depan akan kami kembangkan pada sisi data logger agar lebih efisien, tidak memakan daya listrik yang besar,” sambungnya.
Sensor ekstensometer cocok digunakan di tanah dekat pemukiman. Sedangkan sensor strain cocok untuk di tanah yang berdiri seperti jalan tol dan gedung besar.
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment