Showing posts with label TNI AD. Show all posts
Showing posts with label TNI AD. Show all posts
0

TNI AD Buat Serum Tetanus

TNI AD Buat Serum TetanusBandung | Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Budiman melakukan kunjungan kerja ke Detasemen Kuda Kavaleri (Denkudkav) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav).

Kunjungan kerja tersebut dilaksanakan di Jalan Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, pada Rabu 16 Januari 2013.

Saat melakukan kunjungan kerja, Wakasad sekaligus melaksanakan rapat pembahasan kerjasama TNI Angkatan Darat dengan PT Bio Farma tentang pembuatan serum tetanus, difteri dan anti bisa ular serta teknik penggunaan kuda.

Pada kunjungan kerja tersebut Wakasad didampingi Asisten Operasi (Asops) Kasad Mayjen TNI Dedi Kurnaedi, Asisten Personalia (Aspers) Kasad Mayjen TNI Sunindyo, Asisten Logistik (Aslog) Kasad Mayjen TNI Joko Sri Widodo, Dirziad Brigjen TNI Dicky Wainal Usman, Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad) dan Kalafi Kesad.

Turut hadir dalam acara tersebut Komandan Komando Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI AD Letjen TNI Gatot Nurmantyo, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Sonny Widjaja, Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpussenkav) Brigjen TNI Purwadi Mukson, Kakesdam III/Slw, serta pejabat terkait lainnya.

Seusai melakukan rapat, Wakasad bersama rombongan melakukan peninjauan ke kandang kuda serta penanaman pohon mangga di sekitar areal Kesatrian Denkudkav. (Pendam III/Slw/Mar).
0

★ Remote Control Weapon System Tank AMX-13 APC TNI AD

RCWS AMX-13 dengan SMB Browning 12,7 mm
Dalam sebuah defile, sudah jamak ranpur (kendaraan tempur) baik itu panser dan tank ditampilkan. Efek kehadiran ranpur memang cukup besar, bisa menciptakan daya deteren sekaligus menampilkan show of force yang amat kentara. Dalam tiap defile ranpur lapis baja, terlihat sosok juru tembak pada kubah kanon yang terlihat gagah dan perkasa dengan atribut helmet khusus kavaleri. Hal tersebut tentu sah-sah saja, pasalnya segenap kru ranpur memang sedang dalam posisi memberi hormat pada tamu VIP di podium.

Tapi lain halnya pada pertempuran sesungguhnya, posisi juru tembak dengan kepala dan badan ditonjolkan diatas kubah bisa mengundang maut, apalagi dalam perang kota. Tidak jarang juru tembak (gunner) kanon pada ranpur jenis APC (armoured personnel carrier) jadi sasaran empuk penembak jitu (sniper). Sebagai contoh dalam operasi militer TNI menumpas GAM (Gerakan Aceh Merdeka) beberapa tahun lalu, sampai-sampai panser BTR-40 dibuatkan kubah (copula) khusus untuk melindungi keselamatan juru tembaknya.

Meski TNI AD memiliki beberapa ranpur APC yang lebih modern, seperti tank Stormer, tetap saja urusan keselamatan juru tembak pada SMB (senapan mesin berat) Browning M2HB kaliber 12,7 mm kurang optimal, hanya mengandalkan perisai baja terbatas. Malahan yang lebih rawan lagi juru tembak pada tank APC AMX-13 (AMX-VCI) buatan Perancis. Meski usianya sudah tua, tank ringan AMX-13 (versi kanon dan versi APC) masih tetap digunakan hingga kini secara masif. Untuk jenis AMX-13 VCI (VĂ©hicule de Combat d’Infanterie) kabarnya TNI AD punya 200 unit, dimana tank tersebut dipersenjatai satu pucuk SMB 12,7 mm.

RCWS di AMX-13

RCWS dengan teknologi thermal memungkinkan untuk membidik target dalam kegelapan.

Dalam pengembangan selanjutnya, Litbang Pussenkav TNI AD melakukan terobosan untuk melakukan upgrade sistem senjatan pada AMX-13 VCI. Bila yang tadinya juru tembak ‘kudu’ menonnjolkan kepala saat membidik senjata ke target, maka kini hal tersebut bisa ditinggalkan, keselamatan juru tembak bisa ditingkatkan, ditambah sasaran bisa dibidik secara tepat meski dalam kegelapan malam, dan cuaca berkabut sekalipun. Kok bisa ya?

Jawabannya adalah berkat adopsi RCWS (Remote Control Weapon System). Dengan RCWS, juru tembak cukup memonitor target lewat layar beresolusi 1024×268 pixels. Dengan kendali berupa joystick, secara simultan laras kanon dapat diarahkan menuju target. Bila sasaran di layar sudah terkunci, dengan firing button juru tembak dapat melepaskan tembakan ke sasaran sejauh 1.800 – 2.000 meter. Mau tembakan single, atau full otomatis juga bisa dilakukan dari sini.

Ada beberapa komponen dalam RCWS, dibawah laras senjata ada optronic sensor yang berisi LRF (laser range finder) dan kamera. Optronic sensor ini merupakan elemen vital, maka itu ditempatkan dalam box yang terbuat dari logam anti peluru. Mau tahu kemampuan Optronic sensor ini? Dapat melakukan zooming thermal hingga 36x pembesaran, dapat mengenali target manusia pada jarak 1.500 meter, dan target kendaraan bergerak pada jarak 2.500 meter.

