Showing posts with label UMY. Show all posts
Showing posts with label UMY. Show all posts
0

UMY Kenalkan Teknik Melahirkan tanpa Rasa Sakit

http://static.republika.co.id/uploads/images/square/ibu_melahirkan_100921080446.jpgYogyakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sejak akhir 2012 lalu telah mengenalkan teknik melahirkan bayi tanpa rasa sakit. Teknik inipun telah diujicobakan terhadap beberapa ibu hamil dan telah menjadi pilihan tersendiri bagi ibu hamil yang ingin melahirkan di Yogyakarta.

Kepala Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY, Tunjung Sulaksono, mengatakan teknik ini merupakan hasil pengembangan beberapa inovasi yang dilakukan oleh FKIK UMY.

"Ini merupakan satu inovasi terbaru yang akan terus dikembangkan oleh FKIK UMY," terangnya, Rabu (2/1).

Pengembangan teknik ini dilakukan oleh tim yang dipimpin langsung Dekan FKIK UMY Ardi Pramono. Menurut Ardi Pramono, teknik baru melahirkan tanpa sakit yang dikembangkan pihaknya dikenal dengan teknik Lumbar Epidural Analgesia (LEA). Metode ini, menurutnya, berbeda dengan metode hypnobirthing.

"LEA merupakan cara yang lebih akurat untuk memastikan sang ibu tidak akan merasakan rasa sakit saat melahirkan,” jelasnya.

Ardi mengatakan teknik LEA merupakan teknik dengan  jenis anastesi lokal yang diberikan pada otot-otot melahirkan. Sehingga, teknik ini tidak akan menimbulkan rasa nyeri saat melahirkan.

Dengan teknik ini, anastesi akan dipasang di antara ruas tulang belakang pada saat ibu sudah merasakan rasa nyeri di awal proses kelahiran. Dengan begitu, ibu yang akan melahirkan tidak akan merasa kesakitan.


• Republika
0

Cangkang Kepiting Jadi Salep Luka Bakar

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sepertinya tak pernah habis berinovasi. Kemarin dua mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY Barii Hafidh Pramono dan Rizqi Afrian berhasil mengolah chitosan dalam cangkang (rumah) kepiting, kerang, dan udang menjadi salep untuk obat luka bakar.

Selain efektif menyembuhkan luka bakar, penemuan ini juga akan membuat cangkang bernilai ekonomis. Bari Hafidh Pramono mengatakan, ide mengolah cangkang sebagai salep obat luka bakar muncul karena selama ini pemanfaatan kepiting, udang, maupun kerang hanya pada dagingnya. Sementara, cangkang dibuang dan menjadi sampah atau limbah yang tidak terpakai. Padahal berdasarkan literatur, sebenarnya cangkang ini mengandung zat chitosan, yaitu zat yang mampu mempercepat penyembuhan luka, khususnya luka bakar.

"Berawal dari realita ini, kami kemudian melakukan penelitian kandungan chitosan yang ada di cangkang (kepiting) itu," ungkap Bari Hafidh, mahasiswa FKIK UMY angkatan 2006 ini.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ternyata zat chitosan mampu menyembuhkan luka bakar. Selain itu, dapat menyembuhkan luka bakar lebih cepat dibanding dengan obat atau salep tanpa ada kandungan chitosan. Adapun kolagen adalah sejenis protein yang bermolekul makro sangat penting untuk memelihara kulit.

"Sehingga chitosan ini tidak akan menyebabkan kulit mudah iritasi sebab chitosan dapat menebalkan kolagen,"ujarnya.

Menurut Bari, selama ini pengobatan luka bakar masih menggunakan obat antiseptik yang membutuhkan waktu lama dan belum tentu sempurna. Berbeda jika penyembuhannya dengan salep yang mengandung chitosan, selain luka bakar akan lebih cepat dalam proses epitelisasi dan kolagenisasinya, chitosan juga dapat menghentikan perdarahan dan mencegah infeksi.

Selain untuk pengembangan obat salep berbahan chitosan dari cangkang, penelitian tentang chitosan ini juga berhasil mengantarkan kedua mahasiswa tersebut menjadi juara pertama dalam ajang 'The 1st International Student Conference' di Khon Kaen University, Thailand, 23–25 Januari lalu.

