Showing posts with label Helikopter. Show all posts
Showing posts with label Helikopter. Show all posts
0

BASARNAS Beli Dauphin Dari PT.DI

Bandung Badan SAR Nasional akhirnya menjatuhkan pilihannya atas pengadaan helikopter terbaru mereka. Badan SAR memutuskan membeli helikopter dari PT.Dirgantara Indonesia alias PT.DI. Namun yang mengejutkan adalah, helikopter itu adalah dari jenis AS-365N3+ Dauphin. Jadi nantinya PT.DI lah yang akan membuat 2 buah helikopter Dauphin untuk Basarnas. Kepastian jenis helikopter itu sendiri sudah dikonfirmasi Humas PT.DI.


Dalam kontrak senilai hampir 270 Miliar rupiah tersebut, PT.DI akan membuat 2 buah heli Dauphin. Dengan pengadaan ini, komitmen Basarnas menggunakan produk dalam negeri terlihat jelas. Satu hal yang patut diacungi jempol. PT.DI sendiri sudah memiliki MoU dengan Eurocopter untuk memproduksi heli buatan eropa tersebut.


Namun demikian, dalam kontrak pengadaan, Pabrikan Agusta juga masuk sebagai cadangan. Apabila, PT.DI wanprestasi, maka helikopter dari Agusta akan masuk mengisi arsenal Basarnas.

Di Indonesia, heli Dauphin telah dipakai oleh Polisi Udara. Heli sejenis juga dipakai oleh US Coast Guard dan berperan sebagai heli SAR. Dengan demikian, Heli Dauphin dipastikan cocok dan tangguh untuk operasi SAR.


© ARC

0

Journey of National Helicopters


(Kepik karya terakhir Yum Soemarsono)
Hanya berselang sembilan tahun dari penerbangan perdana bersejarah helikopter Vought-Sikorsky VS-300 September1949, Republik inipun telah mampu merancang helikopternya sendiri. 

RI-H namanya, heli dengan bentuk sederhana berbodi transparan dengan rangka pipa aluminium. Bermesin sepeda motor BMW 500 cc berdaya 24 pk ini meski tak sempat diterbangkan mengudara namun inilah tonggak bersejarah perjalanan perkembangan helikopter nasional. 

Heli yang dibangun di desa Tarikngarum - Gunung Lawu ini hancur 19 akibat bom yang dijatuhkan dari pesawat tempur P-40 Kittyhawk Belanda pada aksi militer ke-2 Desember 1948, Yum Soemarsono sang perancang tak pernah patah arang, justru memacunya untuk terus berkreasi. Tiga helikopter baru dibangunnya dalam kurun waktu 16 tahun.

Heli kedua karyanya diberi julukan YSH dari inisial namanya sendiri Yum serta Soeharto dan Hatmojo rekannya yang turut menyumbangkan dana untuk pengembangan helikopter ini. Namun nasib sial terulang kembali, heli ini rusak karena terjatuh dari truk akibat tiang rotornya tersangkut kabel listrik ketika dibawa dari Yogya menuju Kalijati. 

Heli ini masih menggunakan mesin RI-H yang sempat dipreteli sebelum serangan udara Belanda terjadi yang menghancurkan rangka badannya meski telah disembunyikan disemak belukar. Sempat pula diuji coba dan mengudara walau hanya beberapa centimeter dari atas tanah.

(ket: LAPIP X-06 Kolentang)

Tahun 1954 dibangun helikopter ke-3 yang sedikit lebih besar dibanding YSH, dengan nama Soemarkopter yang dibangun di Bengkel Induk 90 - Bandung. Heli bermesin dengan daya 60 pk ini justru diterbangkan pertama kali oleh Leonard Paris, yang kebetulan berada di Indonesia bertugas sebagai teknisi sekaligus merangkap instruktur helikopter Hiller yang dibeli Indonesai saat itu. Terbang setinggi satu kaki pada 10 April 1954. Ketika Yum belajar terbang helikopter ke Amerika Serikat, heli ini ditipkannya di LAPIP, namun ketika kembali tahun 1955 heli ini tak ada ditempatnya, raib tanpa bekas entah kemana.

Ketika menjadi pilot heli kepresidenan pada tahun 1963, Presiden Soekarno sempat memberi dorongan kepadanya untuk membuat helikopter kembali. Heli ke-empat yang diberi nama Kepik oleh Presiden Soekarno ini dibuat di bengkel AU Hussein Sastranegara - Bandung. 

Pada tanggal 22 Maret 1964 di halaman Pindad, Yum mencoba menerbangkan heli ini, namun setelah terangkat dari tanah rotor utama terlepas yang menyabet lengan kirinya hingga putus serta meminta korban nyawa seorang pembantu dekatnya. Inilah akhir karya bapak helikopter nasional ini.

(ket: LAPIP X-08 Mayang)

Kemandirian dalam upaya pengembangan helikopter nasional juga dilakukan LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan) yang berdiri Desember 1961, selain mengembangkan pesawat ringan sayap tetap juga berhasil membuat helikopter ringan eksperimental sebanyak dua jenis. 