Box Optronic sensor, di dalam box lapis baja ini terdapat beberapa perangkat vital, seperti thermal sight dan tentunya lensa kamera.

Sebagai elemen vital yang berisi aneka sensor, Optronic dirancang tahan terhadap getaran/goncangan, tahan terhadap kelembaban temperature -40 sampai 50 derajat Celcius, tahan terhadap pasir/debu, tahan terhadap air dan hujan, serta mampu menembus kabut dan asap. Untuk kubah (copula) dapat digerakan dengan rotor yang dapat berputar 360 derajat, tingkat elevasi laras -20 sampai 50 derajat, dan azimuth rate < 1 rad – 1 rad per detik.

Dalam operasionalnya, SMB 12,7 mm sudah dilindungi dengan plat baja, sayangnya dalam uji coba model yang digunakan masih menggunakan box amunisi, dimana 1 box terdiri dari 250 peluru, dan bila peluru habis, penggantian serta pemasangan amunisi harus dilakukan secara manual.

Ruang Kendali & Sistem Komputer

Sistem kendali dan komputer RCWS, nampak layar LCD dan joystick.

Dalam ajang Indo Defence 2012, diperlihatkan secara gambang sistem kendali RCWS rancangan Pussenkav. Terdiri dari computer mini portable core i7, RAM 4GB, HDD 500GB. Untuk layarnya berukuran 10.5 inchi dengan resolusi 1024×268 pixels. Untuk jenis kendalinya menggunakan joytick dengan firing button, laser range finder control, thermal sight control switch, camera zoom control switch, dan manual safety overrid. Bila layar kurang jelas, juru tembak juga dapat mengatur tingkat kecerahan layar (brightness), contrast, dan color display adjuster. Rangkaian ini juga diamankan dengan adanya safety fire lock switch.

Untuk tenaganya menggunakan konsumsi listrik sebesar 150 watt, 24 V DC. Untuk gelar operasinya, dilengkapi power backup selama 1 jam.

Kelemahan RCWS


Ada kelebihan tentu juga ada kekurangan, pada rangkaian Optronic memang sudah dilengkapi box berpelindung lapisan anti peluru. Tapi kelemahannya terletak pada lensa kamera. Lensa kamera tidak dapat dibuat dari bahan kaca anti peluru. Sebab untuk menjamin pencitraan yang sempurna, adanya lensa dengan tambahan ketebalan dapat mengganggu output visual pada layar. Maka dari itu, setiap RCWS di ranpur mana pun titik lemahnya adalah pada lensa kamera. Sniper lawan tidak lagi membidik juru tembak, tapi kini yang disasar adalah lensa kamera.

Selain dijajal pada SMB 12,7 mm, RCWS juga cocok diterapkan pada senapan mesin dengan kaliber yang lebih kecil, semisal untuk GPMP FN MAG kaliber 7,62 mm. Hal ini cocok dipasangkan pada jenis ranpur beroda ban sekelas BTR-40, Panhard VBL atau Pakci. Hanya sayannya, sampai saat ini belum ada ranpur TNI AD yang di upgrade senjatanya menggunakan RCWS. Pihak Litbang Pussenkav sendiri terus melakukan uji coba dan penyempurnaan. Semoga saja kelak hasil jerih payah ini dapat diadopsi secara resmi di etalase ranpur TNI AD. (Haryo Adjie Nogo Seno)


0

★ Modifikasi Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca

Kerjasama antara BPPT dan TNI AD telah dilaksanakan melalui penggunaan Pesawat Casa 212-200 milik TNI AD dalam operasi menaggulangi kebakaran lahan dan hutan di Jambi, di lanjutkan dengan operasi yang sama di Sumatera Selatan dan pesawat yang sama juga digunakan untuk mengatasi defisit ait di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Jawa Barat,” ungkap Kepala BPPT Marzan A Iskandar dalam kunjungan kerjanya ke kantor Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) dalam rangka kerjasama pelaksanaan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) (31/10).

Lebih lanjut Marzan mengatakan bahwa operasi TMC tersebut sangat berarti karena BPPT mendapat banyak permintaan dari daerah untuk mengatasi kekeringan dan kebakaran hutan. Bahkan akhir-akhir ini juga dilakukan untuk memindahkan lokasi hujan, seperti dalam rangka penyelenggaraan PON dan Sea Games. 

“Dari waktu ke waktu permintaan operasi TMC ini juga semakin meningkat seiring dengan semakin dipahaminya manfaat dari operasi TMC. Karena itulah kerjasama antara BPPT dan TNI AD ini diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan sinergis, agar operasi TMC ini bisa diperbesar skalanya dengan memanfaatkan juga fasilitas yang dimiliki TNI AD,” ujarnya.

Selain itu BPPT juga telah melakukan beberapa upaya modifikasi untuk semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan operasi TMC. Diantaranya dengan pembuatan air scooper yang dipasang di pesawat Casa 212. Menurut Kepala Unit Pelaksanan Teknis Hujan Buatan (UPTHB) BPPT, F. Heru Widodo, air scooper yang dipasang di pesawat milik TNI AD tersebut direncanakan akan dikembangkan menjadi mekanisme seeding secara otomatis. “Sehingga sistem yang dulunya manual manjadi otomatis seeding,” ungkapnya.