"Selain juara pertama, untuk kategori lomba poster penelitian ilmiah, mahasiswa UMY menjadi juara ketiga," papar Kepala Humas dan Protokoler UMY Tunjung Sulaksono. (kampus.okezone.com/ humasristek)


Ristek

0

Mahasiswa Yogya Juara di Korea Berkat Kulit Udang

TEMPO.CO , Yogyakarta - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memanfaatkan kulit udang, cangkang kepiting dan kerang untuk membuat obat penyembuh luka, baik luka terbuka maupun luka bakar. Cangkang dan kulit yang biasanya dibuang setelah daging binatang itu dikonsumsi ternyata mengandung chitosan yang efektif menyembuhkan luka.

Berkat limbah kulit udang dan cangkang kerang serta kepiting itu, Barii Hafidh Pramono dan Rizqi Afrian, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menjadi juara pertama dalam The 1st International Student Conference di Thailand. Kegiatan bertema "Innovations for Harmonious Living in a Borderless Society" itu diselenggarakan oleh Khon Kaen University, Thailand pada 23-25 Januari 2012.

"Biasanya kepiting dan udang hanya dimanfaatkan dagingnya saja, sementara cangkangnya dibuang, padahal cangkang kepiting, udang, maupun kulit kerang mengandung zat yang disebut chitosan, yang mampu mempercepat penyembuhan luka," kata Barii, Senin, 6 Februari 2012.

Dua mahasiswa angkatan 2006 itu berhasil menyingkirkan peserta dari delapan negara lain yaitu Thailand, Cina, Swedia, Laos, Jepang, Inggris, Kamboja, serta Vietnam.

Penelitiannya tentang pemanfaatan kulit kerang (chitosan) untuk obat luka bakar termasuk unik karena memanfaatkan limbah untuk dijadikan obat. Barii menemukan fakta bahwa salep dengan kandungan chitosan mampu menyembuhkan luka dengan waktu lebih cepat dibanding dengan salep tanpa chitosan. Salep chitosan juga menghasilkan penyembuhan yang kuat karena mampu menebalkan kolagen sehingga kulit tidak mudah iritasi.

Dengan chitosan, luka lebih cepat sembuh karena proses epitelisasi dan kolagenisasi lebih cepat serta menghentikan perdarahan dan mencegah infeksi. "Selain efektif menyembuhkan luka, cangkang binatang itu mudah ditemukan dan murah," kata Rizki Arfian.(MUH. SYAIFULLAH)


TEMPO.CO
0

Mahasiswa UMY Ciptakan Alat Ukur Tubuh Ideal

Alat itu akan mengukur apakah orang punya tubuh ideal, terlalu kurus, atau terlalu gemuk.

Alat ukur tubuh ideal otomatis (VIVAnews/Juna Sanbawa)

VIVAnews - Pengukuran tubuh ideal secara manual draws merepotkan karena harus ada operator yang mengukur berat dan tinggi badan. Untuk mengukur tubuh ideal, misalnya saat seleksi calon TNI, Polisi, atau para pencari kerja, tentunya akan lebih praktis jika dilakukan dengan alat digital.

Bila ada alat yang dapat secara otomatis melakukan pengukuran bobot tubuh yang ideal, selain lebih praktis, datanya pun akan lebih akurat.

Melihat kebutuhan tersebut, Yudi Kristian, salah seorang mahasiswa jurusan Teknik Elektro, Univeritas Muhammadiyah Yogyakarta melakukan penelitian tentang Implementasi Micro Controller pada Alat Deteksi Postur Tubuh Ideal.

Yudi, mahasiswa yang akan diwisuda pada Februari tahun ini berhasil mengembangkan alat digital yang berfungsi mengukur postur tubuh seseorang. Micro controller atau pengendali mikro adalah sistem mikroprosesor lengkap yang terkandung di dalam sebuah chip.

Menurut Yudi, alatnya akan mengukur secara otomatis apakah seseorang memiliki tubuh ideal, terlalu kurus, atau terlalu gemuk.

“Dalam alat tersebut ada dua macam sensor. Yang pertama, sensor tinggi badan, dan yang kedua adalah sensor berat badan,” kata Yudi, Sabtu 4 Februari 2012. “Alat pengukur tinggi dan berat badan konvensional terlebih dahulu dimodifikasi dengan diberi potensiometer multiturn,” ucapnya.

Nantinya, kata Yudi, data yang diterima oleh sensor tersebut akan terkonversi otomatis dan muncul dalam bentuk angka pada layar LCD. “Kedua sensor tersebut dihubungkan dengan timbangan, berat badan, dan tinggi badan,” paparnya.

Penelitiannya tersebut, lanjut Yudi, berhasil ia selesaikan selama kurang lebih delapan bulan. “Termasuk kegagalan selama proses penelitian," ucapnya.

