Bogor - Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkampanyekan makan beras analog yang diikuti lebih dari 4.200 peserta bertempat di gedung Graha Widya Wisuda IPB, Kampus Dramaga, Sabtu (1/9).
"Kami menyiapkan sekitar 400 kilogram lebih beras analog yang dimasak dan disajikan dalam bentuk nasi kotak," kata Slamet Budijanto penemu beras analog.
Slamet yang juga Direktur Fakultas Teknologi Pertanian, menyebutkan beras analog tersebut memiliki kadar protein 8 persen, keunggulan diseratnya di atas 4 persen.
Ia menjelaskan, beras analog masuk dalam daftar 1 dari 103 inovasi nasional, dan pada tahun 2011 mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Slamet menyebutkan, saat ini pihaknya terus berupaya mematangkan alat dan produktivitas beras analog agar bisa diproduksi secara masal.
Menurutnya, ia mampu menghasilkan 240 kilogram beras analog per bulan dengan peralatan seadanya yang ada di laboratorium IPB.
"Kami berharap ada pihak swasta yang mau membantu memproduksi beras analog untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Karena sumber karbohidrat saat ini masih didominasi oleh padi," katanya.
Slamet menyebutkan, walaupun Indonesia merupakan negara produksi padi nomor 1 dunia, tapi masyarakat Indonesia juga pemakan beras terbesar di dunia yakni 98 persen per orang per tahun.
Sebelum kegiatan kampanye dimulai, Menteri Pertanian Suswono secara resmi meluncurkan beras analog IPB.
Menteri mengatakan, hadirnya beras analog karya IPB membuktikan Indonesia mampu berinovasi menciptakan banyak mode pangan.(Ant/OL-9)
Menteri Pertanian Suswono mengatakan hadirnya beras analog karya Institut Pertanian Bogor membuktikan Indonesia mampu berinovasi menciptakan banyak mode pangan.
"Beras analog ini salah satu inovasi IPB, bahan utamanya berasal dari negeri sendiri seperti singkong, sagu dan jagung. Ini adalah bukti, bahwa Indonesia mampu menciptakan, mode pangan berbeda," kata Menteri saat meluncurkan beras analog dalam acara Dies Natalis IPB ke-49, di Kampus Darmaga, Bogor, Sabtu (1/9).
Menteri mengatakan, Indonesia merupakan negara yang memproduksi beras terbesar di dunia. Namun, Indonesia juga mengkonsumsi beras terbesar sehingga kebutuhan akan beras menjadi sangat besar.
Hadirnya inovasi beras analog, lanjut Menteri, dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Karena lanjut menteri sumber karbohidrat tidak hanya dari beras tapi banyak sumber lainnya.
"Indonesia kaya akan sumber pangan. Sumber karbohidrat tidak hanya beras, tapi dari pangan lainnya seperti ubi, sagu, singkong, jagung dan masih banyak lagi," kata Menteri di hadapan 4.200 mahasiswa baru IPB angkatan 49.
Menteri menyebutkan, masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir akan krisis pangan. Indonesia tidak akan mengalami krisis pangan karena sumber karbohidrat di Indonesia tidak hanya bersumber dari beras.
Ada banyak sumber daya alam di Indonesia yang bila diolah secara baik dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.
"Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia dan sumber daya alam. Kita memiliki sumber karbohidrat cukup banyak, tidak hanya beras. Jadi jangan khawatir Indonesia tidak mungkin kekurangan pangan," kata Menteri.(Ant/OL-9)
"Kami menyiapkan sekitar 400 kilogram lebih beras analog yang dimasak dan disajikan dalam bentuk nasi kotak," kata Slamet Budijanto penemu beras analog.
Slamet yang juga Direktur Fakultas Teknologi Pertanian, menyebutkan beras analog tersebut memiliki kadar protein 8 persen, keunggulan diseratnya di atas 4 persen.
Ia menjelaskan, beras analog masuk dalam daftar 1 dari 103 inovasi nasional, dan pada tahun 2011 mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Slamet menyebutkan, saat ini pihaknya terus berupaya mematangkan alat dan produktivitas beras analog agar bisa diproduksi secara masal.
Menurutnya, ia mampu menghasilkan 240 kilogram beras analog per bulan dengan peralatan seadanya yang ada di laboratorium IPB.
"Kami berharap ada pihak swasta yang mau membantu memproduksi beras analog untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Karena sumber karbohidrat saat ini masih didominasi oleh padi," katanya.
Slamet menyebutkan, walaupun Indonesia merupakan negara produksi padi nomor 1 dunia, tapi masyarakat Indonesia juga pemakan beras terbesar di dunia yakni 98 persen per orang per tahun.
Sebelum kegiatan kampanye dimulai, Menteri Pertanian Suswono secara resmi meluncurkan beras analog IPB.
Menteri mengatakan, hadirnya beras analog karya IPB membuktikan Indonesia mampu berinovasi menciptakan banyak mode pangan.(Ant/OL-9)
Beras Analog IPB Bukti Indonesia Mampu Berinovasi
Menteri Pertanian Suswono mengatakan hadirnya beras analog karya Institut Pertanian Bogor membuktikan Indonesia mampu berinovasi menciptakan banyak mode pangan.
"Beras analog ini salah satu inovasi IPB, bahan utamanya berasal dari negeri sendiri seperti singkong, sagu dan jagung. Ini adalah bukti, bahwa Indonesia mampu menciptakan, mode pangan berbeda," kata Menteri saat meluncurkan beras analog dalam acara Dies Natalis IPB ke-49, di Kampus Darmaga, Bogor, Sabtu (1/9).
Menteri mengatakan, Indonesia merupakan negara yang memproduksi beras terbesar di dunia. Namun, Indonesia juga mengkonsumsi beras terbesar sehingga kebutuhan akan beras menjadi sangat besar.
Hadirnya inovasi beras analog, lanjut Menteri, dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Karena lanjut menteri sumber karbohidrat tidak hanya dari beras tapi banyak sumber lainnya.
"Indonesia kaya akan sumber pangan. Sumber karbohidrat tidak hanya beras, tapi dari pangan lainnya seperti ubi, sagu, singkong, jagung dan masih banyak lagi," kata Menteri di hadapan 4.200 mahasiswa baru IPB angkatan 49.
Menteri menyebutkan, masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir akan krisis pangan. Indonesia tidak akan mengalami krisis pangan karena sumber karbohidrat di Indonesia tidak hanya bersumber dari beras.
Ada banyak sumber daya alam di Indonesia yang bila diolah secara baik dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.
"Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia dan sumber daya alam. Kita memiliki sumber karbohidrat cukup banyak, tidak hanya beras. Jadi jangan khawatir Indonesia tidak mungkin kekurangan pangan," kata Menteri.(Ant/OL-9)
0 comments:
Post a Comment