Ke depan, Marzan berharap kerjasama antara BPPT dan TNI AD dapat ditingkatkan baik itu dalam penggunaan pesawat Casa 212, maupun dalam upaya pelatihan (training) pilot puspenerbad untuk pesawat pyper chayenne yang saat ini tidak memiliki pilot. “Saat ini kami juga sedang membicarakan kemungkinan untuk memasukkan pesawat Bravo dalam jajaran pesawat untuk operasi hujan buatan karena memiliki kapasitas lebih besar, kurang lebih 8 kali pesawat Casa,” terangnya.

Ditambahkan Heru bahwa Indonesia perlu bangga karena telah memiliki teknologi hujan buatan. “Tidak semua negara mempunyai TMC, beberapa negara memanfaatkan TMC selain untuk menambah curah hujan juga untuk mengatasi hujan es. Sementara itu di Indonesia, selain untuk menambah ataupun mengurangi curah hujan, TMC juga dilakukan untuk pengisian waduk baik untuk PLTA maupun pertanian, mengurangi banjir serta mengamankan PON dan Sea Games,” jelasnya.

Dua metode yang dilakukan dalam pelaksanaan TMC yaitu reducing hujan dengan jumping proses dan sistem kompetisi. Operasi TMC uga dilengkapi dengan radar, yang dapat mengamati dan menganalisa perkembangan dan pergerakan awan. Dalam proses penyemaian awan, BPPT menggunakan flare yang merupakan buatan BPPT bekerjasama dengan Pindad. 

Flare mempunyai tingkat efektivitas yang besar. Perbandingannya, satu ton garam sama dengan satu kilogram flare. Dan pesawat piper chayene ini biasanya dalam sekali terbang dapat mengangkut 24 flare. Jadi ekuivalen dengan 24 kali penerbangan pesawat Casa,” ujarnya.

Pengembangan selanjutnya yaitu penggunaan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dilengkapi flare dalam operasi TMC. “Kedepan akan segera dilakukan hujan buatan di Jawa Tengah untuk pengurangan curah hujan di lereng Gunung Merapi. Rencananya akan dilakukan Desember mendatang,” tutur Heru.

Pada kesempatan yang sama, diungkapkan Kasahli Kasad Mayjen TNI, Muktiyanto bahwa diharapkan BPPT tidak hanya mengembangkan TMC saja, namun bisa mengembangkan teknologi sumber air bersih dan listrik untuk daerah perbatasan maupun terluar. Karena problema yang ada saat ini belum semua daerah perbatasan dan terluar terjangkau oleh air dan listrik.

Menanggapi hal tersebut, Kepala BPPT pun memaparkan bahwa BPPT sangat terbuka untuk bekerjasama dalam upaya mewujudkannya. “Kami telah lama mengembangkan teknologi pengolahan air bersih dan listrik dengan sumberdaya tebarukan. Selain itu disampaikan pula mengenai pengembangan teknoogi PUNA dan pangan darurat Biskuneo,” tutupnya.

Dalam kunjungan kerja Kepala BPPT yang didampingi oleh Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA), Ridwan Djamaluddin tersebut selain diagendakan untuk memberikan laporan kemajuan hasil pelaksanaan operasi TMC di Jambi, Sumsel dan Jabar dengan dukungan pesawat Casa Puspenerbad, juga untuk menyusun rencana kerjasama dalam penggunaan pesawat Casa Puspenerbad tersebut ke depan untuk uji terbang dalam rangka pengembangan mekanisasi seeding untuk operasi TMC dan kerjasama lainnya seperti pendidikan atau training pilot Puspenerbad untuk pesawat Piper Chayenne BPPT untuk operasi TMC.

TNI AD BANTU OPERASI HUJAN BUATAN BPPT

 

Penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sangat bermanfaat untuk mengatasi kekeringan dan kebakaran hutan serta mengatasi titik api (hotspot). Bahkan akhir-akhir ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya hujan di suatu tempat, seperti saat Sea Games 2011 lalu dengan memindahkan lokasi hujan. 

Untuk tahun ini, Kepala Unit Pelaksanan Teknis Hujan Buatan (UPTHB) BPPT, F. Heru Widodo mengatakan bahwa operasi Hujan buatan sudah dimulai sejak tengah tahun ini di beberapa daerah, seperti Riau, Pontianak, Kalimantan Tengah, Jambi, Susel, Jatim, Kalimantan Selatan. Menurutnya, pergerakan operasi TMC ini banyak dibantu berbagai pihak, salah satunya TNI-AD yang telah meminjamkan pesawat CASA 212 dalam pelaksanaan operasi TMC.

“Awal kerjasama dengan TNI-AD adalah saat kami menerima banyak permintaan dalam mengatasi kekeringan dan kebakaran hutan. saat itu kami sangat kewalahan khususnya dalam hal pesawat terbang, sehingga kami meninta bantuan KASAD untuk meminjam pesawat Casa dalam pelaksaan operasi,” papar Heru.

BPPT sendiri, lanjut Heru, mempunyai 4 pesawat CASA dan sebuah pesawat pyper chayenne yang siap untuk mengatasi setiap permintaan masyarakat akan TMC baik dalam mengatasi kekeringan atau kebakaran hutan.  Menurut Heru, armada pesawat yang dimiliki rasanya belum cukup, oleh karena itu BPPT dan TNI-AD bekerjasama.

“Hasilnya secara umum bagus, kami dalam melaksanakan tugas ini juga dibantu oleh tim  monitoring dan evaluasi yang bertugas untuk membantu dan memberi masukan dalam pelaksanaan operasi. Seperti pencarian data daerah yang rawan banjir, longsor, atau daerah  yang jarang hujan,” papar Heru.

