Struktur tulang manusia (fallingpixel.com)
VIVAnews - Ketersediaan alat bantu penyambung (implan) patah tulang di dalam negeri masih terbatas, sementara kebutuhan implan dalam negeri selama ini disuplai oleh produk luar negeri. Hal ini menyebabkan ketergantungan produk implan impor tergolong tinggi.
Di tengah ketergantungan implan impor tersebut, peneliti dari UGM menghasilkan riset bahwa implan dari luar negeri tidak sesuai dengan karakter tulang orang Indonesia.
“Implan impor itu disesuaikan dengan tulang orang Eropa yang tinggi,” ujar Salah satu peneliti Center for Innovation of Medical Equipments and Devices (CIMEDs), Suyitno, di sela Forum Riset Industri Indonesia di Auditorium Pasca-Sarjana UGM, Jakarta, Rabu, 30 November 2011.
Ia menyebutkan bahwa implan impor kurang sesuai dengan tulang orang Indonesia yang berkarakteristik pendek dan kecil. Untuk itu, ia bersama empat koleganya di CIMEDs membuat implan khusus yang disesuaikan dengan tulang orang Indonesia.
Dari hasil uji coba di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta, implan tersebut berfungsi dengan baik. “Hasilnya 100 persen tidak ada masalah,” ujarnya. Implan buatan timnya mengadaptasi kontur tulang orang Indonesia.
Secara kualitas implan yang dikembangkan setara dengan yang impor, karena materi implan tersebut sudah menggunakan bahan Stainless Stell 316 L, Stainless Stell 316 LVM, serta Titanium Great 5. Bahan dasar dari implan yakni Nikel, Krom, Molibdenum dan Besi.
Untuk bahan baku dari impan buatannya, saat ini masih diimpor. Namun, pihaknya akan mengembangkan riset soal bahan baku lokal. “Bahan baku dari kita itu bisa, cuma masih dilakukan riset,” ujarnya.
Riset yang dijalankan saat ini menurutnya akan menjadi dasar untuk didirikannya industri baru dalam teknologi kesehatan. Setelah memproduksi dan uji coba, kini pihaknya mulai mengkomersilkan produk implan tersebut, dan hanya tinggal menunggu izin penjualan dan peredaran dari Kementerian Kesehatan untuk diterapkan di berbagai rumah sakit.
Ke depannya, ia bersama timnya akan mengembangkan implan untuk tulang-tulang kecil seperti tulang rahang. Selain itu, menurutnya, yang tidak kalah penting yakni pengembangan alat pemasangan maupun alat bedah implan tersebut. “Itu akan kami kembangkan,” ujarnya.
Dengan tersedianya implan khusus untuk tulang orang Indonesia, maka akan membantu para pasien yang terkena patah tulang seperti korban bencana yang 60 persen menderita patah tulang.
“Kalau menunggu implan dari luar negeri butuh waktu lama,” ucapnya. (eh)
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment