Showing posts with label Farmasi. Show all posts
Showing posts with label Farmasi. Show all posts
0

TNI AD Buat Serum Tetanus

TNI AD Buat Serum TetanusBandung | Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Budiman melakukan kunjungan kerja ke Detasemen Kuda Kavaleri (Denkudkav) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav).

Kunjungan kerja tersebut dilaksanakan di Jalan Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, pada Rabu 16 Januari 2013.

Saat melakukan kunjungan kerja, Wakasad sekaligus melaksanakan rapat pembahasan kerjasama TNI Angkatan Darat dengan PT Bio Farma tentang pembuatan serum tetanus, difteri dan anti bisa ular serta teknik penggunaan kuda.

Pada kunjungan kerja tersebut Wakasad didampingi Asisten Operasi (Asops) Kasad Mayjen TNI Dedi Kurnaedi, Asisten Personalia (Aspers) Kasad Mayjen TNI Sunindyo, Asisten Logistik (Aslog) Kasad Mayjen TNI Joko Sri Widodo, Dirziad Brigjen TNI Dicky Wainal Usman, Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad) dan Kalafi Kesad.

Turut hadir dalam acara tersebut Komandan Komando Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI AD Letjen TNI Gatot Nurmantyo, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Sonny Widjaja, Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpussenkav) Brigjen TNI Purwadi Mukson, Kakesdam III/Slw, serta pejabat terkait lainnya.

Seusai melakukan rapat, Wakasad bersama rombongan melakukan peninjauan ke kandang kuda serta penanaman pohon mangga di sekitar areal Kesatrian Denkudkav. (Pendam III/Slw/Mar).
0

Obat Gosok

Macam-macam Kegunaan Obat Gosok

Macam-macam Kegunaan Obat GosokJakarta Nama berbagai minyak obat tradisional yang beredar di pasar boleh berbeda-beda, tapi cara bekerjanya sama: memesamkan atau menghangatkan. Bahan bakunya beragam, sehingga klaim khasiatnya beraneka rupa. Inilah beberapa jenis minyak yang akrab dan kerap dipakai oleh keluarga di Indonesia.

Minyak Gosok
- Kandungan: minyak kelapa, minyak kayu putih, minyak sereh, minyak lawang, cengkeh, daun lada, jahe, kunyit, lengkuas, temulawak, bawang, daun sirih.
- Khasiat: mengobati keseleo, pegal, otot kaku, sakit pinggang dan punggung, mempercepat penyembuan bengkak karena pukulan atau benturan, mengobati luka bakar, luka khitan, kulit lecet atau luka terkena pisau, meredakan nyeri sendi, sakit gigi, bisul, sakit kepala, kudis, panu, gatal akibat gigitan serangga, muntah, sakit perut, batuk, rematik, bisa untuk minyak pijat.

Minyak Telon
- Kandungan: minyak kelapa, minyak adas, minyak kayu putih.
- Khasiat: memberi rasa hangat pada tubuh bayi karena merangsang pembuluh darah, membantu dan mencegah perut kembung dan masuk angin, mencegah gigitan nyamuk, bisa untuk minyak pijat bayi. Aroma minyak telon juga memberikan rasa tenang (aromaterapi).

Minyak Kayu Putih
- Kandungan: minyak hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih.
-Khasiat: menghangatkan tubuh, melemaskan otot, meredakan dan mencegah perut kembung, mual, dan masuk angin, meredakan gatal akibat gigitan serangga. Aromanya memberikan efek menenangkan.

Minyak Gandapura
- Kandungan: minyak hasil penyulingan daun gandapura.
- Khasiat: membantu meredakan nyeri otot dan sendi, encok, rematik, pegal, keseleo, dan nyeri.

Minyak Angin
- Kandungan: minyak kayu putih, minyak gandapura, minyak kamfer, minyak mentol.
- Khasiat: membantu meredakan gejala masuk angin, pusing, mabuk perjalanan, mual, pegal, gatal karena gigitan nyamuk/serangga, bisa untuk aromaterapi.

Ini Khasiat Obat Gosok 

Ini Khasiat Obat GosokSelain dijual ke seluruh Indonesia, minyak gosok Cap Tawon buatan PT Tawon Jaya Makassar juga diekspor ke Singapura, Hong Kong, Malaysia, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Saban bulan, produksinya mencapai 300 ribu botol. "Racikan awalnya tetap dipertahankan hingga sekarang," kata Eddy Mattualy, Direktur Utama PT Tawon Jaya Makassar, saat ditemui Tempo di rumahnya, pekan lalu.

Racikannya terdiri dari rupa-rupa minyak. Selain minyak kelapa, minyak kayu putih, cengkeh, daun lada, jahe, kunyit, dan bawang, juga ada minyak sereh, minyak lawang, lengkuas, temulawak, dan daun sirih. Semua bahan dimasak, diekstrak, lalu disaring. Klaim khasiatnya sebanyak unsur yang dicampurkan. Misalnya menyembuhkan bengkak, mengobati berbagai macam luka, pegal, nyeri, sakit kepala, gatal akibat gigitan serangga, serta cocok untuk pijat atau urut sehari-hari.

Minyak ini sudah diuji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Itu sebabnya, dalam produk minyak Cap Tawon tertulis POM TR sebagai bukti teregistrasi sebagai obat tradisional. "Sejauh ini minyak obat tradisional tidak bermasalah," kata Bahdar Johan, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen BPOM.

Meski demikian, soal khasiat yang diklaim oleh perusahaan Eddy, belum ada yang mengujinya secara medis. Menurut dokter Siswanto, Ketua Komisi Nasional Saintifikasi Jamu di Kementerian Kesehatan, kebanyakan prinsip kerja minyak gosok adalah menghangatkan tubuh sehingga merangsang sirkulasi darah. Rasa hangat didapat, antara lain dari efek penggunaan kayu putih.

Minyak kayu putih memang terkandung dalam banyak minyak gosok, termasuk Cap Tawon. Hasil penyulingan daun dan ranting tanaman kayu putih ini, selain menghangatkan, juga mengandung eukaliptol. Zat inilah yang berkhasiat melemaskan otot dan mencegah perut kembung. Itu mengapa minyak ini—bersama dengan minyak kelapa dan minyak adas—dicampurkan ke dalam minyak telon (telu berarti tiga dalam bahasa Jawa).

Yang menarik, pengobatan dengan menggosokkan ke kulit diadaptasi oleh pengobatan modern. Olesan di kulit terbukti diserap tubuh dan lebih aman dibanding obat minum, yang terkadang memicu masalah di organ pencernaan.

Kementerian Kesehatan mendorong obat tradisional, termasuk yang berbentuk minyak, agar tetap eksis. Produk ini dikategorikan sebagai jamu. Bukti khasiatnya mengacu pada penggunaan secara empiris dan turun-temurun. Namun, agar khasiatnya bisa dijelaskan, upaya mencari bukti ilmiah tentang manfaat dan keamanan jamu perlu dilakukan. Sebab itulah, pada 2010, dibentuk Komisi Nasional Saintifikasi Jamu. "Soal khasiat, kita rasional saja, enggak usah berlebihan," kata Siswanto.

Begini Asal Muasal Minyak Gosok 

Begini Asal Muasal Minyak GosokTidak jelas benar mulai kapan dan dari mana kebiasaan mengoleskan obat gosok muncul. Hanya ada perkiraan, kita mengadopsinya dari budaya Cina. Pengobatan tradisional Cina memang mengenal obat gosok hangat, meski mereka lebih banyak memakai menta sebagai bahan dasar. Ketika sampai di Indonesia, bahan baku diganti, sesuai dengan kekayaan rempah-rempah dan tanaman obat yang kita miliki. Terutama yang memiliki efek hangat, seperti cengkeh, sereh, daun lada, jahe, dan kayu putih.

Zaman berganti, tapi kebiasaan masyarakat kita memakai minyak gosok tak berubah. Itu sebabnya sejumlah perusahaan --bahkan perusahaan internasional-- ikut bermain di ceruk ini. Selain Cussons yang berpusat di London, di pasaran beredar minyak produksi Nyonya Meneer, Konicare, Tresno Joyo, dan sebagainya.