Yang pertama gyrocopter yang diberi nama X-06 Kolentang berhasil mengudara tahun 1962 dan sebuah lagi helikopter satu penumpang X-08 Mayang yang terbang perdana 25 Maret 1964. Kedua prototype helikopter ini sempat diperlihatkan untuk umum dalam pameran Research Nasional I di Gedung Pola - Jakarta bulan Juli 1965.

*catatan redaksi: Kisah perjalanan helikopter nasional akan dilanjutkan ke bagian 2. Di bagian kedua, pembaca dapat menyimak perjalanan Helikopter Nasional di era modern

Era Heli Modern

Dengan diresmikannya Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) pada bulan Agustus 1976 oleh Presiden Soeharto yang merupakan penggabungan potensi beserta aset dan fasilitas yang dimiliki divisi ATTP- Pertamina dengan aset Lembaga Industri Pesawat Nurtanio (LIPNUR) milik TNI AU di Bandung, maka terbukalah cakrawala baru industri kedirgantaraan nasional yang lengkap sarana-prasarana serta tersedianya SDM yang cukup.

Tokoh aeronautic kaliber dunia DR. BJ. Habibie diangkat sebagai Direktur Utama segara mencanangkan misi dan program industri kedirgantaraan yang modern ditanah air melalui cara ‘evolusi yang dipercepat’ dengan cara alih teknologi dari negara maju.

Produksi pertamanya adalah pesawat fixed wing NC-212 Aviocar yang mendapat lisensi dari CASA Spanyol dan untuk rotary wing pertamanya helikopter ringan serbaguna NBo-105 yang juga dibuat berdasar lisensi dari MBB Jerman. Pada bulan November 1977 IPTN kembali melakukan kerjasama dengan Aerospatiale Perancis memproduksi secara lisensi helikopter NSA-330 dan NAS-332 Super Puma. 

Lima tahun kemudian pada bulan yang sama November 1982, dilakukan kerjasama serupa dengan Bell Helicopter Textron Amerika Serikat untuk memproduksi helikopter NBell-412 di tanah air.


Seperti halnya kerjasama lanjutan antara CASA dengan IPTN yang melakukan joint venture mendirikan Aircraft Technology Industries (Airtech) pada tahun 1979 untuk mengembangkan pesawat CN-235, hal serupa dilakukan IPTN dengan MBB untuk memproduksi helikopter ringan bersama dengan membentuk usaha patungan bernama New Transport Technology (NTT). 

Proyek pertamanya adalah mengembangkan helikopter ringan serbaguna yang bisa diaplikasi untuk berbagai keperluan baik untuk angkut penumpang, heli latih, surveillance & observation, SAR maupun MedEvac. Penandatanganan kerjasama dilakukan di Munich Jerman pada bulan April 1984.


Heli dengan nama BN-109 (Bolkow Nurtanio-109) ini sekelas dengan Bo-105 namun menggunakan mesin turbin tunggal agar penggunaan bahan bakar lebih efisien mengingat pada masa itu harga BBM dunia melonjak. Heli ini dirancang agar mudah dioperasikan, mudah perawatan serta memiliki biaya operasional yang rendah. 

Dengan spesifikasi MTOW 1200 kg, kecepatan maksimum 200 km/jam dan jarak tempuh hingga 500 km yang mampu mengangkut 4 orang penumpang. Namun dengan normalnya kembali harga BBM dunia dipenghujung tahun 80-an program ini surut terhenti pada tahap preliminary design dan meninggalkan mock-up 1:1 saja.


Ditengah hingar bingarnya perayaan menyambut 50 tahun kemerdekaan Indonesia, IPTN yang telah berubah nama dari Nurtanio menjadi Nusantara terus memompa semangat untuk makin mandiri. Setelah berhasil dengan proyek N-250, divisi (SBU) helikopter-pun turut mencanangkan dua proyek helikopter sekaligus. Yang pertama NH-2 ALCLH (Advanced Low Cost-Light Helicopter) berkapasitas dua penumpang sebagai heli latih serta untuk transport dengan menggunakan mesin piston dan NH-5 berkapasitas 5 penumpang serupa dengan proyek BN-109. Keduanya sempat dipamerkan di ajang IAS 96 walau hanya berupa model skala.


Akibat badai krisis moneter yang melanda Indonesia ditahun 1997, kembali memporak porandakan mimpi Indonesia untuk membangun helikopternya sendiri. Sekarang dibawah nama baru PT DI, SBU helikopter diberi kepercayaan oleh Eurocopter untuk melanjutkan produksi helikopter serbaguna kelas medium NAS-532 Cougar mulai tahun 2008 lalu. Selain itu PTDI juga telah menandatangani kerjasama lanjutan dengan Eurocopter untuk mengembangkan heli ringan Fennec dan Ecuirrel di tanah air untuk menggantikan NBo-105 yang lisensinya telah berakhir tahun 2009 lalu.

