Perusahaan Fujitsu Indonesia mengerjakan proyek ini selama dua bulan sejak Desember 2011. Komputasi awan privat itu diaplikasikan untuk Balai Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEKnet dan Pusat Data Informasi BPPT.
"Ini menunjukkan ketertarikan yang makin serius terhadap komputasi awan di Indonesia," kata Presiden Direktur Fujitsu Indonesia, Achmad S Sofwan, Jumat (2/12/2011), dalam pertemuan dan diskusi dengan berbagai media di Yogyakarta.
Bagi Sofwan, komputasi awan itu seperti pengulangan sejarah. Di bidang kelistrikan, Samuel Insull pada tahun 1881 mampu mengintegrasikan produksi listrik di New York, Amerika Serikat.
Akhirnya, listrik yang diproduksi menjadi lebih murah dan dapat didistribusikan dalam jarak yang lebih jauh lagi.
"Begitu pula, komputasi awan nantinya akan menyediakan layanan data yang lebih murah bagi pelanggan. Ini dibandingkan bagi pelanggan yang masih secara tradisional menyediakan teknologi dan tenaga ahli untuk operasional server atau atau teknologi untuk penyedia data," kata Sofwan.
Presiden Direktur Fujitsu Region ASEAN, Lawrence Wee, menambahkan, Fujitsu berdiri tahun 1935 di Tokyo, Jepang. Sekarang beroperasi di 70 negara. Belanja untuk risetnya mencapai 2,8 miliar dollar AS.
Penerapan komputasi awan untuk BPPT juga untuk pertama kalinya dikerjakan Fujitsu Indonesia. Saat ini secara global Fujitsu menempatkan lingkungan platform virtualisasinya di enam lokasi di dunia, meliputi Singapura, Jepang, Australia, Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris.
• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment