Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya atau PENS Andy Vebby Setiawan menciptakan mesin pendeteksi uang palsu kertas nominal Rp2.000 dan Rp5.000 berdasarkan benang pengaman dan hologram.
"Masing-masing pecahan uang kertas itu memiliki tanda hologram yang berbeda sehingga asli-palsunya dapat dideteksi melalui vending machine," ujarnya di sela-sela `Final Project Competition` (FPC) 2012 di kampus setempat, Rabu.
Mahasiswa tingkat akhir D4 Jurusan Teknik Informatika PENS itu menjelaskan cara kerja mesin itu sederhana, yakni uang kertas cukup dimasukkan ke dalam "vending machine" yang akan mendeteksi asli atau palsu, lalu penutup dibuka untuk diambil uangnya lagi.
"Ke depan, saya akan menyempurnakan dengan sistem mekanik vending machine, sebab pengambilan uangnya sekarang masih secara manual dengan membuka tutup mesin," katanya.
Selain itu, berbagai macam karya mahasiswa lainya juga menarik, seperti game `Shaun the Sheep` dan `Angry Bird` ala mahasiswa PENS, serta berbagai software dan aplikasi berbasis Android.
Tak ketinggalan pula aplikasi robotika dan karya inovatif lainnya, seperti Alat Perekam Suara Paru-paru yang cukup digunakan mirip stetoskop yang ditempelkan dada untuk memberikan informasi paru-paru normal dan tidak.
Ada pula, Alat Bantu Huruf Hijaiyah Braile yang terinspirasi dari perilaku penyandang tuna netra. Caranya, pengguna yang tuna netra cukup menekan huruf-huruf braile yang tersambung dengan sensor suara yang akan membunyikan ejaan dari huruf-huruf Hijaiyah.
"Ada 187 peserta dari berbagai jurusan dalam kompetisi tugas akhir tahun ini, tapi jumlah peserta FPC tahun ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu, karena FPC bersamaan dengan demo tugas akhir dan jadwal revisi TA," kata seorang panitia FPC, Samsul Huda.
Tahun lalu, jumlah peserta memang jauh lebih banyak hingga panitia harus menyiapkan meja pamer di selasar lantai 2 dan lantai 3 Gedung D4, namun tahun ini hanya di gedung pertemuan lantai 1.
Menurut Direktur PENS, Dadet Pramadihanto, acara yang selalu ditunggu-tunggu oleh civitas akademika itu tidak hanya sebagai unjuk kebolehan mahasiswa, tetapi lebih pada proses transformasi riset antara kakak kelas kepada adik kelasnya.
"Teknologi akan selalu berkembang, jadi alangkah lebih baiknya jika sejak awal riset yang dilakukan oleh kakak kelasnya ini diketahui oleh adik kelasnya, sehingga ke depan diharapkan PENS dapat lebih berkontribusi kepada masyarakat melalui riset aplikatif yang berkesinambungan," katanya.
Pada akhir acara pada sore hari diumumkan empat karya terbaik dari masing-masing jurusan yang memperoleh penghargaan seperti uang penghargaan Rp800.000,- untuk juara pertama; juara kedua sebesar Rp600.000,-; juara ketiga senilai Rp400.000,-; dan juara keempat hanya Rp200.000.
"Kemenangan dan hadiah hanya merupakan sebuah bonus, sebab hal yang terpenting adalah semangat belajar dan kemauan untuk terus maju dan berkembang. Proses itu yang penting, sedangkan hasil adalah bonus itu," katanya. (E011/M008)
Sumber : Antara
0 comments:
Post a Comment