Yudi menambahkan, alat itu juga dapat langsung disambungkan ke PC, sehingga data yang muncul dapat terekam secara otomatis. “Kalau disambungkan ke komputer, dengan software tertentu, data itu dapat terekam otomatis menjadi file. Sehingga kita dapat langsung mencetaknya, tanpa harus mencatat terlebih dahulu,” ujarnya. (art)



VIVAnews
0

Pengamat : Indonesia pemain utama teknologi informasi

ilustrasi teknologi informasi, internet. (ANTARA News/Lukisatrio)

Yogyakarta (ANTARA News) - Indonesia akan menjadi pemain utama di bidang teknologi informasi di dunia dalam waktu dekat, kata pengamat teknologi informasi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Rudy Suryanto.

"Saat ini Indonesia telah masuk 10 besar tujuan perusahaan teknologi informasi dunia menurut `IT Destination Survey`. Hal itu disebabkan oleh potensi pasar Indonesia yang luar biasa besar," katanya di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, saat ini teknologi terus mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan tersebut misalnya semakin berkembangnya teknologi yang berbasis mobilitas.

"Mungkin tidak lama lagi peran PC, laptop, dan netbook akan digeser oleh tablet PC dan smartphone. Untuk mempersiapkan lulusan yang menguasai kemampuan teknologi informasi yang semakin berkembang tersebut, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerja sama dengan National Institute of Information Technology (NIIT) India," katanya.

Ia mengatakan NIIT India adalah penyedia pelatihan teknologi informasi yang telah beroperasi di 40 negara dengan total jumlah lulusan sebanyak 20 juta orang.

"UMY dan NIIT berencana menggelar beberapa program pelatihan antara lain `web design`, `English for work`, dan `software engineering`," kata Rudy yang juga Ketua Program Kerja Sama UMY-NIIT India.

Menurut dia, UMY dan NIIT percaya strategi yang tepat untuk meningkatkan keterserapan lulusan di dunia kerja adalah membekali mahasiswa dengan kemampuan teknologi informasi dan "softskills".

"Saat ini juga sedang dipersiapkan program UMY menjadi salah satu `NIIT-Android Training Center`. Android adalah `platform mobile` pertama yang benar-benar terbuka dan kompatibel hampir di semua `hardware` baik tablet PC maupun handset," katanya.

Ia mengatakan saat ini Android adalah sistem operasi paling populer setelah IOS dari Apple, dan kini telah diaktivasi oleh lebih dari 100 juta pemakai.

"Sebagai langkah persiapan, UMY pada Oktober 2011 telah mengirimkan dua staf untuk dididik langsung di India dalam pelatihan Android. Pelatihan Android yang diselenggarakan itu bersertifikasi internasional dengan harga yang terjangkau oleh mahasiswa dan siswa SMK," katanya.

Menurut dia, setelah mengikuti pelatihan tersebut, mahasiwa atau siswa SMK bisa langsung membuat aplikasi Android untuk dipasarkan di Android Market Google atau mengembangkan aplikasi Android untuk perusahaan atau UKM di Indonesia.

"Setelah mengembangkan Android Training Center, selanjutnya UMY, NIIT, dan Aliansi Perguruan Tinggi Muhammadiyah akan bersama-sama mengembangkan pusat penempatan kerja untuk membantu lulusan dalam mencari kerja dan membantu perusahaan mendapatkan sumber daya manusia yang diinginkan," katanya.(L.B015*H010/M008)


ANTARA News
0

Mahasiswa Yogya Ciptakan Alarm Gosok Gigi

Jam digital ini menggunakan alarm dengan lagu anak-anak atau suara orangtuanya.

Alarm Pengingat Gosok Gigi Buatan Mahasiswa Yogya (VIVAnews/Juna Sanbawa)

VIVAnews - Salah satu tugas dan tanggung jawab orangtua adalah memperhatikan kebutuhan anak-anaknya. Namun, rutinitas dan kesibukan orangtua menjadi alasan kurangnya perhatian terhadap anak-anak.

Salah satunya adalah mengingatkan anak-anak untuk rutin menggosok giginya setiap pagi dan sore hari demi kesehatan gigi dan mulutnya.

Dengan latar belakang itu, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (TE-UMY), Andi Sugiarto, bersama kedua dosen pembimbingnya, Iswanto dan Anna Nur Nazilah Chamim, berhasil menciptakan jam digital pengingat gosok gigi untuk anak.