 

0

Panther dan Pegasus Buka Pesta Dirgantara Bandung Air Show 2012

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/images/stories/picture_opr1/20120928hal%201a.jpg
Pegasus
Bandung - Event dirgantara bertajuk Bandung Air Show 2012 resmi dibuka kemarin. Acara yang digelar di Lapangan Udara Husein Sastranegara, Bandung, itu berlangsung hingga Minggu (30/9). Upacara pembukaan ditandai atraksi terbang Satuan Black Panther yang menggunakan pesawat tempur jenis Hawk dan aksi akrobatik udara lima helikopter Calibri dari tim Pegasus. Tim Black Panther yang berasal dari Skuadron Udara Lanud Pekanbaru beraksi lebih dulu.

Pesawat tempur jenis Hawk 100/200 buatan Inggris yang mereka kendarai berangkat dari Lapangan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur. Tepat saat acara dibuka, sekitar pukul 09.20 WIB, tiga pesawat tim Black Panther tersebut langsung menunjukkan aksi terbang rendah di area Bandung Air Show 2012. Suara bising mesin pesawat tempur pun menggema di Lanud Husein Sastranegara. Manuver tersebut langsung disambut riuh tepuk tangan penonton.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoFK_kw2tzgnW6Ip89_NqWVpdwk-GL2W42oFV7I61UctE5IwYeplOTQ1SmRHa2pFPybp_wpsU8C4S6bCiK5dEejbc7W0VVETJ0ezBb4uMG9jnXh9mZrna8PqgWTTmH6ZoW_tubql5dnfs/s1600/1.jpgTiga kali atraksi seperti itu dilakukan, pengunjung pun semakin antusias menyaksikannya. Setelah Black Panther, giliran tim Pegasus dari Skuadron 7 Pangkalan TNI Suryadarma, Kalijati, Subang unjuk gigi. Mereka menggunakan helikopter jenis EC-120 Colibri buatan Prancis. Atraksi pertama yang ditampilkan adalah terbang rendah membentuk antrean dalam jarak dekat. Formasi tersebut dibentuk sambil memasuki area pameran.

Setelah itu, lima helikopter beraksi seakan sedang melakukan baris-berbaris. Empat helikopter berperan sebagai prajurit, satu lainnya sebagai pemimpin barisan. Bandung Air Show 2012 dibuka Wali Kota Bandung Dada Rosada.Turut hadir Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda TNI Bagus Paruhito,Komandan Lanud Husein Sastranegara Kolonel (Pnb) Umar Sugeng Hariyono, dan Wakapolda Jawa Barat Brigjen Pol Hengkie Kaluara.

Black Panther Sku 12 TNI AU (Marechaussee)
Dada Rosada mengatakan, Bandung Air Show 2012 merupakan aset wisata sehingga harus diambil langkah konkret agar event ini tetap bertahan. Bahkan,dia meminta Lanud Husein Sastranegara mengadakan Bandung Air Show setiap tahun. ”Tapi mungkin karena ada pertimbangan lain, lagipula waktu persiapannya tidak cukup beberapa bulan saja, Komandan Lanud Husein Sastranegara memutuskan untuk dua tahun sekali,” tuturnya kemarin.

Selain itu, Dada juga berharap waktu pergelaran diperpanjang. Jika Bandung Air Show 2010 dan Bandung Air Show 2012 hanya berlangsung tiga-empat hari, acara selanjutnya harus bisa diselenggarakan hingga sepekan. Ini untuk memberi kesempatan seluas mungkin bagi warga luar Kota Bandung yang ingin datang. Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda TNI Bagus Paruhito mengatakan, Bandung Air Show merupakan bukti bahwa Kota Bandung maju dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

”Dunia dirgantara merupakan bagian dari teknologi sehingga semakin maju iptek, semakin maju pula dirgantara,” tuturnya. Setelah upacara pembukaan, pengunjung semakin banyak mendatangi Lanud Husein Sastranegara. Ribuan orang tampak antusias memperhatikan pesawat-pesawat yang dipamerkan.

0

PT DI rawat helikopter kepresidenan Skuadron Udara 45

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5SesTLDLhaBEJzX0oMWgAdf-AKAaiwueeEmuNSJ3TU1BL_V1UQX6rqebq8USp_-IY-cr-EpkWxkvDJ-4v6HYvPQAbpj8YK0eM4Bjed8C8CfBvd6tIbr8-WEsOExtgR8-Ne02HXQz4FeI/s1600/super_puma.jpgBandung – Kesiapan operasionalisasi helikopter kepresidenan di Skuadron Udara 45 harus berada selalu dalam keadaan prima. Mereka memiliki sejumlah helikopter NAS-332 Super Puma berkelir abu-abu dan putih. Untuk merawat itu, dipercayakan kepada PT Dirgantara Indonesia.

”Kami selalu menjadikan helikopter-helikopter milik Sekretariat Negara itu  berkondisi seperti baru guna menjamin tingkat keselamatan setinggi-tingginya," kata Joko Budi Rustanto, Kepala Divisi Sales Marketing, Jasa Perawatan Pesawat (Aircraft Services) PT DI kepada media di Bandung, Rabu.