Kebiasaan yang tak berubah itu pula yang membuat obat gosok Cap Tawon, yang rutin dipakai Subekti, lajang 34 tahun, warga Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, bisa bertahan selama satu abad. Pada 6 Desember lalu, perusahaan ini genap berumur 100 tahun.

Minyak Cap Tawon dibuat pertama kali oleh Lie A Liat, pemilik toko obat Boo Loeng, Makassar. Meski Tawon dipakai sebagai merek dagang, bahan bakunya bukan dari tawon atau produk turunannya.

Menurut Eddy Mattualy, Direktur Utama PT Tawon Jaya Makassar, yang juga cucu Liat, pemilihan nama tawon karena binatang ini penuh makna positif, seperti mempunyai ikatan kekeluargaan yang besar dan rukun hidup bersama. Tawon juga memiliki banyak manfaat bagi manusia, antara lain madunya bisa dipakai untuk obat.

Alasan Kenapa Obat Gosok Begitu Digemari 

Alasan Kenapa Obat Gosok Begitu DigemariSeperti umumnya orang Indonesia, Subekti menyukai minyak penghangat tubuh. Hanya, dia sedikit berlebihan. Menjelang tidur, ia membalur seluruh tubuh dengan minyak gosok. Efeknya langsung terasa: badan menjadi hangat, capek dan pegal berkurang, plus nyamuk menjauh.

Karena sudah ketagihan, lajang 34 tahun ini tak mau sehari pun luput dari olesan minyak gosok Cap Tawon asal Makassar itu. Secara berkala, warga Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, ini mentransfer uang ke koleganya yang bekerja di Makassar, lalu paket minyak gosok akan dikirim.

Biasanya satu botol untuk sebulan. Agar lebih praktis, isi botol tersebut dituang ke beberapa botol yang lebih kecil, sehingga bisa ditaruh di kantor, rumah, plus di dalam tas. Belakangan, ibu dan kakak Subekti ikut rutin menggunakan minyak gosok tersebut. "Seperti penyakit menular," kata dia sembari terkekeh.

Kebiasaan membalur minyak tradisional juga dilakukan Joko Widodo, Gubernur Jakarta. Bedanya, yang selalu dia bawa adalah minyak kayu putih. Selain melumurkan ke tubuh, mantan Wali Kota Solo ini mengoleskannya ke hidung untuk mencegah pilek. "Senjata saya ya ini, minyak kayu putih. Saya selalu membawa ke mana saja," kata Jokowi, akhir September lalu. Dalam kesempatan berbeda, saat Joko pilek, ia berujar, "Tadi saya lupa membawa minyak kayu putih."

Minyak gosok merupakan obat tradisional yang sudah turun-temurun ada di Tanah Air. Meski hidup di negara tropis, orang Indonesia memang tak bisa lepas dari aneka macam minyak penghangat. Sejak lahir hingga meninggal, minyak seperti itu selalu diandalkan. Ketika bayi, setiap hari kita dilumuri minyak telon. Katanya agar hangat dan tak masuk angin. Ketika tua, minyak ini diharapkan bisa meringankan nyeri karena encok.


Tempo.Co
0

Indonesia Harus Cepat Buat Vaksin Penyakit Menular

Denpasar - Ketua Umum Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) Sam Soeharto menyatakan Indonesia harus mempercepat produksi vaksin untuk mengatasi berbagai macam penyakit utama mengingat penyakit tersebut telah berkembang penularannya dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis).

Dalam perkembangannya, Soeharto menegaskan bahwa hewan yang terkena vaksin yang telah berusia puluhan tahun kumannya menjadi kebal sehingga vaksin yang dibuat tidak efektif lagi untuk kuman yang sama. Menurutnya, kuman cepat beradaptasi terhadap suatu obat sehingga kuman yang sama itu bisa mengeluarkan zat-zat untuk menghacurkan segala macam obat atau NGR Multi Drug System sehingga tidak ada jalan lain kecuali lewat obat vaksinasi.

"Harus dilakukan vaksinasi, kalau vaksinnya belum ketemu, itu yang menjadi problem," ujar Soeharto, di sela Konferensi Jaringan Produsen Vaksin Negara-Negara Berkembang (DCVMN) ke-13 di Kuta, Bali, Kamis (1/11/2012).

Soeharto memaparkan bahwa berbagai macam penyakit utama yang berkembangnya di Indonesia dapat mempengaruhi target pencapaian angka MDGs (Millenium Development Goals). Penyakit malaria, misalnya saat ini masih menjadi masalah besar karena Indonesia belum mampu mengatasi penyakit tersebut dengan baik.

Penyakit malaria masih banyak ditemukan seperti di daerah-daerah baru untuk pertambangan batubara, perkebunan sawit yang tersebar di beberapa daerah seperti Sulawesi, Kalimantan hingga Papua. Penyakit utama itu kini telah berkembang menjadi zoonosi seperti flu burung, flu babi, tubercolosis (TB) hingga malaria.

Ia mengaku sudah ada beberapa riset yang dilakukan untuk mencari vaksin yang bisa mengatasi berbagai macam penyakit tersebut. Soeharto menyampaikan untuk pengembangan vaksin baru dibutuhkan dana tidak sedikit dan memerlukan riset yang cukup lama.


"Tidak ada terhambat, cuma memang risetnya belum final, karena vaksinasi TB misalnya, tidak sepenuhnya efektif untuk melindungi atau protektif terhadap TB," ujarnya.[mvi]


0

Indonesia Pemilik Pabrik Vaksin Terbesar Dunia

Pabrik vaksin Indonesia ini lahir atas prakarsa sejumlah negara.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2010/07/20/93134_vaksin-meningitis-_209_157.jpg
Petugas menunjukan vaksin meningitis
President Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN), Akira Homma, mengungkapkan bahwa PT Bio Farma (Persero) merupakan produsen terbesar vaksin di dunia. Perusahaan yang lahir 13 tahun lalu ini merupakan cita-cita dari negara berkembang di dunia

"PT Bio Farma asal Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia. Perusahaan ini memproduksi sebanyak 1,4 juta miliar vaksin," kata Akira di sela pertemuan ke-13 Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) di Kartika Plaza Hotel, Kuta, Bali, Selasa 30 Oktober 2012.

Mengutip pernyataan organisasi kesehatan dunia (WHO), Akira menyatakan, vaksin berperan penting dalam upaya meningkatkan derajat manusia. Bahkan jika bisa, WHO berharap vaksin bisa digunakan layaknya air mineral yang dapat diminum setiap saat.

Sayangnya, produksi vaksin kini lebih banyak dikuasai produsen dari negara-negara maju. Akibatnya, harga vaksin jauh membumbung tinggi.

Itu sebabnya, sejumlah negara berkembang berinisiatif untuk dapat memproduksi vaksin dengan kualitas tinggi, tetapi dengan harga yang terjangkau.

"Demi tujuan itu, maka pada 13 tahun lalu sejumlah negara berkembang berkumpul di Bandung. Tujuan pertemuan itu adalah merencanakan pendirian perusahaan yang bisa memproduksi vaksin dengan kualitas sama tetapi harga terjangkau. Ini penting dilakukan sebab selama ini vaksin dikuasai perusahaan besar dan menjual dengan harga tinggi," kata Akira.

Dari pertemuan itu lahirlah DCVMN yang bisa memproduksi vaksin dengan kualitas tinggi dan harga terjangkau. "Kini jumlah terbesar vaksin yang dibeli WHO dari perusahaan negara berkembang. Keunggulannya adalah kualitas tinggi, harga terjangkau. Itu prestasi kami," terang Akira.

Direktur Utama PT Bio Farma, Iskandar menambahkan saat ini memang terjadi persaingan ketat antara negara berkembang dan maju dalam hal produksi vaksin.

Di tengah persaingan tersebut, Bio Farma yakin Indonesia memiliki peluang bersaing di kancah produksi vaksin dunia. "Kita negara muslim. Ini yang kita manfaatkan. Kita manfaatkan sebagai jembatan bagi negara-negara Islam. Indonesia bisa menjadi pusatnya (produsen vaksin)," tutur dia.

