Friday, 3 August 2012

Indonesia Mau Kembangkan Mobil Listrik? Ini Syaratnya

http://static.republika.co.id/uploads/images/square/menteri-koordinator-perekonomian-hatta-rajasa-kiri-bersama-menteri-bumn-_120723201543-366.jpgKomitmen kuat pemerintah dalam mendukung kehadiran mobil listrik nasional menjadi syarat utama keberlangsungan program mobil listrik yang menjadi sorotan akhir-akhir ini.

Komitmen tersebut tak hanya dalam bentuk regulasi, kemudahan transfer teknologi atau insentif pada pengembangan produknya, namun juga dalam menciptakan pasar, khususnya pasar dalam negeri yang selama ini dikuasai para pabrikan dunia sehingga mampu menyerap produksi mobil listrik tersebut.

Bila tidak ada komitmen kuat pemerintah, maka dapat dipastikan masa depan mobil listrik nasional hanya sebatas wacana yang berakhir tragis.

Pandangan tersebut mengemuka sebagai salah satu kesimpulan dari Diskusi Terbatas Mobil Listrik: Strategi Hemat Energi?, yang digelar Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Selasa lalu di Kantor MITI, Serpong Tangerang. Hadir sebagai pembicara Dr. Mahfudz Al Huda (BPPT), Dr. Rohadi Awaludin (BATAN) dan Dr. Ir. Bambang Prihandoko, MT (LIPI). Sementara jalanya diskusi dipandu, Dr. Haznan Abimanyu dan Dr. Dwi Handoko dari MITI.

Dalam paparannya, Mahfudz Al Huda menyoroti industri mobil nasional yang dikembangkan banyak negara sangat tergantung kepada komitmen pemerintahnya. Dia menunjuk dua negara Korea dan Malaysia yang berhasil membangun industri mobil nasional dengan memproteksi pasar dari serbuan pabrikan dunia.

‘’Contoh nyata Malaysia. Saya yakin Proton tak akan bertahan hidup kalau tak ada dukungan kuat dari pemerintahnya, khususnya penciptaan pasar dalam negeri sehingga produksinya bisa terserap. Ini menjadi penting mengingat industri mobil adalah salah satu industri yang rentan terhadap berbagai persoalan, khususnya pasar. Sudah banyak pabrikan besar yang kini tinggal nama hanya karena ketidakmampuan menjual produknya,’’ paparnya seraya menunjuk bangkrutnya industri mobil dunia seperti SAAB Swedia atau Datsun Jepang.

Menurut Mahfudz, dalam mengembangkan industri mobil, khususnya mobil listrik pasar yang masih terbuka perlu diproteksi agar tidak menjadi pasar pabrikan besar yang sudah mengembangkan riset mobil listrik sebelumnya.

‘’Kalau pabrikan besar diberi kebebasan sudah pasti mobil listrik nasional bakal gulung tikar karena kalah segala-galanya,’’ katanya.

(Republika)

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...