Budi mengemukakan, helikopter-helikopter angkut menengah itu ditujukan untuk "orang sangat penting" alias VIP yang khusus dalam terminologi Indonesia dinamakan VVIP (walau di dunia internasional, istilah itu tidak dikenal).

Tiga NAS-332 Super Puma bernomor registrasi H-3203, H-3205 dan H-3206, helikopter kepresidenan, dirawat di fasilitas pemeliharaan PT Dirgantara Indonesia itu. Dukungan perwakilan teknis juga disediakan PT DI untuk pekerjaan di luar Bandung, seperti halnya bilamana pekerjaan perawatan dilakukan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma (Skadron Udara 45) dan Pangkalan Udara Atang Senjaya, Bogor (Skuadron Teknik 024).

Penyerahan material suku cadang biasanya dilaksanakan dalam tiga tahapan untuk  kontrak kerjasama dengan Setneg  yang memiliki nilai strategis karena setiap tahun selalu diperbaharui.  Selain melakukan perawatan, PT DI juga diminta melakukan modifikasi berupa penambahan peralatan peringatan tabrakan TCAD (Traffic/Collision Alerting Device) guna meningkatkan keselamatan penerbangan.

Pemasangan TCAS (Traffic/Collision Avoidance System) wajib pada semua pesawat sipil yang dioperasikan di Indonesia berdasarkan ketentuan Ditjen Penerbangan Sipil Kementerian Perhubungan, merujuk kepada peraturan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation)  Internasional part 135 dan 25.

Selain itu, PT DI saat ini berencana menambah kapasitas dan kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi agar dapat melakukan perawatan dua NAS-332 L2 (helikopter versi NAS-332 VVIP yang didatangkan Sekretariat Negara dari Aerospatiale, Perancis, kini bagian dari Eurocopter).

Potensi project yang akan dilakukan oleh ACS PTDI sampai Desember 2012 adalah termasuk perawatan rutin helikopter Pusat Penerbangan TNI AD  (tujuh unit BO-105, tiga unit Bell-205, dua unit Bell-412). Termasuk pula perawatan rutin satu unit C212-200 dan satu unit AS-332 milik TWA (Trans Wisata Airline) serta modifikasi untuk pemasangan FDR (Flight Data Recorder) pada tiga unit pesawat C212-200 milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).(A-015)

0

Proyek PT DI

 Heli Militer Andalan PT DI

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/70/RAN_squirrel_helicopter_at_melb_GP_08.jpg/300px-RAN_squirrel_helicopter_at_melb_GP_08.jpg
AS 350 Eurocopter
Bandung - Selain pesawat sayap tetap versi patroli maritim, minat terhadap helikopter produksi PT Dirgantara Indonesia juga terus menunjukan peningkatan. Kebanyakan heli tersebut ditujukan untuk kepentingan militer.

Pemesannya memang didominasi Kementerian Pertahanan guna memperkuat alutsista TNI. Meski demikian, secara kuantitas, heli yang dipesan relatif signifikan termasuk bagi pendapatan perusahaan.

Ditambah pesanan terhadap pesawat sayap tetap terutama CN-235 MPA dan anti kapal selam, nilai kontrak yang diraih PT DI mencapai Rp 8,2 triliun. Ini di luar pencapaian tahun 2011 yang mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

Berdasarkan keterangan Asisten Direktur Utama PT DI Bidang Sistem Jaminan Mutu, Sonny Ibrahim Saleh, sejak 2012, BUMN strategis itu akan menggarap 11 unit heli anti kapal selam AL dan delapan unit heli serang AD.

"Untuk anti kapal selam jenisnya adalah Superpuma karena faktor peralatan pendukung sedangkan untuk tujuan serang bukan lagi NBO-105 tapi kemungkinan Ecureuil," tandasnya di Bandung, Selasa (18/9).

Kemungkinan yang dimaksudkan Sonny adalah Eurocopter AS350 Ecureuil. Di saat yang sama, PT DI juga tengah memenuhi pesanan 7 unit heli buatan pabrikan asal Eropa berjenis lainnya. Enam di antaranya untuk AD. Jenisnya adalah EC-725 Cougar varian Combat SAR and Personal Recovery. Pengerjaan tersebut di luar jumlah pesanan atas heli angkut personil Bell 412 EP untuk kepentingan TNI.


 PT DI Incar Proyek Skuadron Perang


http://static.inilah.com/data/berita/medium/1906216.jpgBandung – Meski sempat dipandang sebelah mata oleh masyarakat sendiri, PT Dirgantara Indonesia ternyata terus eksis. Kini mereka mengincar pengembangan penjualan.

Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, menyatakan pada periode 2013-2014, pihaknya membidik proyek pembuatan pesawat bagi sejumlah negara. Antara lain Brunei Darussalam, Filipina, dan Botswana di Afrika. Nilai proyeknya mencapai Rp 2,5 triliun.


“Proyek yang siap dikerjakan antara lain 11 unit pesawat untuk skuadron perang, 8 unit pesawat serbu, 3 unit helikopter Bell. Kemudian, 4 unit CN 235, dan 2 unit NC 212,” katanya di Bandung, Selasa (18/9/2012).