Selain Indonesia, negara berkembang juga memiliki produsen vaksin lain yaitu Iran. Sayangnya negara ini terkena embargo ekonomi dari pemerintah AS. Sementara Malaysia selama ini hanya maju dari segi otomotif namun tak memiliki pabrik vaksin.

Dengan peluang besar ini, Indonesia diharapkan bisa berperan melakukan riset melihat potensi pasar yang begitu luas. "Ini harus dimanfaatkan. Kalau tidak rugi sendiri. Apalagi kita punya kemampuan itu. Indonesia juga ikut OKI. Di negara muslim kita nomor satu. Sejak 1997 sudah dapat prakualifikasi dari WHO," kata Iskandar.


0

Pemalsuan Obat di RI Raih Omset US$200 Juta/Tahun

Efek obat palsu bisa fatal bagi kesehatan, bahkan berujung kematian

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/04/30/152993_obat-obatan-pil_209_157.jpgData mencengangkan soal obat palsu dipaparkan Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP). Ketua MIAP, Widyaretna Buenastuti, mengatakan pemalsuan obat dapat menghasilkan penjualan hingga sekitar US$75 miliar di tingkat global selama 2010. 

"Di Indonesia, pemalsuan obat tumbuh pesat dengan estimasi omset per tahun sebesar US$200 juta. Jumlah itu sebesar 10 persen dari total farmasi di Indonesia," kata Widyaretna saat menghadiri Kongres Federasi Asosiasi Farmasi Asia (FAPA) di Nusa Dua, Bali, Sabtu 15 September 2012.

Pemalsuan obat, lanjut dia, menimbulkan resiko serius bagi kesehatan masyarakat.

Pemakaiannya dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan, bahkan hingga menyebabkan kematian. Widyaretna berharap apoteker dapat membantu memerangi peredaran obat palsu yang terus tumbuh dan berkembang.

Profesor Akmal Taher, dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengatakan apoteker merupakan pihak bertanggungjawab untuk menyatakan keaslian sebuah produk obat. "Misalnya sebuah apotek menyatakan jika obat yang kami jual adalah asli. Tetapi siapa yang menyatakan keaslian itu, tidak lain adalah apoteker," imbuh dia.

Akmal mengatakan, dari penelitian tinjauan lapangan terhadap satu obat resep yang dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2012 di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan, menunjukkan jika obat palsu dengan mudah dapat ditemukan di toko-toko ritel di kota-kota tersebut, termasuk apotek dan toko obat.

"Penemuan ini cukup mengkhawatirkan. Obat palsu ditemukan di saluran tidak resmi seperti lapak obat pinggir jalan. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya isu ini dan bagaimana peran apoteker menjadi penting dan harus lebih proaktif dalam mengedukasi pasien agar tidak membeli obat resep selain dari apotek," imbuh Akmal.

Kewajiban Apoteker

Sekretaris Jenderal Ikatan Apoteker Indonesia, Nurul Falah menegaskan pihaknya selalu siap untuk ikut membantu memerangi peredaran obat palsu. "Apoteker memiliki kewajiban lindungi pasien dan program sertifikasi meningkatkan kompetensi apoteker dalam mencegah peredaran obat palsu, sekaligus menjamin keselamatan pasien," kata dia.

Perwakilan BPOM, Retno Tyas Utami menyampaikan bahwa pihaknya sudah meminta industri farmasi untuk berperan aktif jika obatnya dipalsukan. Ia juga mengaku sudah sejak lama bekerjasama dengan lembaga perlindungan konsumen dalam menghadapi isu pemalsuan obat. "Obat Palsu merupakan ancaman bagi pasien di Indonesia yang terus berkembang," kata Retno.

"Kami akan menyediakan segala dukungan yang dibutuhkan untuk memastikan upaya memerangi pemalsuan obat palsu ini bisa berlangsung sukses," tambah Retno.(ren)


0

Menanti Vaksin Flu Burung Buatan Indonesia

Jakarta - Setelah kasus flu burung ditemukan pada satu keluarga di Tangerang pada 2005, terus bermunculan korban berjatuhan akibat terserang virus H5N1 itu. 

Headline
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sebanyak 310 kasus flu burung pada manusia dengan 189 orang di antaranya meninggal dunia. Dan Indonesia pada saat itu membukukan 99 kasus dengan 79 kematian.

Kasus flu burung di Indonesia terbilang cukup besar. Jumlah orang yang tertular virus dari unggas itu terus saja bertambah. Untuk saat itu pengobatan flu burung dengan mengandalkan tamiflu.

Biasanya dokter akan memberikan tamiflu saat muncul gejala mirip flu burung. Sementara untuk membentuk antibodi terhadap virus H5N1 itu belum pernah dilakukan. Pasalnya belum ada vaksin flu burung di Indonesia.

Seiring perjalanan waktu dan beragam pengalaman kasus yang ada di Indonesia, jaringan peneliti di Indonesia mulai bergerak membuat vaksin flu burung. Apalagi antara WHO dengan Indonesia telah terjadi kesepakatan pembagian sampel virus yang adil.

Sehingga sejumlah negara yang memiliki kasus flu burung bisa mengembangkan vaksin lewat sampel virus yang dimiliki. Universitas Airlangga Surabaya pun tergerak mengembangkan vaksin yang bersumber dari virus flu burung di Indonesia.

Melalui Unit Avian Influenza-zoonosis Research Center-Universitas Airlangga (AIRC-UNAIR) Surabaya, para periset mulai mengembangkan vaksin flu burung sejak 2004. Dr drh CA Nidom MS, ahli biologi molekuler Universitas Airlangga Surabaya, selaku ketua riset vaksin flu burung menjelaskan AIRC-UNAIR sudah ada sejak 2004 berbarengan dengan riset awal flu burung.

Dalam perjalanan waktu, sejak Universitas Airlangga menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), maka setiap unit di kampus tersebut harus menghasilkan produk unggulan.

"Kami mengembangkan bioproduk yakni pengembangan vaksin influenza, termasuk flu burung, dengan berbagai macam teknologinya. Termasuk pengembangan kit diagnostic yang cepat atau konvensional serta anti-viral dari pengobatan herbal," jelas Dr Nidom.

Apalagi pemerintah mendukung keinginan Unair menciptakan vaksin flu burung. Sejak saat itu AIRC-UNAIR fokus pada pembuatan vaksin flu burung baik untuk manusia dan hewan.

Nidom kemudian merekrut fresh graduate dari lulusan Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas MIPA, hingga Komunikasi-Sosial.

Mereka selain mendapat gaji juga beasiswa untuk pendidikan lanjutan. Tim tersebut telah dibiasakan untuk mengutamakan budaya penelitian. Dengan demikian para peneliti ini benar-benar fokus.

Saat ini ada 10 pegawai yang bekerja di laboratorium AIRC-UNAIR yang sudah menempuh program S2 dan S3 dengan usia rata-rata di bawah 30 tahun.

Untuk menciptakan vaksin flu burung, para peneliti harus memilah virus yang ada di lapangan kemudian menyetok calon-calon seed vaksin dalam jumlah banyak.

Dari pengalaman para penderita flu burung yang berhasil sembuh, ternyata kasus di Indonesia merupakan persoalan human-animal interface dan harus dicegah dengan banyak cara.

Untuk mengembangkan vaksin, AIRC-UNAIR bekerja sama dengan Institute Medical Science University of Tokyo, Hokkaido University, dan Influenza Research Center University of Wisconsin, Madison, AS.

Virus yang digunakan untuk pengembangan vaksin berasal dari pasien Indonesia, yang terinfeksi flu burung dan meninggal pada 2005. Nadom dan timnnya mengambil virus dari usapan tenggorokan dari enam pasien yang berbeda daerah. Namun hanya virus milik pasien berusia sekitar 25-30 tahun dan berjenis kelamin laki-laki bisa tumbuh cukup baik dan dijadikan master seed.

Untuk menyukseskan pembuatan vaksin, dibuatlah konsorsium untuk mendanai riset tersebut. PT Biofarma, Kementerian Riset dan Teknologi serta Kementerian Kesehatan ikut terlibat dalam pendanaan riset vaksin flu burung tersebut.