Menanggapi hal tersebut, Komandan Puspenerbad Brigadir Jenderal TNI Afifudin mengatakan bahwa TNI selain melaksanakan operasi militer perang juga melaksanakan kegiatan militer selain perang, seperti dalam hal penanganan bencana alam yang semuanya dilakukan atas dasar pengabdian pada masyarakat dan negara.

“Sesuai permintaan pemerintah melalui BPPT untuk menanggulangi kebakaran hutan dan mengatasi kekeringan, maka kami pun siap meminjamkan pesawat maupun bantuan personil  untuk memperlancar operasi TMC,” ungkapnya.

Menurut Brigjen Afifudin, pihaknya sudah menyiapkan 2 unit pesawat CASA 212 yang sudah dimodifikasi untuk pelaksanaan operasi TMC. “Selama kami punya sarana dan BPPT membutuhkan kami akan selalu mendukung karena hal ini untuk kepentingan rakyat,” pungkasnya saat penutupan Operasi TMC di Lanud Husein Sastranegara, Bandung (21/12).

Adapun operasi TMC kali  ini bertujuan pemenuhan kebutuhan irigasi pada lahan kekeringan seluas 27.206 ha dan untuk realisasi tanam pada lahan pertanian di Daerah Irigasi Jatiluhur seluas 250.456 ha. Guna mengatasi defisit air di Waduk Kaskade Citarum tersebut, Kementerian PU bekerjasama dengan BPPT, didukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), TNI AD dan TNI AU melaksanakan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah DAS Citarum, Jawa Barat.


© BPPT
0

Angkatan Darat Perkuat Alutsista

Meriam Caesar 155 mm (ARC)
Jakarta - Modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negara sudah menjadi komitmen bersama pemerintah dan DPR.

Bahkan, realisasi untuk tujuan itu pun sudah ada dengan menaikkan anggaran pertahanan hingga lebih 77 triliun rupiah. Khusus di lingkungan TNI AD, modernisasi alutsista sudah direncanakan. Bahkan dalam waktu dekat ini, TNI AD berencana memesan alutsista dari negara Eropa, di antaranya Jerman dan Prancis.

Beberapa prototipe alutsista yang terbaru itu, di antaranya multiple launcher rocket system (MLRS) Astros II dan meriam 155 mm Caesar, juga alat-alat lainnya, diperlihatkan dalam pameran alutsista TNI di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Sabtu (6/10). Penegasan tersebut dikemukakan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Pramono Edhie Wibowo, di sela-sela pameran.

Dalam pameran yang dibuka oleh Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, itu pengunjung yang berasal dari kalangan masyarakat umum diperbolehkan melihat dari dekat, berfoto, bahkan mencoba menaiki sebagian besar alutsista yang dipamerkan. Pramono mengatakan dalam rangka memperingati ulang tahun ke-67 TNI, khusus TNI AD ingin melaporkan diri peralatan apa saja yang digunakan dan akan digunakan dalam waktu segera oleh TNI AD. Pramono Edhie menyatakan melalui pameran ini, dia juga ingin memberikan pertanggungjawabannya selaku KSAD yang diberi amanat oleh Presiden dan rakyat untuk melakukan segala upaya dalam menjaga keutuhan bangsa.

Selain itu, lanjut Pramono Edhie, pihaknya berkenan menerima koreksi dari masyarakat setelah mereka melihat alutsista yang dipamerkan tersebut.

"Masyarakat bisa menilai sendiri melalui pameran ini, apakah kami melakukan langkah yang efisien ataukah hanya menghabiskan anggaran yang dipungut dari pajak mereka. Setelah acara ini, saya berharap masyarakat semakin mengerti bahwa peralatan TNI AD seperti ini sehingga saya mohon dukung terus kepentingan untuk melengkapi alutsista AD sehingga akhirnya kami siap menjaga kedaulatan RI," papar Pramono.


 Teknologi Militer

Senapan Mesin Multi Laras 7,62 mm (ARC)
Sementara itu, melalui Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang), Mabes TNI memperkenalkan sejumlah hasil teknologi alutsista yang berhasil mereka ciptakan, di antaranya senapan mesin multilaras (gatling gun) dan monitor serangan panas (heat stroke monitor).

Kepala Subdinas Materiil Utama TNI AD, Kolonel (Kav) Rihananto, saat ditemui Sabtu, mengatakan pengembangan teknologi dilakukan untuk memenuhi minimum essential force, yakni suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh TNI AD dengan batas minimum yang bisa digunakan untuk pelaksanaan tugas pokok dari TNI AD, baik masalah operasi perang maupun selain perang. Gatling gun diciptakan Dislitbang TNI-AD untuk digunakan oleh satuan-satuan manuver dalam rangka penyerangan maupun pertahanan diri.

"Karena memiliki kemampuan daya tembak besar, dilihat dari segi amunisi yang dimuntahkan itu banyak sekali, yaitu antara 3.000-3.500, maka ini akan cocok menjadi aplikasi dari kecabangan lain di TNI AD," ujar dia.

Rihananto memberikan contoh, untuk satuan Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad), dibutuhkan senjata yang memiliki kemampuan menembak tinggi. Sementara di kesatuan Kavaleri dan Infanteri bisa digunakan untuk pertahanan jarak dekat.