Saat ini, PT DI juga konsentrasi menyelesaikan pembuatan pesawat CN235 pesanan Turki. Negara tersebut memesan 10 unit CN235 sejak tahun 2006 dan dalam dua tahun ini diyakini akan diselesaikan. “Kami optimistis bisa mengejar sisa target pemesanan CN235 oleh Turki dalam dua tahun kedepan,” ujar Sonny.


Dia menjelaskan saat ini pihaknya tengah bersiap melakukan flight test (uji coba) pesawat kedelapan. Pesawat CN235 ini rencananya akan difungsikan sebagai pesawat patroli maritim. “Nilai kontraknya cukup besar. Kontrak engineer-nya mencapai US$2 juta/tahun,” katanya.[ing]

(Inilah)

 PT DI Kebut Penyelesaian CN-235 Pesanan Turki

Bandung PT Dirgantara Indonesia (DI) berupaya membangun kepercayaan pasar Internasional melalui percepatan perampungan pesanan pesawat CN235 oleh Turki.


Negara beribukota Istanbul ini melakukan pemesanan pesawat tersebut sebanyak 10 unit sejak 2006. PT DI yakin pada 2014, semua pesanan itu akan terselesaikan.

“Kami optimistis bisa mengejar sisa target pemesanan CN235 oleh Turki dalam dua tahun kedepan,” ujar Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim kepada wartawan di kantornya, Jalan Padjajaran, Kota Bandung, Selasa (18/9/2012).

Dia menjelaskan saat ini pihaknya tengah bersiap melakukan flight test (uji coba) pesawat kedelapan. Pesawat CN235 ini rencananya akan difungsikan sebagai pesawat patroli maritim.

“Nilai kontraknya cukup besar. Kontrak engineer-nya mencapai US$ 2 juta/tahun,” katanya. Selain itu, PT DI juga tengah membidik Thailand dengan pengerjaan NC212. Kontrak tersebut bernilai Rp 1 triliun.

Selain pengerjaan pemesanan Turki, pihaknya juga fokus menuntaskan proyek domestik dari TNI bernilai Rp 8,2 triliun. Dari enam kontrak yang direncanakan, sebanyak tiga kontrak sudah berhasil ditandatangani sedangkan sisanya masih dalam proses.

“Pemesanan CN295 sebanyak 9 unit dan C725 sebanyak 6 unit dari TNI AU. Serta, 25 unit Bell (helikopter) dari TNI AD,” ucapnya.[ing]


(Inilah)
0

TNI AD Terima 4 Helikopter Bell dari PT Dirgantara

Jakarta: TNI Angkatan Darat menerima empat helikopter serba guna Bell 412 EP dari PT Dirgantara Indonesia (Persero). Helikopter Bell berkemampuan teknis di atas jenis seri-seri helikopter terdahulu.

Penyerahan helikopter dilakukan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Dr. Budi Santoso kepada Asisten Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Darat Mayor Jenderal TNI Sonny Widjaya di pangkalan Pusat Penerbangan Angkatan Darat di Skadron 21/Sena Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (10/8).

Budi Santoso berharap, empat helikopter itu akan membawa pengaruh besar bagi kemampuan TNI, khususnya TNI Angkatan Darat, dalam menghadapi tugas-tugas yang semakin berat. PT Dirgantara Indonesia menyadari kebutuhan alutsista bagi TNI akan terus meningkat.

"Hal ini tentu sejalan dengan tantangan yang semakin beragam, sehingga upaya antisipasi harus terus dioptimalkan. Kami sebagai salah satu penyedia produk alutsista, tentunya harus terus berupaya untuk dapat memenuhi tuntutan yang diminta," kata Budi Santoso.

Budi Santoso mengatakan, TNI Angkatan Darat merupakan pemakai terbesar helikopter-helikopter produksi PT Dirgantara. Di masa mendatang diharapkan TNI Angkatan Darat tetap mempercayakan dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan helikopternya pada PTDI.

Bell 412 EP merupakan helikopter serbaguna yang ditenagai sepasang engine, Pratt & Whitney PT6T-3D, dengan empat bilah rotor utama dan dua bilah rotor ekor. Helikopter ini termasuk kelas menengah dan diawaki oleh satu pilot dan satu ko-pilot serta mampu mengangkut 13 penumpang.

Helikopter Bell 412 EP merupakan Bell 412 generasi baru yang dapat diandalkan. Helikopter ini sebelumnya telah membuktikan kehandalannya dalam berbagai operasi baik di Indonesia maupun di negara-negara lain.(Ant/DOR)

(Metrotvnews)
0

Super Cobra jaga perbatasan RI-Malaysia

Helikopter serang Bell AH-1W Cobra (photo : Airliners)
Balikpapan (ANTARA News) - Selain akan dijaga dengan tank-tank Leopard 2A6, perbatasan Indonesia-Malaysia juga bakal dilengkapi satu skuadron heli tempur Bell AH-1W Super Cobra, kata Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI Mulawarman, Mayor Jenderal TNI Subekti.