Andi mengungkapkan, alat tersebut terdiri dari beberapa komponen yangmemiliki fungsi masing-masing.

“Alat-alat ini terdiri dari komponen jam digital yang berfungsi untuk menunjukkan waktu, komponen perekam suara alarm yang berfungsi untuk merekam bunyi alarm yang diinginkan, serta dua buah pengeras suara atau speaker yang mengeluarkan bunyi alarm pagi dan sore," kata Andi, Rabu, 4 Januari 2012.

Lebih lanjut andi menjelaskan cara kerja dari jam digital ini tidak begitu rumit dan mudah digunakan oleh penggunanya.

“Untuk cara kerja alat ini, pertama pengguna harus menentukan waktu yang tepat agar jam alarm ini berbunyi. Waktu tersebut ditentukan pada pagi dan sore hari sesuai dengan waktu anak-anak menggosok gigi," ucap Andi.

"Setelah waktu alarm ditentukan, maka tahap selanjutnya pengguna memilih suara alarm yang akan dibunyikan.”

Untuk suara alarm, tersedia dua pilihan. Pertama, bisa menggunakan lagu anak-anak. Kedua, menggunakan suara bapak atau ibunya yang seakan-akan mengingatkan anaknya untuk gosok gigi yang direkam secara langsung, dan berdurasi 15 detik.

Karena memiliki dua buah speaker, maka suara alarm pagi akan berbunyi di speaker sebelah kanan. Sedangkan alarm sore akan berbunyi pada speaker sebelah kiri. "Selain alat ini sangat berguna, dalam prosesnya pembuatannya alat ini tidak memakan biaya yang mahal," tutur Andi.

Andi berharap jam digital pengingat gosok gigi ini dapat dikembangkan lebih baik lagi dan bermanfaat bagi orang tua yang memiliki segudang kesibukan dan rutinitas.

“Jam digital ini dapat dikembangkan lebih baik, sehingga benar-benar dapat membantu orang tua yang sibuk dengan pekerjaan untuk mengingatkan anak-anaknya dalam hal menggosok gigi,” harapnya.Laporan: Juna Sanbawa | DIY, umi



VIVAnews
0

Mahasiswa UMY kembangkan alat deteksi curah hujan

Yogyakarta (ANTARA News) - Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Andi Kurniawan mengembangkan alat pendeteksi curah hujan tepat guna dengan biaya produksi yang terjangkau masyarakat.

"Alat itu menggunakan komponen-komponen sederhana dalam produksi, yaitu corong, penjungkit, mikrontroler, alat transmisi `wireless`, dan alat penampil data seperti komputer. Biaya produksi alat pendeteksi itu dapat diminimalisasi hingga sekitar Rp400 ribu," kata Andi di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, corong digunakan sebagai penampung pertama air hujan. Air hujan kemudian dialirkan ke penjungkit sehingga terjadi jungkitan saat volume air hujan yang tertampung di penjungkit telah mencapai jumlah yang ditetapkan. Jumlah jungkitan yang terjadi pada penjungkit tersebut kemudian dihitung oleh "Optocoupler" sebagai sensor.

Data berupa jumlah jungkitan yang dihitung "Optocoupler" itu akan diolah oleh mikrokontroler sebagai pengolah dan akan dikirimkan ke komputer secara "wireless". Data itu akan tersimpan secara otomatis di komputer sebagai data curah hujan.

"Pada alat tersebut saya menggunakan alat transmisi `wireless` jenis TRW 2.4G. Data curah hujan yang akan muncul juga diatur dengan satuan milimeter per jam yang bisa juga diubah sesuai dengan kebutuhan dan biaya," katanya.

Ia mengatakan alat itu diharapkan dapat dimanfaatkan secara luas oleh para petani dan masyarakat umum sehingga mempermudah pengukuran curah hujan.

Para petani dapat memanfaatkan alat tersebut untuk memperkirakan waktu tanam dan panen padi atau tanaman lain. Selama ini para petani cenderung menentukannya dengan tradisi yang telah ada secara turun temurun dengan melihat siklus curah hujan yang teratur.

"Namun, curah hujan saat ini mengalami siklus tidak menentu. Hal itu membuat petani kesulitan untuk memproduksi dengan kualitas terbaik karena tidak bisa lagi tergantung pada tradisi tersebut," katanya.

Ia mengatakan alat pendeteksi curah hujan tepat guna itu dapat membantu petani mengetahui data curah hujan untuk kepentingan pertanian. Selain biaya terjangkau, pengunaan alat pendeteksi curah hujan tepat guna itu juga cukup mudah serta tidak memakan waktu dan biaya tambahan.