Dengan cara tersebut maka akan dihasilkan riset-riset unggulan yang siap diproduksi secara massal. Vaksin flu burung buatan AIRC-UNAIR ini menurut Nidom, telah mengikuti sejumlah kaidah atau rekomendasi WHO dengan model split vaccine dan teknologi reverse genetic.

Dari pengujian di tingkat hewan, vaksin ini bisa digunakan untuk anak-anak. Rencananya tahun ini Biofarma akan melakukan uji klinik sebelum diproduksi massal.

Selain vaksin flu burung, AIRC-UNAIR juga mengembangkan riset untuk mempelajari transmisi manusia-binatang, termasuk simulasi pola-pola infeksi virus influenza dan flu burung.

"Yang akhirnya berkolaborasi dan mengakibatkan pandemik. Selain itu ada tim yang mempelajari aspek-aspek bioterorisme untuk pencegahan secara dini," ujar Dr Nidom.[mor]
0

Dosis obat TB di indonesia dapat lebih rendah

Jakarta (ANTARA News) - Dosis obat utama untuk penderita tuberkulosis (TB) di Indonesia, dapat diberikan lebih rendah dibandingkan dengan dosis yang diatur penelitian di Eropa dan Amerika, papar Dr. dr. Erlina Burhan, Msc, Sp.P(K).

"Ini merupakan hasil penelitian untuk disertasi saya, yang merupakan penelitian pertama di Indonesia yang fokus kepada kadar obat utama TB dan responnya terhadap pengobatan," kata Erlina usai memberikan paparan dalam acara Promosi Doktor di gedung FKUI-RSCM, Jakarta, Kamis.

Penelitian Erlina ini dilakukan untuk mengetahui seperti apa kadar dosis tetap obat (FDC) di dalam darah pasien dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesembuhan.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Erlina mengatakan bahwa dosis yang diatur dalam penelitian di Amerika dan Eropa, menentukan dosis yang diperlukan untuk pemberian obat utama TB adalah 8mg/L.

"Untuk sementara ini, saya belum dapat memberikan angka pasti untuk dosis Rifampisin sebagai obat utama TB yang perlu diberikan kepada orang Indonesia, karena masih diperlukan penelitian lanjutan," ujar dia.

Erlina menjelaskan bahwa pemberian Rifampisin dengan dosis tinggi dapat memberikan efek samping berupa rasa mual dan kerusakan pada hepar.

Rifampisi adalah antibiotik spektrum luas yang secara penelitian efektif membunuh kuman TB. Penggunaan rifampisin sebagai obat utama TB, karena obat ini digunakan dari awal hingga akhir pengobatan.

"Kolaborasi Rifampisin dengan enzim tertentu dalam hepar, dapat mencegah terjadinya NRA (nitrate reductase assay) yang efektif membunuh virus TB," demikian Erlina.(M048)

Sumber : Antara
0

PT Bio Farma Produksi Vaksin Halal

Ilustrasi
BANDUNG - Kekhawatiran dunia islam tentang penggunaan vaksin memang sering menjadi polemik. Di satu sisi masyarakat membutuhkan vaksin guna mencegah penyakit, namun di sisi lain masih banyak masyarakat yang meragukan akan kehalalan dari vaksin tersebut.

Menanggapi kekhawatiran tersebut PT Bio Farma (Persero) selaku perusahaan BUMN yang memproduksi vaksin bekerja sama dengan Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) An-Nuur pada Sabtu (14/7) berusaha mengkaji hal tersebut melalui Seminar Kajian Ilmiah dan Syari’ah Vaksin dengan tema “Amankah Vaksin?” yang diadakan  Mesjid An-Nuur PT Bio Farma.

“Kami sangat prihatin dengan maraknya isu negatif vaksin yang  beredar di masyarakat. Orang tua perlu diberikan informasi yang benar mengenai vaksin untuk menghilangkan keraguan. Vaksin dipandang penting karena merupakan tindakan pencegahan penyakit yang paling efektif," ujar M Rahman Rustan, Corporate Secretary PT Bio Farma saat ditemui wartwan, Sabtu (14/7) di Masjid An-Nuur Bio Farma.

Padahal menurutnya saat ini sudah ada kebijakan korporasi dalam upaya memproduksi vaksin 100 % halal. "Ini adalah upaya pemerintah untuk menggiatkan vaksinasi kepada masyarakat agar lebih percaya," ucapnya.

Sedangkan menurut Kepala Bagian Evaluasi Produk PT Bio Farma, Novilia Sjafri Bachtiar,pada dasarnya banyak manfaat yang diterima oleh masyarakat dari vaksinasi salah satunya adalah menimbulkan kekebalan bagi individual maupun kelompok.

"Proteksi kelompok dapat dicapai bila jumlah yang di imunisasi besar dan vaksin yang digunakan baik. Efek dari proteksi kelompok adalah mampu melindungi orang yang tidak di vaksin, mampu melindungi orang dengan gangguan sistem imun dan meningkatkan proteksi penerima vaksin",paparnya saat menjadi pembicara dalam seminar tersebut.

Sementara itu, terkait wacana ketidakhalalan vaksin PT Bio Farma, Novi membantahnya. Menurutnya ekspor vaksin polio PT Bio Farma saat ini telah mencakup negara-negara islam seperti Mesir, Iran, Turki,Senegal, Guinea, Malaysia dan beberapa negara lain. "Bio Farma sendiri mensuplai 2/3 kebutuhan vaksin dunia dan sudah bekerja sama dengan UNICEF."

Selain ekspor ke negara-negara Islam, Novi menyatakan bahwa PT Bio Farma juga berusaha meningkatkan jaringan kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan, dunia usaha, pemerintah, termasuk MUI, Muhammaddiyah, NU dan Aisyah.

"Kami berkomitmen untuk berupaya mengembangkan vaksin halal dalam memenuhi kebutuhan vaksin nasional maupun internasional, baik dari bahan yang digunakan maupun proses pengolahannya," katanya.

Sumber : Republika
0

Perairan Indonesia potensial hasilkan obat malaria

Jakarta (ANTARA News) - Para peneliti mengembangkan riset terhadap potensi perairan di Indonesia yang ternyata menghasilkan obat  malaria--sebuah penyakit ganas yang setiap tahunnya merenggut 1,5-3 juta nyawa penduduk dunia.

Berdasarkan eksplorasi terakhir terhadap spons laut Xestospongia yang tumbuh di Perairan Papua ternyata spons tersebut sangat berpotensi melawan Plasmodium falciparum--penyebab penyakit malaria.

Peneliti Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi (B2RP2B) Kelautan dan Perikanan, Ekowati Chasanah dan Murtihapsari, mengatakan bahwa potensi spons asal Papua yang ditemukan di tiga lokasi itu kaya akan senyawa metabolit alkaloid--yang bersifat antimalaria.

Saat ini obat baru bagi malaria sangat dibutuhkan karena Plasmodium sudah mulai resisten terhadap obat klasik yaitu Chloroquine.

Di Indonesia, kasus malaria masih tinggi dengan data pada akhir 2007 terdapat 1,14 juta kasus malaria di 396 kabupaten.(E012)
0

Membiakkan Kapang Penisilin

Impor obat antibiotik amoksisilin turunan beta-laktam berbahan baku kapang penisilin tahun 2008 tercatat 1.020.928 kilogram. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melakukan riset pembiakan kapang penisilin untuk memutus rantai ketergantungan impor bahan baku antibiotik ini.

”Pembuatan fermentor penisilin skala percontohan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong mencapai 2.500 liter satu kali siklus hingga maksimal 10 hari. Dukungan teknologi sudah siap untuk menuju produksi massal industri,” kata Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bambang Marwoto, Kamis (28/6), di Jakarta.

Kapang penisilin merupakan bahan baku amoksisilin. Antibiotik yang termasuk obat esensial ini banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Kepala Program Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Hardaning Pranamuda menuturkan, di Amerika Serikat amoksisilin masuk dalam 10 besar obat resep generik. Produksi bahan baku amoksisilin membuka peluang untuk pengembangan produksi antibiotik lain.

Resistensi atau ketahanan bakteri terhadap amoksisilin mungkin saja terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Tetapi, bukan berarti industrinya akan terhenti. ”Produksi amoksisilin menjadi model untuk pengembangan jenis-jenis antibiotik lain menyesuaikan kebutuhan,” kata Bambang.