"Kami akan tempatkan di Berau dan Nunukan," ujarnya  di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.

Saat ini Kodam VI Mulawarman sedang menyiapkan basis bagi skuadron heli tersebut. "Kami gunakan anggaran antara Rp17 miliar hingga Rp19 miliar untuk persiapan pangkalan skuadron heli tempur tersebut," katanya.

Super Cobra adalah helikopter buatan Bell, Amerika Serikat (AS), dan pengembangan dari Huey Cobra yang berjaya di perang Vietnam. Persenjataannya senapan mesin Gatling 20 mm, roket Hydra, rudal Sidewinder untuk pertempuran udara, dan rudal penghancur tank Hellfire.

"Super Cobra ini adalah pilihan utama. Namun demikian, kami punya pilihan lain yang lebih bersahabat dengan keuangan, yaitu heli serbaguna Agusta Westland," ujar mantan Asisten Perencanaan (Asrena) Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) tersebut.

Heli tempur buatan Bell itu senilai sekira 11,3 juta dolar AS (setara Rp96 miliar) per unit. Untuk komplet satu skuadron dengan 16 pesawat, maka pemerintah RI menyediakan tidak kurang dari Rp1,53 triliun. Harga tersebut belum termasuk persenjataannya.

Super Cobra berkemampuan jelajah hingga 510 km pada kecepatan maksimum 277 km per jam, kecepatan menanjak 8,2 meter per detik, dan bisa mengambang di udara pada ketinggian 3.720 meter.

Dengan berpangkalan di Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, maka SuperCobra hanya perlu beberapa menit untuk sampai di perbatasan dan menyelesaikan misinya.

Adapun helikopter Agusta Westland nilainya lebih murah. Heli tempur Agusta Westland AW 109LUH harganya 9 juta dolar AS (setara Rp76,5 miliar) per unit, atau total Rp1,22 triliun untuk satu skuadron.

Selanjutnya, Kodam Mulawarman akan dilengkapi tiga batalyon gabungan infanteri dan artileri yang memiliki persenjataan anti tank yang dapat membidik tank dari jarak 6 km, serta sistem peluncur roket serentak (multiple launch rocket system/MLRS) Astros II buatan Brazil.

"Dengan amunisi roket aslinya, jarak tembaknya bisa mencapai 300 km, atau 70 km dengan amunisi roket lain," jelas Subekti.

Bersama satuan tank Leopard,a mak seluruh persenjataan dan personel baru ini akan tersedia secara bertahap mulai 2012. Menurut dia, akan sangat berdampak pada perimbangan kekuatan dengan negara-negara tetangga Indonesia, terutama yang berbatasan langsung di Kalimantan.

"Saat ini kita memang tidak memiliki musuh yang eksplisit, yang nyata. Tapi, setiap hari kita dilecehkan di perbatasan dengan adanya patok yang digeser-geser," demikian Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Subekti.(T.KR-NVA)



0

Pesawat - Pesawat Buatan Anak Negeri Indonesia

ung Karno dalam pidato di Hari Penerbangan Nasional 9 April 1962 mengatakan : "…, tanah air kita adalah tanah air kepulauan, tanah air yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang dipisahkan satu dari yang lain oleh samudra-samudra dan lautan-lautan. … tanah air kita ini adalah ditakdirkan oleh Allah SWT terletak antara dua benua dan dua samudra. Maka bangsa yang hidup di atas tanah air yang demikian itu hanyalah bisa menjadi satu bangsa yang kuat jikalau ia jaya bukan saja di lapangan komunikasi darat, tetapi juga di lapangan komunikasi laut dan di dalam abad 20 ini dan seterusnya di lapangan komunikasi udara."

☆ PK.KKH

Pada tahun 1938 atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist - perancang PK.KKH - dibuat lagi pesawat lebih kecil di bengkel Jl. Kebon Kawung, Bandung.

Pesawat PK.KKH yang dibuat tahun 1937 di Bandung , di mana putera-putera Indonesia terlibat dalam proses pembuatannya.


☆ WEL-X / RI-X

Selain itu juga pada tahun 1948 berhasil dibuat pesawat terbang bermotor dengan mempergunakan mesin motor Harley Davidson diberi tanda WEL-X hasil rancangan Wiweko Soepono dan kemudian dikenal dengan register RI-X. Era ini ditandai dengan munculnya berbagai club aeromodeling, yang menghasilkan perintis teknologi dirgantara, yaitu Nurtanio Pringgoadisurjo.

Rancangan Wi-weko Soepono diberi tanda WEL-X yang dibuat pada tahun 1948, dengan menggunakan mesin Harley Davidson Kemudian kegiatan ini terhenti karena pecahnya pemberontakan Madiun dan agresi Belanda.

Replika RI-X


☆ SIKUMBANG NU-200

Pada 1 Agustus 1954 berhasil diterbangkan prototipe "Si Kumbang", sebuah pesawat serba logam bertempat duduk tunggal yang dibuat sesuai dengan kondisi negara pada waktu itu. Pesawat ini berhasil di buat / produksi tiga buah. 