"Dengan alat itu kita cukup melihat hasil pengukuran curah hujan di komputer tanpa melakukan proses apa pun, karena selama alat bekerja, data langsung secara otomatis tersimpan," katanya.(U.B015/M008)


Antaranews
0

Banjir Lahar Dingin Yogya Kini Bisa Dideteksi

Mahasiswa UMY menciptakan alat pendeteksi dini untuk antisipasi banjir lahar dingin.

Banjir lahar dingin menyebabkan jalan Yogyakarta-Magelang putus (ANTARA)

VIVAnews
- Datangnya banjir lahar dingin yang membawa material vulkanik berupa pasir, kerikil dan batu-batu besar dari Gunung Merapi kini dapat diketahui melalui pesan pendek atau SMS. Sehingga warga yang berada di sekitar kawasan tersebut cepat tanggap ketika banjir lahar dingin melanda kawasan pemukiman dan jalur transportasi.

Hal ini disampaikan Estu Jati Pratitis, Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berhasil menciptakan alat pendeteksi banjir lahar dingin, di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis, 1 Desember 2011

Bersama kedua dosen pembimbingnya Agus Jamal dan Iswanto, Estu menciptakan alat tersebut selama delapan bulan dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Selain itu metode yang digunakan adalah mendeteksi adanya getaran atau tumbukan yang terjadi sebagai sinyal awal akan datangnya banjir lahar dingin.

Estu mengungkapkan bahwa prinsip kerja dari alat ini adalah mendeteksi adanya getaran. Besarnya getaran dinyatakan pada besaran frekuensi (Hz) dan Analog to Digital Converter (ADC).

“Frekuensi menjadi parameter utama sebagai acuan besarnya getaran dibandingkan ADC, dan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam satu detik yang diterima sensor,” ungkapnya.

Untuk cara kerja dari alat tersebut, Estu menjelaskan bahwa alat pendeteksi banjir lahar dingin itu terdiri dari sensor speaker, rangkaian kontroler, dan rangkaian pengirim SMS.

“Awalnya getaran yang timbul dari material vulkanik akan dideteksi oleh sensor speaker sehingga muncul sebuah sinyal yang disebut sinyal pengkondisi. Lalu sinyal tersebut ditangkap oleh rangkaian kontroler yang tugasnya akan menghitung nilai Frekuensi (Hz) dan ADC yang dihasilkan," jelas Estu.

"Jika hasil frekuensi dan ADC melewati ambang batas lebih dari 1000 Hz, maka akan langsung masuk pada rangkaian modul pengirim SMS dan pesan akan bahaya banjir lahar dingin akan segera terkirim ke telepon seluler penerima SMS tersebut,” lanjutnya.

Estu juga menambahkan alat ini berfungsi sebagai EWS (Early Warning System) atau sistem peringatan dini untuk bencana banjir lahar dingin.

“Alat ini dibuat sebagai sistem peringatan dini dan kami sudah melakukan uji laboratorium dengan melakukan pengujian nilai frekuensi, nilai ADC dan pengujian modul pengiriman sms,” ucapnya.

Estu berharap dengan alat pendeteksi dini banjir lahar dingin ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana.

"Semoga alat ini dapat bermanfaat bagi semua masyarakat terutama yang berada disekitar kawasan yang menjadi langganan banjir. Sehingga mereka jadi lebih siap dan sigap ketika bencana banjir lahar dingin datang,” harapnya.

Laporan: Juna Sanbawa | DIY, umi



VIVAnews
0

5 Mahasiswa UMY Kembangkan Listrik Surya


solarcell home system kreasi mahasiswa UMY

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Prihatin dengan kerapnya pemadaman listrik dari PLN yang berdampak buruk terhadap produktivitas pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), 5 mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengembangkan Solarcell Home System (SHS) sebagai sumber energi sekunder.

Kelima mahasiswa tersebut adalah Ilham Lutfil Anam, Adi wahyudianto, Afief Amrullah, M. Sholeh Masnawan, dan Fikri Ali. Nawawi. Menurut, Ilham Lutfil Anam, pelaku UMKM kerap mengeluhkan penurunan produktivitas akibat pemadaman bergilir. Selain itu, beban puncak di malam hari membuat para pelaku UMKM tidak dapat bekerja saat malam hari.

"Oleh karena itu diperlukan energi alternatif bagi para UMKM. Sehingga mereka dapat tetap bekerja ketika listrik sedang mengalami gangguan atau dalam proses perbaikan." kata Ilham, Jumat (5/8/2011).