"Ketika mereka menemukan suatu objek yang menunjukkan indikasi untuk melakukan suatu gangguan, bisa langsung dipenetrasi dengan senapan ini. Untuk kaliber yang digunakan bisa dari 5,56 sampe 40 mm. Senjata ini pun dapat digunakan untuk pertahanan kelompok untuk menghadapi serangan dari udara," jelas dia.[idl/AR-3]  

0

★ Senapan Multi Laras

Senapan multi laras 7,62mm. (Foto: Berita HanKam)

Jakarta - Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD (Dislitbangad) dan PT Pindad mengembangkan prototipe senapan mesin multi laras kaliber 7,62mm.

Berat senapan mesin 90 kg dengan panjang 962, 5 mm dan tinggi 320,3 mm. Senapan mempunyai enam laras yang mampu memuntahkan peluru 2500 butir/menit dengan jarak efektif 1000-1500 m. Sistem pengisian peluru disintegrated link. Senapan digerakan sumber arus DC sebesar 24 volt.

Prototipe dibuat selama dua bulan dan direncanakan uji tembak pada waktu dekat.

Senapan mesin multi laras dapat dipasang di helikopter, kendaraan tempur, atau kapal perang.

@ Berita HanKam
0

6 Oktober, TNI AD memamerkan Alutsista di Monas

Panser Anoa (Ryan Boedi)
Jakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat berencana memamerkan sejumlah alat utama sistem senjata (Alutsista) terbaru pada Sabtu (6/10) hingga Senin (8/10) di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta.

"Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) TNI Ke-67 yang jatuh pada 5 Oktober 2012, kita akan memamerkan beberapa alutsista yang terbaru dari Artileri Medan (Armed), seperti roket 'Multiple Launch Rocket System' (MLRS)/Astros dari Brazil dan Meriam 155 mm/Caesar buatan Prancis," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Sisriadi kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, roket MLRS yang dibeli sebesar 405 juta dolar AS itu memiliki jarak tembak hingga 85 kilometer dan merupakan senjata yang sangat menakutkan.

"Senjata ini terbukti ampuh dalam perang teluk. Senjata ini telah digunakan oleh Irak dan Arab Saudi. Kita mendapat sekitar 2 1/3 batalyon, padahal direncanakan kita hanya mendapat satu batalyon," ucapnya.

Sementara Meriam 155 mm/Caesar yang dibeli dengan harga 170 juta dollar AS itu memiliki daya hancur, akurasi, dan daya geraknya yang mengagumkan.

"Senjata ini yang paling dibanggakan. Kita mendapat dua batalyon dari rencana semula hanya satu batalyon. Setiap senjata yang dibeli oleh TNI AD merupakan senjata yang unggul dikelasnya," ujar Sisriadi.

Selain dua senjata baru itu, TNI AD juga akan memamerkan senjata artileri lainnya, seperti Meriam 76/Trk buatan bekas negara Yugoslovakia, Meriam 155/FH 2000 buatan Singapura dan Meriam 105 AMX.

Untuk senjata kavaleri, TNI AD memamerkan Tank Scorpion, AMX-13 (paling banyak yang dimiliki Indonesia), Panser VAB NG buatan Pindad, Panser V 150 dan Panser Anoa.

Sedangkan "Main Battle Tank" (MBT) Leopard dari Jerman, kata dia, belum bisa dipamerkan saat ini karena tank seberat 60 ton baru tiba ke Indonesia pada November 2012.

Senjata Artileri pertahanan udara (Arhanud) yang dipamerkan di Monas itu, yakni Meriam 40 mm L-70 (yang memperkuat TNI AD sejak Tahun 1970), Meriam 23 mm/Giant Bow dari China, Meriam Grom Composite dari Polandia dan Meriam RBS 70 dari Swedia.

Untuk penerbangan angkatan darat sendiri, TNI AD akan memamerkan sejumlah heli serbu dan heli serang. Heli serbu yang akan dipamerkan Heli Bell 412 dan Heli MI-17 dari Jerman & Rusia, sementara Heli Serang yang akan dipamerkan, yakni Heli MI-35P dan Heli Bolcow buatan Jerman.

"Kesatuan Zeni juga akan ikut serta memamerkan alat-alat penjinak bahan peledak (jihandak)," paparnya.

Selain itu, tambah Kadispenad, sejumlah industri pertahanan dalam negeri, seperti PT DI dan PT Pindad juga akan membuka stand di pameran tersebut.(*)

0

Pameran Alutsista TNI AD 2012 di Monas


http://www.tniad.mil.id/images/stories/pameran%20alutsista.jpg

Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun ke 67 Tentara Nasional Indonesia, TNI Angkatan Darat akan melaksanakan pameran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) bertempat di Lapangan Monumen Nasional (Monas) yang akan berlangsung sejak tanggal 6 sampai 8 Oktober 2012 pukul 08.00 s.d 17.00. 

Pada kegiatan pameran Alutsista tersebut, TNI Angkatan Darat akan menampilkan seluruh Alutsista yang dimiliki baik yang lama maupun Alutsista yang terbaru. Melalui pameran Alutsista TNI Angkatan Darat Tahun 2012 ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup lengkap kepada masyarakat tentang Alutsista yang dimiliki TNI Angkatan Darat. Pameran ini juga sebagai bentuk realisasi dari pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara yang dipertanggungjawabkan kepada TNI Angkatan Darat dalam pelaksanaan tugas.

Pelaksanaan pameran Alutsista TNI Angkatan Darat ini dibuka untuk umum, dan bagi masyarakat yang akan berkunjung tidak dipungut biaya (gratis).