"Si Kumbang"


☆ BELALANG 89

Pada 24 April 1957, Seksi Percobaan ditingkatkan menjadi Sub Depot Penyelidikan, Percobaan & Pembuatan berdasar Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara No. 68.

Setahun kemudian, 1958 berhasil diterbangkan prototipe pesawat latih dasar "Belalang 89" yang ketika diproduksi menjadi Belalang 90. Pesawat yang diproduksi sebanyak lima unit ini dipergunakan untuk mendidik calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat Penerbangan Angkatan Darat.

"Belalang 89"

☆ KUNANG NU-25


Di tahun yang sama berhasil diterbangkan pesawat olah raga "Kunang 25". Filosofinya untuk menanamkan semangat kedirgantaraan sehingga diharapkan dapat mendorong generasi baru yang berminat terhadap pembuatan pesawat terbang.

"Kunang 25".

☆ UPAYA PENDIRIAN INDUSTRI PESAWAT TERBANG

Sesuai dengan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan untuk memungkinkan berkembang lebih pesat, dengan Keputusan Menteri / Kepala Staf Angkatan Udara No. 488, 1 Agustus 1960 dibentuk Lembaga Persiapan Industri Penerbangan / LAPIP. Lembaga yang diresmikan pada 16 Desember 1961 ini bertugas menyiapkan pembangunan industri penerbangan yang mampu memberikan dukungan bagi penerbangan di Indonesia. Mendukung tugas tersebut, pada tahun 1961 LAPIP mewakili pemerintah Indonesia dan CEKOP mewakili pemerintah Polandia mengadakan kontrak kerjasama untuk membangun pabrik pesawat terbang di Indonesia. Kontrak meliputi pembangunan pabrik, pelatihan karyawan serta produksi di bawah lisensi pesawat PZL-104 Wilga, lebih dikenal Gelatik. Pesawat yang diproduksi 44 unit ini kemudian digunakan untuk dukungan pertanian, angkut ringan dan aero club.

Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1965 melalui SK Presiden RI - Presiden Soekarno, didirikan Komando Pelaksana Proyek Industri Pesawat Terbang (KOPELAPIP) - yang intinya LAPIP - serta PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari.


Pada bulan Maret 1966, Nurtanio gugur ketika menjalankan pengujian terbang, sehingga untuk menghormati jasa beliau maka LAPIP menjadi LIPNUR / Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio. Dalam perkembangan selanjutnya LIPNUR memproduksi pesawat terbang latih dasar LT-200, serta membangun bengkel after-sales-service, maintenance, repair & overhaul.

Pada tahun 1962, berdasar SK Presiden RI - Presiden Soekarno, didirikan jurusan Teknik Penerbangan ITB sebagai bagian dari Bagian Mesin. Pelopor pendidikan tinggi Teknik Penerbangan adalah Oetarjo Diran dan Liem Keng Kie. Kedua tokoh ini adalah bagian dari program pengiriman siswa ke luar negeri (Eropa dan Amerika) oleh Pemerintah RI yang berlangsung sejak tahun 1951. Usaha-usaha mendirikan industri pesawat terbang memang sudah disiapkan sejak 1951, ketika sekelompok mahasiswa Indonesia dikirim ke Belanda untuk belajar konstruksi pesawat terbang dan kedirgantaraan di TH Delft atas perintah khusus Presiden RI pertama. Pengiriman ini berlangsung hingga tahun 1954. Dilanjutkan tahun 1954 - 1958 dikirim pula kelompok mahasiswa ke Jerman, dan antara tahun 1958 - 1962 ke Cekoslowakia dan Rusia.

Perjalanan ini bertaut dengan didirikannya Lembaga Persiapan Industri Pesawat Terbang (LAPIP) pada 1960, pendirian bIdang Studi Teknik Penerbangan di ITB pada 1962, dibentuknya DEPANRI (Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia) pada 1963. Kemudian ditindaklanjuti dengan diadakannya proyek KOPELAPIP (Komando Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Tebang) pada Maret 1965. Bekerjasama dengan Fokker, KOPELAPIP tak lain merupakan proyek pesawat terbang komersial. Sementara itu upaya-upaya lain untuk merintis industri pesawat terbang telah dilakukan pula oleh putera Indonesia - B.J. Habibie - di luar negeri sejak tahun 1960an sampai 1970an. Sebelum ia dipanggil pulang ke Indonesia untuk mendapat tugas yang lebih luas. Di tahun 1961, atas gagasan BJ. Habibie diselenggarakan Seminar Pembangunan I se-Eropa di Praha, salah satu adalah dibentuk kelompok Penerbangan yang di ketuai BJ. Habibie.