"Kami membuat Solarcell Home System atau Sistem Listrik Surya Skala Kecil. Alat ini kami kolaborasikan dengan kinerja listrik dari PLN. Dengan kolaborasi ini, jika terjadi pemadaman listrik, pelaku UMKM tetap dapat bekerja," paparnya.

Cara kerja alat itu, dimulai dengan pemasangan panel surya. Sinar matahari akan ditangkap oleh panel surya. Kemudian energi sinar tersebut melalui Solar Charge regulator (SCR) tersimpan di batere. Saat listrik PLN mati, secara otomatis Automatic Transfer Switch (ATS) akan menyala.

"Sehingga listrik yang berasal dari batere kemudian melalui SCR akan mengalir ke inverter yang berfungsi mengubah tegangan DC menjadi AC, kemudian dialirkan untuk menggantikan energi listrik PLN," katanya.

"Perpindahan tersebut tidak membutuhkan waktu lama. Seperti halnya ketika menggunakan generator set (genset) yang masih memerlukan waktu untuk menyalakan listrik," kata Ilham lagi.

Berbagai keuntungan diperoleh dengan penggunaan sistem ini. Antara lain, potensi radiasi matahari di Indonesia yang tinggi dan merata memudahkan pemanfaatan metode ini. Selain itu, SHS juga tidak membutuhkan bahan bakar, serta ramah lingkungan karena bebas polusi udara dan suara.

Perawatan alat ini pun tergolong mudah dan sederhana. Sebab, dalam proses kerjanya tidak ada komponen yang bergerak. Karya ini telah diujicobakan di salah satu UMKM konveksi di Jawa Tengah.


KOMPAS.com
0

Robot Berkamera untuk Area Berbahaya

robot karya mahasiswa UMY

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Muhamad Yusvin Mustar, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil membuat robot berbentuk tank yang menggunakan kamera Closed Circuit Television (CCTV) wireless dan menggunakan microcontroller.

Yusvin Mustar menuturkan, melalui robot yang dibuatnya, pemantauan secara langsung di tempat yang diduga berbahaya dapat dilakukan dengan aman. "Misalnya bangunan tersebut nyaris roboh, maka robot itu dapat dikendalikan secara jarak jauh sehingga orang tetap bisa memantau keadaan apakah bangunan di dalamnya cukup aman untuk dimasuki atau tidak," kata Yusvin di Kampus Terpadu UMY, Kamis (23/6/2011) kemarin.

"Selain itu, robot juga berfungsi untuk mengetahui apakah di dalam ruangan tersebut terdapat benda berbahaya, misalnya bom. Sehingga ketika memang berbahaya, maka risiko kecelakaan dapat dikurangi," sambungnya. "Orang cukup mengetahui apa yang ada dalam ruangan melalui pantauan robot berkamera yang gambarnya dapat dilihat di layar komputer," tambahnya.

Dalam penuturannya, robot tersebut dapat bergerak ke depan, mundur ke kanan maupun ke kiri. "Kamera yang digunakan pun juga bisa bergerak ke kanan, kiri, atas, bawah. Orang bisa menggerakkan menggunakan remote," tambahnya.

Robot ini dapat bekerja optimal pada kondisi jarak 1-11 meter. "Sedangkan ketika hanya untuk menjalankan robot tanpa menggunakan sistem penggerak kamera dan sensor tabrak, robot dapat bekerja maksimal pada kondisi jarak 1-27 meter," tuturnya.

Yusvin menambahkan, robot ini dapat beroperasi di dua tempat baik di dalam maupun luar ruangan. "Selain itu robot dilengkapi dengan sensor tabrak berupa switch yang berada pada bagian depan, belakang, sisi kiri dan kanan robot. Nantinya ketika sensor robot menabrak rintangan di depan atau samping, maka sensor dalam remote control akan menyala sehingga kita dapat mengetahui kondisi robot pada saat mendapat rintangan," katanya.


KOMPAS.com
0

Mahasiswa UMY Ciptakan Alat Pemantau Ketinggian Air

YOGYAKARTA--MICOM: Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas Muhammadiyah berhasil menciptakan alat pemantau ketinggian permukaan air dengan sistem Gray Code dengan jangkauan ukur yang lebih luas.

Karena itu, alat itu bisa diaplikasikan untuk mengantisipasi bencana banjir, mengukur ketinggian muka air pada kawasan bendungan atau yang lainnya.