 Kandungan lokal

Sumber pembiakan penisilin, menurut Bambang, banyak terdapat di sekitar kita. Unsurnya meliputi karbon, nitrogen, dan mineral. Untuk pembuatan antibiotik amoksisilin diperkirakan kandungan lokalnya sampai 80 persen.

Untuk memperoleh karbon, digunakan gula atau tepung- tepungan yang dihidrolisis. Unsur nitrogen didapatkan dari kacang-kacangan. Mineral diperoleh dari bahan pangan yang biasa kita konsumsi.

Penisilin sebagai pembunuh bakteri pada awalnya ditemukan Alexander Fleming tahun 1928. Kapang penisilin umumnya tumbuh sebagai benang-benang jamur roti.

Penisilin yang diperoleh dalam metabolisme kapang itu berupa Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum. Pembiakan lebih lanjut dilakukan untuk memperoleh Penisilin G dan Penisilin V yang siap untuk proses pembentukan 6-Amino penicillanic acid (6-APA).

”Selanjutnya, 6-APA direaksikan secara kimiawi dengan dane salt (salah satu jenis garam) untuk memperoleh amoksisilin,” kata Bambang.

Rantai produksi dalam skala pilot plant (pabrik percontohan) itu tidak hanya dikerjakan BPPT. BPPT menangani proses fermentasi untuk memproduksi penisilin G. Penggunaan penisilin G untuk memproduksi senyawa perantara 6-APA dikerjakan Institut Teknologi Bandung (ITB), sekaligus pada proses kimiawi dengan dane salt sampai menghasilkan amoksisilin hidrat.

Berikutnya, terlibat Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) pada proses akhir menuju produksi amoksisilin.

”Dari sejumlah konsorsium lembaga riset itu, sebetulnya kita sudah siap membangun industri antibiotik amoksisilin dengan kandungan lokal yang optimal,” kata Bambang.

 Generasi pertama

Amoksisilin merupakan antibiotik generasi pertama yang diresepkan sebagai obat generik. Beberapa antibiotik generasi pertama lain adalah ampicilin, dicloxacillin, cloxacillin, dan oxacillin.

Antibiotik generasi kedua melalui proses yang lebih rumit, tidak lagi melalui proses pembentukan 6-APA. Beberapa antibiotik generasi kedua yang ada di pasaran adalah cephradinie, cefadroxil, cephalexin, cefroxadine, dan cefprozil.

Harga antibiotik generasi lebih baru tentu saja mahal. Saat ini, antibiotik generasi ketiga sudah dihasilkan. Hal itu antara lain antibiotik cefoxitin dan cefmetazole, yang tergolong mahal di pasaran.

Hardaning mengatakan, kekayaan biodiversitas di Indonesia sangat menunjang penemuan jenis-jenis kapang lain untuk memproduksi antibiotik. Pada masanya nanti, suatu jenis antibiotik tidak dapat digunakan lagi ketika bakteri yang ingin dibunuh ternyata memiliki kekebalan terhadap antimikroba tersebut.

Karena itu, sudah saatnya kegiatan riset pembuatan antibiotik direalisasikan menjadi sebuah industri yang bisa berkelanjutan. (Kompas, 29 Juni 2012/ humasristek)
0

Malaria Bisa Disembuhkan dengan Ekstrak Sambiloto

Ilustrasi
MEDAN – Ekstrak sambiloto diakui bisa mengobati penyakit malaria dan meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini dibuktikan lewat penelitian dan disertasi yang dilakukan Dr dr Umar Zein DTM&H SpPD KPTI tentang penggunaan ekstrak sambiloto (andrographis paniculata).

“Hasil penelitian yang saya lakukan, ekstrak sambiloto itu bisa dijadikan obat untuk penyakit malaria. Malah tidak hanya sebagai obat, sambiloto itu juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh,” ungkap Umar Zein, seperti diberitakan Sumut Pos (grup JPNN).

Hasil penelitiannya itu juga bilang Umar, sudah dipatenkan ke Dirjen HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dengan nomor HKI.3 HI.05.01.02.2044.
“Kita sudah lakukan penelitian. Kita berharap, penelitian ini bisa dikembangkan perusahaan farmasi agar bisa diproduksi skala besar. Kalau berhasil, maka Indonesia sangat terbantu. Karena tidak perlu mengimpor obat dan meningkatkan nilai ekonomis di masyarakat,” jelas Umar.

Sejauh ini bilang Umar, kasus malaria di Indonesia masih belum ditangani dengan baik. Terbukti, kasusnya tetap tinggi tiap tahun. Diperkirakan penyakit ini bisa membunuh 30 ribu orang dan menyebabkan 10-12 juta orang jatuh sakit tiap tahun.

“Sejak dari zaman penjajahan Belanda hingga saat ini, wilayah endemis malaria di Indonesia masih belum bisa dibebaskan dari penyakit itu,” katanya.
Indonesia sendiri lanjutnya, estimasi malaria ada 1,96 per 10 ribu penduduk. Pada 2011, setidaknya ada 1,8 juta kasus malaria klinis yang mendapat pengobatan.

“Belum lagi mereka yang tidak dapat pengobatan,” ungkapnya.

Provinsi Sumatera Utara sendiri, sebut Konsultan Penyakit Tropik Indonesia ini, pada 2009 ada 102.446 kasus malaria yang diobati.
Fakta lain, lanjutnya, anak-anak yang selamat dari malaria akut dapat mengalami gangguan belajar, anemia, dan gangguan tumbuh kembang. Bagi ibu hamil, malaria bisa menginfeksi janin. Akibatnya, bayi berisiko terpapar anemia dan berat badan lahir rendah (BBLR).

“Artinya, 50 persen populasi rawan terinfeksi malaria, terutama pedesaan dan wilayah masyarakat miskin. Secara global, penyakit ini merupakan salah satu faktor utama penyebab kemiskinan. Karena, banyaknya penderita, akan menurunkan produktivitas kerja,” sebutnya.

Tingginya kasus malaria, tambah Umar, tidak berbanding lurus dengan manajemen penanggulangan dan pengobatan. Dari sisi pengobatan konvensional yang menggunakan obat kloropin, sulpadokdsin-pirimetamin, kina ternyata sudah resisten bagi parasit malaria.

“Obat yang direkomendasikan WHO saat ini ACT (artemisin combination therapy) yang berasal dari China. Kita menggunakannya sejak 2006. Tetapi, distribusinya masih belum merata.  Padahal, ada bantuan asing dari Global Fund bidang malaria,” sebut Umar lagi.

Karenanya, sambungnya,  sudah sepantasnya Indonesia memproduksi sendiri obat malaria dari bahan baku yang ada di negeri ini yakni ekstrak sambiloto. (uma)
Jpnn
0

Program siaga influenza diluncurkan di TMII

Jakarta (ANTARA News) - Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek), Kementerian Riset dan Teknologi, meluncurkan Galeri Siaga Pandemi Influenza di TMII untuk meningkatkan kesiapsiagaan anak-anak menghadapi wabah influenza.

"PP Iptek TMII dikunjungi 340 ribu pengunjung yang kebanyakan anak-anak setiap tahun, kami harap mereka juga sekaligus belajar mengenai influenza," kata Direktur Pusat Peragaan Iptek Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Sukro Muhab di Jakarta, Selasa.

Sejarah sudah mencatat bahwa influenza bukanlah penyakit sederhana dan sangat berpotensi menjadi pandemi (wabah).

Sukro mencontohkan, flu Spanyol pada 1918-1920 yang menimbulkan korban hingga 40 juta jiwa, demikian pula flu Asia (1957-1958), flu Hongkong (1968-1969), flu babi (H1N1) pada 2009, dan kasus flu burung (H5N1).

"Influenza sangat mudah menular dan manusia sangat rentan terhadap virus flu ini. Namun sosialisasi tentang flu selama ini hanya untuk orang tua di seminar yang tidak menarik bagi anak, sehingga pemahaman anak pun kurang," kata Sukro.