☆ GELATIK PZL-104



☆ PZL-Okecie PZL-104 Gelatik-C


Nurtanio Pringgoadisuryo, lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923 - meninggal 21 Maret 1966 pada umur 42 tahun adalah sebagai perintis industri penerbangan Indonesia. Bersama Wiweko Soepono, Nurtanio membuat pesawat layang Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun 1947. Ia membuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia yang dinamai Sikumbang, disusul dengan Kunang-kunang (mesin VW) dan Belalang, dan Gelatik (aslinya Wilga) serta mempersiapkan produksi F-27.

Pada tahun 1965 Berdiri KOPELAPIP (Komando Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari melalui Dekrit Presiden. Setelah pada tahun 1966 Nurtanio meninggal Pemerintah menggabungkan KOPELAPIP dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi LIPNUR kependekan dari Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio untuk menghormati kepeloporan almarhum Nurtanio.

Kemudian setelah itu datanglah BJ Habibie yang mengubah LIPNUR menjadi IPTN yang dikemudian hari sempat tercatat sebagai industri pesawat terbang termaju di negara berkembang.



☆ IPTN

Industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. DI didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.


NC-212-100 - Diproduksi di bawah lisensi dari CASA di Indonesia sejak 1976, PT. Dirgantara Indonesia memproduksi 28 NC-212-100 sebelum beralih ke NC-212-200.

 NBO 105
NBK 117

NBell 412
NAS 330 Puma

NAS 332 Super Puma




CN-235 adalah pesawat angkut jarak sedang dengan dua mesin turbo-prop. Pesawat ini dikembangkan bersama-sama antara CASA di Spanyol and IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) sebagai pesawat terbang regional dan angkut militer. Versi militer CN-235 termasuk patroli maritim, surveillance dan angkut pasukan.

Desain dan Pengembangan

CN-235 diluncurkan sebagai kerjasama antara CASA dan IPTN. Kedua perusahaan ini membentuk perusahaan Airtech company untuk menjalankan program pembuatan CN-235. Desain dan produksi dibagi rata antara kedua perusahaan. Kerjasama hanya dilakukan pada versi 10 dan 100/110. Versi-versi berikutnya dikembangkan secara terpisah oleh masing-masing perusahaan.

Desain awal CN-235 dimulai pada Januari 1980, purnarupa pesawat terbang perdana pada 11 November 1983. Sertifikasi Spanyol dan Indonesia didapat pada tanggal 20 Juni 1986.


Pesawat produksi terbang pertama pada 19 August 1986. FAA type approval didapat pada tanggal 3 Desemebr 1986 sebelum akhirnya terbang pertama untuk pembeli pesawat pada tanggal 1 Maret 1988.

Pada tahun 1995, CASA meluncurkan CN-235 yang diperpanjang menjadi C-295

☆ CASA -CN-235-300

PT. Dirgantara Indonesia :
♥ CN-235-10 :
Versi produksi awal (diproduksi 15 buah oleh masing-masing perusahaan), menggunakan mesin GE CT7-7A.


♥ CN-235-110 :
Secara umum sama dengan seri 10, tetapi menggunakan mesin GE CT7-9C dalam nasel komposit baru, mempunyai sistem kelistrikan, peringatan dan lingkungan yang lebih maju dibanding seri 100 milik CASA.


♥ CN-235-220 :
Versi Pengembangan. Pembentukan kembali struktur untuk bobot operasi yang lebih tinggi , pengembangan aerodinamik pada tepi depan sayap sayap dan kemudi belok, pengurangan panjang landasan yang dibutuhkan dan penambahan jarak tempuh dengan beban maksimum (MTOW=Maximum Take Off Weight).



♥ CN-235 MPA :
Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi ( mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam singapore airshow 2008 ).

EADS CASA :
♠ CN-235-10 :
Versi produksi awal (diproduksi 15 buah oleh masing-masing perusahaan), menggunakan mesin GE CT7-7A
♠ CN-235-100 :
Secara umum sama dengan seri 10 tetapi menggunakan mesin GE CT7-9C dalam nasel komposit baru.
♠ CN-235-220 :
Versi Pengembangan. Pembentukan kembali struktur untuk bobot operasi yang lebih tinggi , pengembangan aerodinamik pada tepi depan sayap sayap dan kemudi belok, pengurangan panjang landasan yang dibutuhkan dan penambahan jarak tempuh dengan beban maksimum.


☆ N-250


Pesawat N250 Gatot Kaca (Foto AIRLINERS.NET)

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini diberi nama gatotkoco (Gatotkaca).

Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).

Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.

Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.

Performa Pesawat

Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan yang akan menurunkan performa).


Berat dan Dimensi

* Rentang Sayap : 28 meter
* Panjang badan pesawat : 26,30 meter
* Tinggi : 8,37 meter
* Berat kosong : 13.665 kg
* Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg

(Meski mesin N 250 diturunkan kemampuannya, dimensi tidak akan diubah)

Sejarah

Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992.
Pesawat pertama (PA 1, 50 penumpang) terbang selama 55 menit pada tanggal 10 Agustus 1995. Sedangkan PA2 (N250-100,68 penumpang) sedang dalam proses pembuatan.

Saingan pesawat ini adalah ATR 42-500, Fokker F-50 dan Dash 8-300.


Sumber :
  • glenn-news
  • indoflyer