© TNI AD
0

Kemhan RI Pastikan Beli Tank Jerman

Leopard 2A4
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertahanan Indonesia memastikan membeli tank berat (Main Battle Tank) Leopard dari Jerman sebanyak 100 unit dalam rangka modernisasi alutsista TNI Angkatan Darat. Rencana semula tank berat Leopard akan dibeli dari Belanda.
 
"Khusus TNI AD, kita telah putuskan membeli tank berat leopard dari Jerman dengan pertimbangan memperoleh kepastian waktu dan target dari volume peralatan militer yang kita perlukan," kata Wamenhan Sjafrie Syamsuddin kepada wartawan di Jakarta, Senin (2/7).

Menurut Wamenhan, rencana pembelian MBT Leopard dari Belanda dihentikan sehingga fokus pembelian tank yang berasal dari Jerman tersebut berjalan lancar.

Dijelaskan Sjafrie, alokasi anggaran sebesar 280 juta dolar AS, yang diperlukan diproses berdasarkan alokasi pinjaman luar negeri, dimana prosesnya melalui grend book maupun blue book baik dari Bapennas maupun Kementerian Keuangan.

"Saat ini proses dilakukan secara akselerasi, dan pararel sehingga dalam waktu satu minggu kita akan segera memperoleh kepastian-kepastian dari aspek pengadaan dan pembiayaan dan tentu saja diikuti oleh aspek pengawasan yang dilaksanakan oleh tim pencegahan dan penyimpangan pengadaan barang dan jasa dengan melibatkan BPKP, LKTP dan Itjen Kemhan serta Mabes TNI dan angkatan," ungkapnya.

"Jumlah yang diinginkan dalam pengadaan tank ini kurang lebih 100 unit, dari jumlah tersebut, kita inginkan 15 unit sudah berada di Indonesia pada Oktober 2012," terangnya.

Dia menambahkan pertimbangan pembelian Main Battle Tank Leopard dari Belanda tidak diteruskan karena faktor kepastian waktu dan kepastian proses yang diperlukan tidak satupun ditanggapi pihak Belanda.

Terkait keinginan Kemhan agar 15 unit tank berat Jerman itu sudah berada di Indonesia Oktober 2012, penempatannya menurut Sjafrie sepenuhnya kewenangan Mabes TNI Angkatan Darat.(rm)(Bip)
 
Bye ... bye Londo ... lagi Krisis ko sombong
0

Super Cobra jaga perbatasan RI-Malaysia

Helikopter serang Bell AH-1W Cobra (photo : Airliners)
Balikpapan (ANTARA News) - Selain akan dijaga dengan tank-tank Leopard 2A6, perbatasan Indonesia-Malaysia juga bakal dilengkapi satu skuadron heli tempur Bell AH-1W Super Cobra, kata Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI Mulawarman, Mayor Jenderal TNI Subekti.

"Kami akan tempatkan di Berau dan Nunukan," ujarnya  di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.

Saat ini Kodam VI Mulawarman sedang menyiapkan basis bagi skuadron heli tersebut. "Kami gunakan anggaran antara Rp17 miliar hingga Rp19 miliar untuk persiapan pangkalan skuadron heli tempur tersebut," katanya.

Super Cobra adalah helikopter buatan Bell, Amerika Serikat (AS), dan pengembangan dari Huey Cobra yang berjaya di perang Vietnam. Persenjataannya senapan mesin Gatling 20 mm, roket Hydra, rudal Sidewinder untuk pertempuran udara, dan rudal penghancur tank Hellfire.

"Super Cobra ini adalah pilihan utama. Namun demikian, kami punya pilihan lain yang lebih bersahabat dengan keuangan, yaitu heli serbaguna Agusta Westland," ujar mantan Asisten Perencanaan (Asrena) Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) tersebut.

Heli tempur buatan Bell itu senilai sekira 11,3 juta dolar AS (setara Rp96 miliar) per unit. Untuk komplet satu skuadron dengan 16 pesawat, maka pemerintah RI menyediakan tidak kurang dari Rp1,53 triliun. Harga tersebut belum termasuk persenjataannya.

Super Cobra berkemampuan jelajah hingga 510 km pada kecepatan maksimum 277 km per jam, kecepatan menanjak 8,2 meter per detik, dan bisa mengambang di udara pada ketinggian 3.720 meter.

Dengan berpangkalan di Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, maka SuperCobra hanya perlu beberapa menit untuk sampai di perbatasan dan menyelesaikan misinya.

Adapun helikopter Agusta Westland nilainya lebih murah. Heli tempur Agusta Westland AW 109LUH harganya 9 juta dolar AS (setara Rp76,5 miliar) per unit, atau total Rp1,22 triliun untuk satu skuadron.

Selanjutnya, Kodam Mulawarman akan dilengkapi tiga batalyon gabungan infanteri dan artileri yang memiliki persenjataan anti tank yang dapat membidik tank dari jarak 6 km, serta sistem peluncur roket serentak (multiple launch rocket system/MLRS) Astros II buatan Brazil.

"Dengan amunisi roket aslinya, jarak tembaknya bisa mencapai 300 km, atau 70 km dengan amunisi roket lain," jelas Subekti.

Bersama satuan tank Leopard,a mak seluruh persenjataan dan personel baru ini akan tersedia secara bertahap mulai 2012. Menurut dia, akan sangat berdampak pada perimbangan kekuatan dengan negara-negara tetangga Indonesia, terutama yang berbatasan langsung di Kalimantan.