Galeri Siaga Pandemi Influenza di PP Iptek terdiri atas 10 alat peraga antara lain simulasi bersin dan etikanya, simulasi batuk dan etikanya, organisme tak nampak, audio visual, model sistem pernafasan, habitat virus, game komputer interaktif, fasilitas "fun activity", fasilitas kegiatan "puppet show" serta fakta dan mitos unik seputar influenza.

Ada pula lima program kegiatan interaktif seputar pandemik influenza, seperti pelatihan siaga pandemi influenza, workshop puppet show dan kompetisinya, fun laboratory, serta fun activities board.

Program baru PP Iptek ini merupakan kerja sama dengan Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dan didanai Kementerian dengan kerja sama ekonomi dan pembangunan Jerman sebesar Rp 1,8 miliar.(D009)


ANTARA News
0

Belgia-RI Siap Kerja Sama Riset Biologi

LONDON--MICOM: Belgia siap menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam riset biologi dan menyalurkan hasilnya ke industri melalui kontrak industri farmasi serta investasi kepada perusahaan yang akan dibangun.

Hal itu diungkapkan Direktur Lembaga Riset VIB, Jo Bury, PhD, MBA kepada Wakil Menteri Kesehatan RI Prof Dr Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD, di Belgia.

Menurut Dubes RI untuk Brusel Arif Havas Oegroseno mengatakan Wakil Menteri Kesehatan yang didampingi delegasi Kementerian Kesehatan RI dan Dubes Arif Havas Oegroseno melakukan pertemuan di kantor pusat VIB di Ghent, serta meninjau fasilitas riset yang dimiliki oleh VIB.

VIB memiliki 1.249 ilmuwan yang berasal dari 57 negara dan jumlah warga Belgia hanya 29 persen. Sayangnya, belum ada ilmuwan Indonesia yang bekerja di VIB. Para ilmuwan VIB menulis di 108 publikasi biologi top dunia.

Dari sisi bisnis, VIB memiliki kerja sama industri sejumlah 653 proyek dan memperkerjakan 471 orang di perusahaan-perusahaan start-up. 

Empat universitas unggulan dari Belgia, yakni K.U. Leuven, Ghent University, Brussels University dan Hasselt University, berkolaborasi dan membentuk satu lembaga riset bersama VIB (Vlaams Institute of Biotechnology: www.vib.be).

VIB mampu mengirimkan artikel ilmiah sejumlah 2 artikel per minggu dan menghasilkan 1 orang PhD per minggu. Saat ini VIB tercatat sebagai co-founder dari 12 perusahaan start-up yang dikembangkan melalui mekanisme spin-off.

Pola pengembangan hasil riset seperti yang dilakukan VIB adalah unik dan efektif. Di dalam VIB selain terdapat ilmuwan juga terdapat pengacara hak kekayaan intelektual dan pakar pengembangan bisnis dan investasi.

Pola ini memungkinkan diselenggarakan suatu kegiatan riset yang terarah dan menghasilkan produk-produk bioteknologi yang dapat segera dipasarkan ke masyarakat. (Ant/OL-9)


0

11 produk Biofarma dapat pengakuan WHO

Makassar (ANTARA News) - Sebanyak 11 produk PT Biofarma sudah mendapat pengakuan dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization).

"Kini sudah 117 negara yang menggunakan produk Biofarma dan dari produk yang dihasilkan itu sudah ada 11 yang memperoleh pengakuan WHO," kata Kasi Hubungan Eksternal Ratna Djuwita di Makassar, Sabtu.

Pada seminar kesehatan yang digelar di Poltekkes Kemenkes Makassar, dia mengatakan, Bio Farma menghasilkan dua produk unggulan yakni vaksin dan serum.

Berkaitan dengan hal tersebut, lanjut dia, pemerintah melalui Kemenkes memberikan kepercayaan pada Biofarma untuk mengedukasi dan melakukan sosialisasi tentang pentingnya imunisasi.(S036)


0

Pelajar SMP Ciptakan Obat Luka Diabetes

Cangkang belangkas (kepiting ladam) digunakan untuk obati luka kering akibat diabetes.

Ilustrasi
Pelajar SMP Ciptakan Obat Luka Diabetes

Siswa SMP asal Indonesia berhasil menemukan abat penawar luka bagi penderita kencing manis (Diabetes Melletus). Pelajar tersebut bernama Fialdy Josua Pattiradjawane, pelajar kelas II SMP Yayasan Chandra Kesuma School, kecamatan Percut Sei Tuan, Medan.

Dengan judul penelitiannya, "Chitosan Defies Death" yang berarti "Penangkal Kematian", Fialdy melakukan penilitian terhadap cangkang (kulit) belangkas (kepiting ladam).

Setelah melalui proses demirulralisasi, deprotemisasi dan diasetilasi ternyata cangkang belangkas dapat dipergunakan untuk penyembuhan luka kering pada penderita diabetes.

Dalam melakukan riset ini, ia dapat bimbingan dari Prof. Harri Agusnar, Guru Besar bidang Kimia Lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU). Dalam riset Fialdy juga menggunakan fasilitas laboratorium F-MIPA USU. Hasil temuannya ini telah diujicobakan kepada tujuh orang pasien sekaligus relawan penderita dengan luka kering akibat diabetes.

Hasilnya, pasien yang menggunakan salep terbuat dari bahan dasar cangkang belangkas itu berhasil sembuh dari luka tersebut.

Selain itu, salep belangkas tersebut juga dapat menyembuhkan luka basah dan luka gas akibat terkena bakteri.

Dari riset tersebut, putra dari pasangan suami istri Egi Pattiradjawane dengan drg Annita memperoleh medali perunggu pada even International Conference of Young  Scientist ke 19 bidang Biologi di Nijmegen Belanda, pada awal tahun 2012.

Bahkan, hasil karya Fialdy itu pernah diikutsertakan pada even Intrenational Conference Of Young Scientists ke 18 di Moskow di bidang ekologi dan berhasil meraih prestasi Special Award For The Best Presentation Skill.

Sementara itu, pelajar SMA Chandra Kesuma lainnya, Steven Sinatra juga berencana akan mengikuti kontes di Asia Pacific Conference Of Young Scienetist pada September 2012 di Palangkaraya.


VIVAnews
0

Senjata Biologi Melawan Artritis

Siang itu, raut muka Ajat Sudrajat tampak segar. Penderitaannya jauh berkurang meski tak secara total bebas dari derita akibat artritis reumatoid. Hal itu terjadi setelah ia mengikuti uji klinis obat biologi tocilizumab.

Banyak perubahan yang saya alami,” kata Ajat, Jumat (13/4), pada konferensi media ”Monoterapi Tocilizumab: Transformasi Nyata bagi Pasien Artritis Reumatoid” di Jakarta.

Ajat (44) dari Sumedang, Jawa Barat, berprofesi sebagai perawat. Ia merupakan satu dari 39 pasien artritis reumatoid di Indonesia yang berpartisipasi untuk uji klinis tocilizumab dalam program ”Picture Ina” di Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin Bandung.

Tocilizumab adalah penghambat reseptor interleukin-6. Obat ini berbahan baku protein, bukan bahan kimia obat, sehingga disebut obat biologi. Obat diberikan lewat infus empat minggu sekali sebanyak enam ulangan.

Uji klinis tocilizumab dilangsungkan pada periode Februari 2011 hingga Januari 2012 di lima pusat studi meliputi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, RS dr Sardjito Yogyakarta, RS dr Soetomo Subaraya, dan RS Syaiful Anwar Malang.

Ketua Asosiasi Reumatologi Indonesia Handono Kalim mengatakan, artritis reumatoid tidak bisa pulih sepenuhnya. Pengobatan hanya mengurangi dampak penyakit (remisi). Hasil analisis uji klinis terhadap 39 pasien, tingkat remisi dari total 28 persendian tubuh yang diperiksa mencapai 85 persen. Tingkat remisi dari total persendian dikenal sebagai diseases activity score-28 (DAS-28).

”Hasil uji klinis ini memberikan harapan baru bagi penderita artritis,” kata Handono.

Nyeri persendian

Penyebab artritis reumatoid belum diketahui secara pasti. Gejala awal penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri dan terjadi proses kerusakan sendi. Dalam dua tahun pertama, ditengarai 70 persen penderita artritis reumatoid mengalami kerusakan tulang sendi.

