Pemerintah Selandia Baru memberikan pinjaman lunak kepada warganya.
VIVAnews - PT Pertamina telah ditunjuk untuk mengembangkan penyediaan dan pendistribusian bahan bakar gas berupa gas alam terkompresi (compressed natural gas/CNG).
Namun, selama bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi masih ada, pengembangan bahan bakar gas (BBG) akan semakin sulit.
"Selama masih ada bensin Premium, akan menjadi kendala bagi perkembangan gas," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Ali Mundakir, kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat 20 Juli 2012.
Ali menjelaskan, Indonesia sebaiknya mencontoh Selandia Baru yang sukses mengembangkan BBG. Pemerintah Selandia Baru memberikan pinjaman lunak kepada warganya untuk membeli converter kit atau alat konversi BBM ke BBG.
Dengan harga BBM di Selandia Baru yang sesuai dengan harga pasar, dia melanjutkan, warga berbondong-bondong memasang converter kit dari pinjaman bank. "Masyarakat dapat membayar cicilan converter kit ke bank dari selisih harga BBM dengan harga BBG," ujarnya.
Ali mengaku bahwa Pertamina juga menyiapkan dana investasi untuk mengembangkan BBG. Dianggarkan dana hingga Rp2 triliun untuk membangun proyek infrastruktur CNG di tahun ini guna menyukseskan program konversi BBM menjadi BBG.
Investasi sebesar Rp2 triliun tersebut, kata dia, digunakan untuk membangun enam mother station, 21 daughter station, 84 CNG tube trailer, revitalisasi enam Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan satu SPBG online.
Sayangnya, menurut Ali, investasi tersebut masih terkendala berbagai perizinan, termasuk perizinan lahan. Untuk membangun sebuah SPBG, setidaknya terdapat 17 perizinan dari pemerintah daerah hingga pemerintah pusat. "Kami minta pemerintah untuk membantu menyederhanakan perizinan ini karena menyita waktu pembangunan," katanya.
© VIVA.co.id
0 comments:
Post a Comment