Friday, 17 February 2012

Solusi Penyaring Air Kotor Jadi Air Bersih

Sekelompok mahasiswa Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, yang terdiri dari Bambang, Dedik Sumaryanta, dan Alfian Syahril Mustofa menciptakan alat penyaring air sederhana. Proyek akhir di bawah bimbingan Jarwo Puspito, M.P. (dosen FT UNY) ini, berfungsi untuk menyaring air kotor yang terdapat di lingkungan masyarakat menjadi air bersih yang layak digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci hal-hal lain. Sementara untuk minum tetap memerlukan proses perebusan agar lebih aman. Selain itu, alat ini dapat juga digunakan untuk sirkulasi air yang digunakan untuk kolam ikan dengan tujuan menjadikan derajat keasaman (pH) netral sehingga tidak perlu mengganti air.

Kepada redaksi Web UNY, Alfian, salah satu anggota kelompok, menjelaskan latar belakang pembuataan alat ini disebabkan oleh banyaknya air tanah dan air permukaan yang telah tercemar kotoran. Saat ini di sebagian kota-kota besar Indonesia, banyak air kotor yang tersebar untuk keperluan rumah tangga. Selain itu, air juga dicemari logam-logam berat yang bersifat racun atau memiliki kandungan ion besi dan mangan yang tinggi.

“Padahal, air yang mengandung bakteri patogen atau zat-zat terlarut lainnya dapat berakibat langsung pada kesehatan. Penggunaan air yang tercemar untuk keperluan mandi ataupun cuci dapat berakibat langsung pada kesehatan mata dan kulit seperti kuman, kudis, kurap, dan borok. Penyakit mata juga mudah ditularkan lewat air. Lebih jauh lagi, kulit dapat mengalami iritasi, kering, kusam, dan kehitaman bila menggunakan air dengan kandungan ion besi dan mangan yang tinggi. Makanan juga dapat terkontaminasi akibat peralatan dapur atau alat makan dicuci dengan air yang tercemar. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seharusnya dilakukan pengolahan air terlebih dahulu agar dapat memenuhi syarat kesehatan”, terangnya Alfian lebih lanjut.

Alfian menjelaskan cara kerja alat ini sebagai berikut. “Pertama, tutup keran 1 dan keran 2, kemudian, isi bak pertama dengan air olahan. Beri koagulan dari arang aktif dan diamkan selama 30 menit. Setelah didiamkan, salurkan air ke tabung yang berisi bahan penyaring yang terdiri dari pasir, kerikil, arang, dan ijuk dengan membuka keran 1 dan tutup keran 2 supaya pasir tetap terendam. Lalu isikan kembali tabung pertama dan lakukan proses koagulasi kembali. Setelah itu, buka keran 1 dan keran 2 sehingga keluar air bersih. Jika air dalam tabung pertama habis, keran 2 cepat ditutup. Pasir tetap dibiarkan dalam keadaan terendam terus meski tidak dioperasikan,”terangnya.

Mahasiswa asal Magelang ini menuturkan bahwa alatnya terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain: kerangka alat, bahan penyaring, wadah penampung air/tabung atas, dan wadah bahan penyaring/tabung bawah dengan sistem kerja yang sederhana. Dengan demikian, memungkinkan setiap orang dapat mengoperasikannya. Desain alat ini juga cukup sederhana sehingga mudah dipindahkan ketempat lain tanpa memerlukan alat angkat khusus.

 “Alat dengan taksiran seharga Rp1.800.500,00 ini memiliki dimensi alat panjang 1600, lebar 80, tinggi 1800 mm. Kapasitas tabung 225 liter air dan ± 358 kg bahan penyaring serta memiliki waktu produksi ± 13 detik untuk botol berukuran 500 ml. Sementara bahan yang digunakan untuk konstruksi alat penyaring air sederhana ini adalah kerangka menggunakan baja profil siku bahan ST. 37 dan tabung bahan penyaring menggunakan plat stainless steel,” jelasnya.

“Tingkat keamanan desain konstruksi  alat penyaring air sederhana dapat dikategorikan cukup baik karena memenuhi beberapa syarat, antara lain, konstruksi  alat  yang kuat  dengan didukung rangka yang kokoh dari bahan baja prosil siku, sumber penggerak yang bebas polusi dan tidak bising, dan memenuhi syarat keselamatan kerja bagi operator,” imbuhnya.

Alfian dan kelompoknya berharap alat ini dapat disempurnakan lagi di kemudian hari. “Adapun beberapa saran yang didapat dari para dosen dan kolega untuk langkah pengembangan dan penyempurnaan alat ini. Salah satunya, untuk menghasilkan penyaringan yang baik, alat ini memerlukan komponen tambahan yaitu bahan yang bisa menjadikan air menjadi air murni. Perawatan alat harus selalu diperhatikan yakni bila air yang keluar telah keruh atau alirannya kurang lancar, artinya dalam saringan sudah banyak lumpur, maka bahan penyaring perlu dibersihkan. Terlebih lagi harus senantiasa dilakukan pemeriksaan berkala dan harian,” pungkasnya. (uny.ac.id/ humasristek)


Ristek

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...