Artritis reumatoid menyebabkan anemia, dan bisa mengganggu organ jantung. Pengenalan secara dini artritis reumatoid sangat penting untuk efektivitas pengobatan. ”Gejala dini artritis reumatoid di antaranya bengkak dan nyeri sendi di jari,” ujar Handono.

Menurut dia, artritis reumatoid merupakan gangguan otoimun, dalam hal ini sistem kekebalan tubuh menyerang sendi. Interleukin-6 dalam darah merupakan mediator kunci peradangan sendi.

”Peningkatan interleukin-6 di dalam darah berkontribusi meningkatkan peradangan, pembengkakan, kerusakan, dan kehancuran tulang sendi. Terapi tocilizumab menghambat dan mengikat interleukin-6 sehingga mengurangi peradangan,” kata Handono.

Menurut dia, prevalensi artritis reumatoid di Indonesia pada penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1 persen hingga 0,3 persen. Pada anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah penderita artritis reumatoid di Indonesia 360.000 orang lebih.

Nyeri yang dirasakan Ajat di hampir seluruh persendian tubuh membuat ia tidak leluasa bergerak, merasa lelah berkepanjangan dan turun kualitas hidupnya. Dari video yang direkam beberapa bulan lalu, kelihatan wajah Ajat lesu, sangat berbeda dengan kondisi saat ini.

Sebelum pengobatan, persendian jari Ajat membengkak. Ia kesulitan memegang gelas. Ketika shalat, Ajat tampak kesakitan saat hendak membungkuk (ruku’). Apalagi ketika bersujud, rasa nyeri di seluruh persendian tubuh menghalanginya. Saat berjalan, Ajat tampak tertatih dan berat melangkahkan kaki.

”Profesi saya perawat, semestinya membantu orang lain. Tetapi, akibat artritis, hampir seluruh aktivitas saya membutuhkan bantuan orang lain,” kata Ajat.

Rasa nyeri dan perasaan menjadi beban bagi orang lain menimbulkan depresi.

Hal serupa dialami Anny Siregar, yang juga menjadi peserta uji klinis tocilizumab Indonesia. Penderitaan Anny akibat artritis jauh berkurang setelah diterapi dengan obat biologi itu.

Handono mengatakan, biaya pengobatan artritis reumatoid dengan terapi tocilizumab memang tidak sedikit. Tetapi, ini penting dilakukan untuk memulihkan kualitas hidup penderita.

”Tocilizumab kini sudah mendapat persetujuan dan terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan,” kata Presiden Direktur Roche Indonesia Mike Chricton. Roche adalah perusahaan farmasi yang mengembangkan serta memegang hak paten tocilizumab.

Efek samping

Menurut situs Drug.com, pengguna tocilizumab perlu berhati-hati. Tocilizumab meningkatkan risiko terkena infeksi serius, bahkan sering fatal, termasuk tuberkulosis dan infeksi jamur. Selain itu juga bisa menimbulkan sakit kepala, pusing, muntah, gangguan penglihatan, dan reaksi alergi.

”Untuk itu, pasien yang menderita infeksi perlu diobati lebih dulu,” kata Arya Wibitomo, Kepala Manajemen Medis Roche Indonesia.

Terapi tocilizumab mendapat persetujuan di Jepang tahun 2005, di Uni Eropa pada Januari 2009, dan di Amerika Serikat pada Januari 2010. Saat ini sudah 90 negara menyetujui penggunaan tocilizumab. (Kompas, 2 Mei 2012/ humasristek)
0

Stroberi Ampuh Obati Luka Lambung

JAKARTA--MICOM: Sekelompok ilmuwan Italia, Serbia, dan Spanyol percaya, buah stroberi dapat mengurangi seminimum mungkin kerusakan mukosa (lapisan lendir) lambung akibat alkohol.

Dr Sara Tulipani dari University of Barcelona, Spanyol, yakin bahwa efek positif stroberi berkaitan dengan sifat asli antioksidan.

Stroberi mengaktifkan pertahanan antioksidan dan enzim tubuh. Penelitian ini menunjukkan, efek positif stroberi untuk mencegah penyakit lambung yang berkaitan dengan generasi radikal bebas dan bentuk aktif oksigen.

Selain itu, stroberi juga dapat memperlambat pembentukan ulkus (luka) lambung, gastritis atau peradangan mukosa lambung, yang berkaitan dengan konsumsi alkohol maupun infeksi virus.

Para ilmuwan melakukan percobaan pada tikus. Selama sepuluh hari, sebagian tikus diberi  40 miligram ekstrak stroberi  per kilogram berat badan.

Lalu, tikus tersebut diberikan alkohol, dan peneliti menganalisis perut tikus-tikus percobaan itu. Ternyata, tikus-tikus yang diberikan ekstrak stroberi, memiliki luka usus yang lebih kecil jika dibandingkan dengan yang lain. (geneiusbeauty/Metrotv/OL-9)


MediaIndonesia
0

Mahasiswa Unsrat Manado Temukan Obat Antikanker

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Kanker merupakan penyakit mematikan. Para peneliti terus mengembangkan penemuan obat kanker, dan mahasiswa Universitas Sam Ratulangi(UNSRAT) Manado berhasil menemukan obat antikanker.

Adalah mahasiswa Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sam Ratulangi Manado yang berhasil menemukan obat antikanker dalam lomba debat formulasi bahan alam pada acara Pharmaccutical EaXPO 2012.

Falles The, peserta debat dari Farmasi FMIPA Unsrat mengatakan, temuannya itu berupa kapsul antikanker dari sediaan daun tapak dara putih pencegah kanker.

"Kami menemukan obat antikanker dengan formulasinya dari daun tanaman tapak dara putih, kemudian dijadikan kapsul yang dapat langsung diminum melalui beberapa tahapan, " ujar Falles kepada Tribun Manado, Senin (23/4/2012) malam.

Falles mengatakan, hasil temuan kapsul antikanker ini merupakan ide bersama dari beberapa mahasiswa Farmasi FMIPA Unsrat.

"Penemuan ini berawal dari hasil penelitian seorang dosen biologi yaitu Dinse Pandiangan. Saat itu penelitiannya baru sebatas penemuan zat aktif antikanker yang ada di tanaman tapak dara putih. Dan kami sebagai mahasiswa Farmasi Unsrat memiliki ide agar bisa dijadikan sebagai obat yang dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat, " ujarnya.

Ayu Malinde, peserta debat dari Farmasi FMIPA Unsrat menambahkan,  penemuan produk ini memiliki mekanisme secara ilmiah.

"Dengan mekanisme antimitosis yaitu mencegah pembelahan sel-sel ganas pencetus kanker, sehingga melalui zat-zat aktif seperti vinblastein, vikristin, dan alkaloid dari daun tanaman tapak darah ini, dapat mematikan pembelahan sel kanker melalui apoktosis atau kematian sel secara terprogram, " jelasnya.

Menurut Ayu, penemuan ini memiliki proses mulai dari bahan baku daun tapak dara sampai menjadi suatu kapsul.

"Prosesnya yaitu daun tapak dara yang sudah dicuci bersih, dikeringkan atau diangin-anginkan, kemudian dipilih daun yang bersih dan tidak cacat, daun tersebut kemudian dihaluskan sampai dalam bentuk serbuk, setelah itu dimasukkan ke dalam kapsul, " ujarnya.

Mahasiswa lain, Gabriela Ranti menambahkan, penemuan obat ini memiliki beberapa kelebihan. "Keunggulan dari produk kapsul ini sangat aman dikonsumsi, orang sehat juga bisa minum kapsul ini, karena fungsinya untuk mencegah kanker. Selain itu obat ini tidak memiliki efek samping, karena terbuat dari bahan-bahan alami, dan sangat ekonomis artinya sangat praktis karena bisa langsung diminum, " ujarnya.

Menurutnya, melaui produk obat antikanker yang ditemukan, diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan.

"Sebagai pencetus ide ini, kami siap mengikuti beberapa tahap dan peraturan berdasarkan Undang Undang Kesehatan dengan terus mengembangkan penelitian ini, agar produk ini bisa dipasarkan dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, " ujarnya.