Asep Nurdiansyah mengatakan, alat ciptaannya itu memiliki kemampuan yang lebih baik ketimbang peralatan yang sudah ada selama ini seperti potensiometer ataupun ultrasonik yang dianggap masih kurang efektif dan berkemampuan lebih terbatas. Penerapan teknologi Gray Code (encoder gray) akan memperkecil kemungkinan alat mudah aus seperti pada potensiometer.

Ia menambahkan, alat ciptaannya itu juga berkemampuan untuk mengukur perubahan ketinggian air yang lebih dalam dibanding peralatan ultrasonik yang hanya mampu sampai dengan jarak 160 cm. "Alat ini mampu mengirim sinyal adanya perubahan ketinggian muka air langsung ke ponsel sehingga pemantau tidak perlu berada di lokasi," katanya.

Secara rinci, alat itu terdiri dari empat bagian utama, yakni sensor, pengolah, penampil, dan media transmit. Sensor yang digunakan berupa rotary encoder yang biasa digunakan pada sistem pengendali robot dan motor drive.

Pengolah berupa unit microcontroler ATMega162. Media penampil menggunakan LCD. Transmit menggunakan teknologi SMS berbasis GSM. (AU/OL-5)


MediaIndonesia
0

Mahasiswa UMY Temukan Kontroler Terapi Oksigen Berbasis Mikrokontroler

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Fadli Damopolii menemukan alat pengendali pemberian terapi oksigen berbasis mikrokontroler.

"Alat itu memungkinkan untuk mengatur volume oksigen dan jangka waktu pengeluaran oksigen dalam terapi kesehatan," kata Fadli saat memaparkan hasil karyanya berupa alat pengendali pemberian terapi oksigen berbasis mikrokontroler, di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, alat pengendali pemberian terapi oksigen itu menggunakan mikrokontroler sebagai pusat pengolahan data dan motor "stepper" sebagai kontrol putaran "valve" tabung oksigen. Kedua komponen tersebut saling terkait sehingga mampu menjadi alat pengontrol penggunaan oksigen pada terapi oksigen.

"Penggunaan komponen mikrokontroler memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan dengan alat manual, yakni dalam keakuratan dan kecepatan," katanya.

Ia mengatakan panel kontrol pada mikrokontroller menjadikan praktisi kesehatan dapat lebih mudah memberikan kadar dan dosis pemakaian oksigen lebih tepat dan sesuai kebutuhan pasien. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan juga lebih hemat.

"Otomatisasi pada tabung oksigen itu menjadikan alat tersebut mampu mengatur volume oksigen dan jangka waktu pengeluaran oksigen. Alat itu juga mampu mengurangi terbuangnya oksigen secara percuma sebagaimana yang terjadi pada proses terapi oksigen manual," katanya.

Alat itu, menurut dia, dapat dipindahkan dari satu tabung ke tabung lain dengan mudah karena memiliki struktur portabel. Untuk mengontrol pemberian terapi oksigen juga dibuat sesuai dengan kondisi dan keadaan yang sering dijumpai di rumah sakit.

Ia mengatakan, inspirasi untuk menciptakan alat itu didasarkan atas pengalaman pribadi dengan alat terapi oksigen yang masih manual sehingga kurang efektif dan efisien dalam pemanfaatannya. Saat melakukan terapi oksigen, tenaga kesehatan harus menunggu sampai alat tersebut berhenti beroperasi.

"Hal itu terjadi karena alat tersebut belum memiliki 'timer' untuk mengatur berapa lama waktu yang akan digunakan dalam melakukan terapi sehingga para petugas kesehatan harus menunggu. Tenaga kesehatan juga sering mengalami kesulitan dalam menakar jumlah pemberian oksigen kepada pasien," katanya.


Republika
0

UMY Ciptakan Alat Pengukur Karbonmonoksida

YOGYAKARTA--MICOM: Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Syukri menciptakan alat pengukur karbonmonoksida di udara yang dapat diakses melalui telepon seluler.

"Melalui alat itu masyarakat dapat mengetahui tingkat kadar karbonmonoksida (CO) yang ada di udara, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya udara yang bersih," kata Muhammad Syukri di Yogyakarta, Sabtu (26/2).

Menurut dia, alat tersebut mampu diakses melalui telepon seluler, sehingga masyarakat yang ingin mengetahui kadar pencemaran gas karbonmonoksida di suatu tempat dapat mengaksesnya. Alat itu juga dapat digunakan lembaga pemerintah untuk memantau tingkat polusi udara.