"Saat ini kita memang tidak memiliki musuh yang eksplisit, yang nyata. Tapi, setiap hari kita dilecehkan di perbatasan dengan adanya patok yang digeser-geser," demikian Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Subekti.(T.KR-NVA)



0

TNI-AD GELAR EKSPEDISI KHATULISTIWA 2012

TRIBUNKALTENG.COM, MUARATEWEH - Tim dari TNI-AD pada April mendatang akan menggelar ekspedisi yang melintasi hutan di empat provinsi di Kalimantan yang diberi nama "Ekspedisi Kalimantan Khatulistiwa 2012".

"Sebelum memulai ekspedisi kami menurunkan sejumlah personil tim peninjau untuk menjajaki medan yang akan dilalui nanti," kata Ketua tim peninjau dari Kopassus, Letkol Inf Iwan Setiawan ketika berada di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Minggu (29/1/2012).

Menurut Iwan, tim dari TNI AD ini akan melaksanakan peninjauan untuk rencana ekspedisi di empat provinsi yakni Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.

Tim peninjau ini akan melakukan koordinasi dengan pimpinan daerah diantaranya pangdam, korem, kodim, Koramil, kemudian gubernur dan bupati guna melaporkan kami turun kelapangan untuk melaksanakan peninjauan persiapan ekspedisi.

"Tim ekspedisi ini dilakukan ini bersama-sama dengan seluruh elemen masyarakat baik TNI, kalangan sipil, pecinta alam dan kalangan pemerintah dan semua pihak," katanya.

Iwan menjelaskan, tim ekspedisi beranggotakan sebanyak 1.100 orang nanti rencana melaksanakan penjelajahan di perbatasan, penelitian tentang kerusakan hutan, apa karena diakibatkan oleh alam atau diakibatkan oleh manusia.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan melakukan penghijauan pada lahan lahan yang sudah rusak. Tim juga akan mempelajari kemungkinan potensi adanya bencana, apakan potensi bencana di sana karena ulah manusia atau karena alam.

"Kami juga akan melaksanakan penyelamatan flora dan fauna yang ada di Kalimantan yang hampir punah dan juga berupaya menemukan spesies baru, karena kami bersama sama dengan personil dari LIPI dan para ahli baik dari LIPI, ITB, UNPAD akan kami libatkan semua baik dari pusat maupun dari daerah," jelas Iwan.

Sementara Sekretaris Daerah pemkab Barito Utara, Bambang Edhy Prayitno saat menerima tim peninjau mengatakan untuk mendukung kegiatan ini pemerintah daerah siap membantu tim ekspedisi apalagi wilayah Kabupaten Barito Utara akan menjadi salah satu daerah lintasan ekspedisi.

"Kami sebagai salah satu wilayah yang akan menjadi sasaran ekspedisi menyambut dengan baik. Sambutan ini akan kita teruskan kepada dinas terkait di daerah ini untuk memberikan dukungan," katanya.

Selain itu dukungan itu tidak hanya dari pemerintah daerah tapi seluruh elemen masyarakat, generasi muda, LSM yang bergerak di bidang sosial budaya, kemasyarakatan, diberi kesempatan dan berbagi sharing untuk memberikan informasi yang baik tentang kegiatan ini.

"Pada prinsipnya pemerintah dan masyarakat di daerah ini siap mendukung kegiatan ini," kata Bambang.Muara Teweh, Tim dari TNI-AD pada April mendatang akan menggelar ekspedisi yang melintasi hutan di empat provinsi di Kalimantan yang diberi nama "Ekspedisi Kalimantan Khatulistiwa 2012".

"Sebelum memulai ekspedisi kami menurunkan sejumlah personil tim peninjau untuk menjajaki medan yang akan dilalui nanti," kata Ketua tim peninjau dari Kopassus, Letkol Inf Iwan Setiawan ketika berada di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Minggu.

Menurut Iwan, tim dari TNI AD ini akan melaksanakan peninjauan untuk rencana ekspedisi di empat provinsi yakni Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.

Tim peninjau ini akan melakukan koordinasi dengan pimpinan daerah diantaranya pangdam, korem, kodim, Koramil, kemudian gubernur dan bupati guna melaporkan kami turun kelapangan untuk melaksanakan peninjauan persiapan ekspedisi.

"Tim ekspedisi ini dilakukan ini bersama-sama dengan seluruh elemen masyarakat baik TNI, kalangan sipil, pecinta alam dan kalangan pemerintah dan semua pihak," katanya.

Iwan menjelaskan, tim ekspedisi beranggotakan sebanyak 1.100 orang nanti rencana melaksanakan penjelajahan di perbatasan, penelitian tentang kerusakan hutan, apa karena diakibatkan oleh alam atau diakibatkan oleh manusia.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan melakukan penghijauan pada lahan lahan yang sudah rusak. Tim juga akan mempelajari kemungkinan potensi adanya bencana, apakan potensi bencana di sana karena ulah manusia atau karena alam.

"Kami juga akan melaksanakan penyelamatan flora dan fauna yang ada di Kalimantan yang hampir punah dan juga berupaya menemukan spesies baru, karena kami bersama sama dengan personil dari LIPI dan para ahli baik dari LIPI, ITB, UNPAD akan kami libatkan semua baik dari pusat maupun dari daerah," jelas Iwan.