Hosea Jaya Edy, koordinator Debat Formulasi Bahan Alam, mengatakan, selain mahasiswa Unsrat, ada juga mahasiswa dari beberapa universitas wilayah Indonesia Timur yang menemukan formulasi bahan alam dalam debat tersebut.

"Universitas Islam Negeri (UIN) Alaudin Makassar menemukan pemanfaatan kulit jeruk nipis dalam formulasi sediaan lilin aromaterapi yang bisa menenangkan pikiran dan menghilangkan stress dengan kandungan minyak atsiri di dalamnya. Mereka juga menemukan formulasi tablet kunyah dari tanaman rosella yang berfungsi sebagai antioksidan," jelasnya memberi contoh.


Tribunnews
0

Situs Time Mengulas Jamu

foto
Artikel mengenai Jamu yang diulas di situs time.com.
TEMPO.CO, London - Situs populer Time membuka ulasannya dengan kejadian tahun 1990, ketika wartawan Irlandia, Susan Jane-Beers, melihat sebuah klinik jamu di sudut Jakarta. Seorang "pasien" yang mengeluh nyeri lutut kronis karena usia, yang belum bisa disembuhkan oleh obat-obatan konvensional, pulih setelah beberapa kali minum jamu. Jane-Beers memutuskan untuk mencobanya.

Setelah tiga hari hanya mengonsumsi sepertiga dari dosis yang diresepkan, rasa sakit telah hilang. Ia terheran-heran dengan "kapsul ajaib" berisi ramuan herbal yang diberikan.

Setelah itu Jane-Beers menghabiskan sepuluh tahun meneliti asal-usul, mitos, dan resep dijaga ketat dan aplikasi komersial jamu di Jawa, di mana tanaman telah digunakan untuk tujuan pengobatan sejak zaman prasejarah. Hasilnya, tahun 2001 ia menerbitkan buku dalam bahasa Inggris, Jamu: The Ancient Art of Herbal Healing. Bukunya menjadi buku laris yang paling banyak dibaca di luar Indonesia sejak Herbarium Amboinense, katalog tanaman yang diselesaikan oleh ahli botani Jerman Georg Rumphius pada 1690, lebih dari tiga abad sebelumnya.

Jamu, tulis Time, menjadi sebuah terapi holistik berdasarkan pada pemikiran bahwa jika penyakit datang dari alam, biarkan alam pula yang menyembuhkan. Bahan-bahan alami secara definisi murah tersedia secara luas dan sederhana: pala untuk mengobati insomnia, jambu biji untuk diare, kapur untuk meningkatkan berat badan, dan kemangi untuk menghilangkan bau badan.

Jamu juga telah digunakan untuk mengobati kanker. Dalam bukunya, Jane-Beers menulis tentang dukun di Kota Yogjakarta yang berhasil menyembuhkan kasus kanker serviks terminal dengan teh yang terbuat dari sirih, ramuan tertentu, dan daun misterius bernama "benala". Dikombinasikan dengan diet kacang kedelai yang ketat, pasien dikatakan telah sembuh total dalam 18 bulan.

Terdengar masuk akal? Sebuah studi 2011 oleh Department of Food Science and Technology di Virginia Tech menemukan bukti yang menunjukkan ekstrak dari buah sirsak menghambat pertumbuhan kanker payudara. Sementara kunyit terbukti sebagai salah satu bagian pengobatan untuk Alzheimer.

"Kedokteran Barat mencoba menghancurkan kanker, tapi pada saat yang sama ia menghancurkan unsur-unsur tubuh lainnya. Jamu membantu tubuh memproduksi antibodi sendiri untuk melawan kanker dengan sendirinya," kata Bryan Hoare, manajer di MesaStila, retret kesehatan di Jawa Tengah. "Datang dari Bumi, jamu juga membuat Anda merasa baik dan mengalami perasaan positif."

Tapi jika jamu adalah peluru ajaib, mengapa tidak lebih dikenal di Barat, di mana obat-obatan Asia alam seperti sistem ayurveda India dan penyembuhan herbal Cina telah semakin populer selama bertahun-tahun?

Jawabannya dapat ditemukan di jalan-jalan Indonesia, di mana jamu dikonsumsi secara teratur oleh 49 persen dari populasi. Industri jamu Indonesia bernilai US$ 2,7 miliar, mulai dari pelangsing, kosmetik, hingga jamu untuk bayi dan ibu melahirkan.

"Indonesia mungkin telah geli ketika Viagra dirilis pada 1998," Jane-Beers berkomentar. Jauh sebelum Viagra, katanya, Indonesia sudah mengenal banyak varian obat kuat: pasak bumi, kuku bima, hingga minyak super ereksi. "Mereka memiliki solusi Sendiri selama bertahun-tahun."

Asal tahu saja, jamu kini mulai bertebaran di supermarket dan toko-toko di negara-negara seperti Inggris. Terobosan sudah dilakukan pengusaha spa di Melbourne, Australia, yang mengembangkan pijat asli Indonesia dengan dipadu ramuan yang mengandung kunyit, daun sirih, dan kulit telur. Ada juga ramuan lain yang membantu wanita mendapatkan kembali vitalitasnya dengan cepat, meningkatkan laktasi, dan menghilangkan angin, pusing, sakit, dan nyeri.

"Ini mengejutkan bahwa kini (jamu dan ramu-ramuan) telah tersebar di seluruh Australia," kata pasangan Jessica Koh. "Tapi mengherankan juga justru masih asing bagi sebagian besar penduduk setempat." Demikian Time menutup laporannya.(TRIP B)


0

Indofarma Siap Gandakan Kapasitas Produksi Obat Generik

sumber: Azas Tigor Nainggolan/Fakta / obat
Obat generik bisa murah karena tidak ada faktor biaya promosi, kemasan, rantai marketing yang panjang dan lain-lain


Jurnas.com | PT Indofarma Tbk (INAF) telah menyiapkan dana sebesar Rp100 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi obat generik hingga lebih dari dua kali lipat dibanding kapasitas saat ini. Upaya tersebut dilakukan demi persiapan menyongsong diterapkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 2014 mendatang di mana kebutuhan pasar domestik terhadap obat generik diyakini akan melonjak hingga tiga kali lipat. “Dari kapasitas saat ini sekitar 2,3 miliar tablet per tahun, kami mau gandakan hingga ke 4,6 miliar sampai 5 miliar tablet per tahun. Tahap untuk tahun ini baru peremajaan mesin-mesin. Nanti total baru selesai pada akhir 2013, jadi 2014 awal sudah siap produksi,” ujar Direktur Utama Indofarma, Djakfarudin Junus, di Jakarta, Selasa (21/2).

Penambahan kapasitas produksi obat generik dianggap penting, menurut Djakfarudin, lantaran hampir 80 persen kinerja penjualan Indofarma bertumpu pada kinerja sektor bisnis tersebut.

Untuk posisi saat ini, Djakfarudin mengakui, penggunaan obat generik masih cukup rendah di masyarakat Indonesia. Dari keseluruhan jumlah konsumsi obat nasional per tahun, Djakfarudin memperkirakan total penggunaan obat generik baru sebatas delapan persen. “Ini yang juga menjadi tantangan kita semua menyambut diberlakukannya SJSN pada 2014 mendatang. Masyarakat masih enggan menggunakan obat generik karena dipersepsikan sebagai obat murahan. Badahal faktor rendahnya harga tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan kadar kualitas obat generik,” tutur Djakfarudin.

Rendahnya harga tersebut, lanjut Djakfarudin, justru merupakan hasil dari upaya pemerintah agar seluruh masyarakat dapat mengakses obat-obat berkualitas dengan harga yang sesuai tanpa dibebani biaya-biaya tidak perlu, misalnya kemasan premium, biaya promosi dan lain sebagainya. “Masalah ini saya pikir sangat perlu dimengerti oleh masyarakat, bahwa kualitas obat generik sama sekali tidak berbeda dengan obat bermerk. Obat generik bisa murah karena tidak ada faktor biaya promosi, kemasan, rantai marketing yang panjang dan lain-lain. Buat apa bayar mahal untuk kemasan? Masyarakat mau beli khasiat atau kemasan?” tegas Djakfarudin.


Jurnas.com