"Cara kerja alat ini cukup sederhana, yakni diletakkan di tempat yang diduga banyak polusi misalnya ruangan untuk merokok, jalan raya, terminal, garasi, dan tempat parkir. Alat itu sudah dilengkapi sensor, sehingga ketika ada asap atau udara yang mengandung gas karbonmonoksida, langsung akan terdeteksi," katanya.

Selanjutnya sinyal akan diteruskan ke mikrokontroler, sebuah alat yang digunakan untuk memproses atau mengolah dan mengontrol sinyal masukan. Alat itu kemudian disambungkan dengan sebuah telepon seluler yang berfungsi menerima pesan dan membalas pesan yang masuk.

"Jika ingin mengetahui kadar karbonmonoksida suatu tempat, orang tinggal mengirimkan pesan pendek (sms) dengan format tertentu ke nomor telepon seluler yang telah disambungkan ke alat tersebut," katanya.

Menurut dia, jika ingin mengetahui kadar karbonmonoksida, orang tinggal sms dengan mengetik DT dan dikirimkan ke nomor telepon seluler yang sudah disambungkan, dan pesan tersebut akan masuk dan dibalas oleh alat itu. Misalnya, memperoleh balasan sms kadar CO:25 ppm.

"Saya berharap melalui alat ini akan lebih memudahkan masyarakat yang ingin mengetahui kadar karbonmonoksida di lokasi tertentu tanpa harus menunggu di tempat itu. Tinggal meletakkan alat tersebut, kemudian mengirimkan sms, dan akan diketahui hasilnya," katanya.

Dengan demikian, kata dia, ketika mengetahui tingginya kadar karbonmonoksida akan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya udara bersih, dan bahaya polusi udara.

Ia mengatakan karbonmonoksida berbahaya bagi manusia. Pada kadar 100 hingga 800 part per million (ppm) dapat menyebabkan sakit kepala, rasa mual, dan muntah.

"Pada tingkat yang lebih tinggi dapat menyebabkan ketidaksadaran, kerusakan otak, bahkan kematian. Sifat-sifat itulah yang kemudian menjadikan gas CO dijuluki sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer," katanya. (Ant/OL-9)


MediaIndonesia
0

UMY Kembangkan Alat Deteksi Dini Tanah Longsor

ilustrasi (ANTARA/MARIL GAFUR)

Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengembangkan alat deteksi dini tanah longsor yang mampu mendeteksi curah hujan dan tekanan air dalam tanah.

"Alat itu juga dilengkapi sensor yang akan mengeluarkan suara nyaring seperti sirine ketika tanah bergerak dalam jarak tertentu," kata dosen Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Iswanto di Yogyakarta, Kamis.

Selain sirine, menurut dia, alat itu juga akan langsung mengirimkan pesan melalui "sms" yang melaporkan potensi tanah longsor. Untuk mencegah respons atau jaringan "sms" yang padat, alat itu juga dilengkapi fungsi telepon.

Dengan demikian, ketika terjadi potensi longsor alat itu langsung menghubungi nomor telepon yang sebelumnya sudah disimpan dan diatur cara kerjanya. Misalnya, nomor telepon kepala desa atau aparat desa yang lain.

"Kami berharap melalui alat tersebut korban jiwa akibat tanah longsor dapat ditekan. Melalui alat itu diharapkan tidak banyak korban jiwa ketika terjadi tanah longsor karena sudah diberikan peringatan terlebih dulu," katanya.

Ia mengatakan, tanah longsor merupakan salah satu bencana yang rawan terjadi di Indonesia, sehingga diperlukan alat yang mampu mendeteksi tanah longsor yang dapat menekan atau mencegah terjadinya korban jiwa.

Selama ini alat-alat deteksi longsor cenderung mahal sehingga tidak semua lapisan masyarakat yang tinggal di daerah longsor dapat memiliki alat tersebut.

"Oleh karena itu, diperlukan alat deteksi longsor yang lebih terjangkau masyarakat dengan deteksi yang lebih akurat," katanya.

Menurut dia, alat deteksi longsor biasanya hanya memberikan informasi mengenai curah hujan kemudian dipasang kamera yang akan menampilkan jika terjadi longsor. Hal itu selain kurang efektif, harganya juga cenderung belum terjangkau masyarakat.

"Dalam hal ini diperlukan alat yang lebih efektif dan terjangkau sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi lebih dini terkait tanah longsor. Alat seperti itu yang saat ini kami kembangkan," katanya.(B015*H010/B010)


ANTARAnews