Sementara Sekretaris Daerah pemkab Barito Utara, Bambang Edhy Prayitno saat menerima tim peninjau mengatakan untuk mendukung kegiatan ini pemerintah daerah siap membantu tim ekspedisi apalagi wilayah Kabupaten Barito Utara akan menjadi salah satu daerah lintasan ekspedisi.

"Kami sebagai salah satu wilayah yang akan menjadi sasaran ekspedisi menyambut dengan baik. Sambutan ini akan kita teruskan kepada dinas terkait di daerah ini untuk memberikan dukungan," katanya.

Selain itu dukungan itu tidak hanya dari pemerintah daerah tapi seluruh elemen masyarakat, generasi muda, LSM yang bergerak di bidang sosial budaya, kemasyarakatan, diberi kesempatan dan berbagi sharing untuk memberikan informasi yang baik tentang kegiatan ini.

"Pada prinsipnya pemerintah dan masyarakat di daerah ini siap mendukung kegiatan ini," kata Bambang.


Tribunnews.com
0

Hovercraft Buatan Anak Bangsa

Kartika, hovercraft buatan anak bangsa, saat melakukan demonstrasi di Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta, Jumat (12/11/2010)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktorat Pembekalan Angkutan (Ditbekang) TNI Angkatan Darat berhasil membangun sebuah hovercraft. Yang membanggakan, hovercraft tersebut merupakan hasil buatan anak bangsa.

"Hanya mesinnya saja yang beli. Selebihnya buatan anak bangsa. Kita kerjasama dengan para insinyur dari ITB (Institut Teknologi Bandung), Undip (Universitas Diponegoro), dan ada juga dari ITS (Institut Teknologi Surabaya)," ungkap Kolonel Budiyono, ketua tim pembuatan Hovercraft Ditbekang TNI AD, saat ditemui Tribunnews di Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta, Jumat (12/11/2010).

Budiyono mengatakan pembangunan Hovercraft, yang turut disponsori salah satu pengusaha tekstil asal Solo, Jawa Tengah, dirampungkan pada Oktober lalu.

Setelah melalui serangkaian tes, Hovercraft yang diberi nama Kartika itu melakukan demonstrasi di Pameran Indodefence 2010 di Arena PRJ, 10-13 November 2010. Tanpa hambatan, Kartika melakukan manuver di atas lapangan conblok yang biasanya digunakan sebagai lapangan parkir.

"Kalau di air bisa lincah lagi. Kendaraan ini kan bisa dipakai untuk segala medan. Itu sebenarnya dia melayang sekitar 15 cm dari permukaan," tuturnya.

Budiyono mengaku pihaknya mampu membuat lima hingga 10 unit Hovercraft. Namun hal itu tentu saja tergantung permintaan. Begitu pula untuk penggunaan Kartika yang sudah siap dioperasikan.

"Fungsi utamanya untuk mengangkut pembekalan TNI. Tapi Hovercraft ini juga bisa dimanfaatkan untuk misi kemanusian, misalnya menyalurkan bantuan ke daerah-daerah yang sulit dijangkau," kata Budiyono.

Letkol MA Ramadhan, salah seorang anggota tim pembangunan Hovercraft, mengatakan Kartika mampu menerjang ombak dengan ketinggian 1,2 meter. Hovercraft yang mampu beroperasi hingga tujuh jam, dengan bahan bakar 1,2 ton Solar, itu juga masih mampu menerjang ombak di atas ketinggian tersebut.

"Hanya saja manuvernya masih nyaman dengan ketinggan ombak 1,2 meter," kata Ramadhan di tempat yang sama.

Disinggung mengenai daya angkut, Ramdhan mengatakan saat ujicoba, Kartika bisa mengangkut beban 5,5 ton. Padahal dalam spesifikasinya tertulis 3 ton. "Itu pun masih bisa ditambah," tegasnya.



Tribunnews
0

HOVERCRAFT KARTIKA


JAKARTA
- Bertempat dipelataran display statis depan Hall pameran Indo-Defence 2010, mulai Rabu (10/11) hingga Sabtu (13/11) nanti dipamerkan prototype hovercraft utility karya anak bangsa hasil kerjasama PT. KABINDO (Karya Bersama Indonesia) dengan TNI-AD (DIREKTORAT PEMBEKALAN DAN ANGKUTAN ANGKATAN DARAT) .

Berbeda dengan Landing Craft Air Cushion (LCAC) yang digunakan marinir AS, Kartika menggunakan struktur material sandwich composite pada lambungnya dan jenis skirt pada bantalan craftnya. Ditenagai oleh 2 buah mesin diesel berkekuatan 1550Hp, hovercraft ini ditengarai mampu dipacu hingga kecepatan 40 knot. Muatan maksimum yang bisa diangkut hingga 20 ton. "Sanggup membawa 1 mobil truck 3/4 lho mas!", ungkap petugas yang menjaganya.


Hovercraft yang diberinama Kartika ini memiliki dimensi panjang 20m, lebar 11m dan tinggi 5,7m. Untuk propeller menggunakan variabel pitch control dengan sistem belt transmision, sedangkan daya angkatnya (lifter) dan pengendalinya memakai sistem centrifugal fan yang terhubung dengan hydraulic motor.

Kedepannya paling tidak kita berharap innovasi yang telah berhasil dibuat anak bangsa ini mampu diwujudkan hingga ketahap produksi, tidak hanya sekedar sukses proyek litbang saja. Smoga!! ©alutsista

Video Hovercraft Kartika :






alutsista

Majulah Bangsaku ...