0

Minim, Dukungan terhadap Riset Pangan

JAKARTA, KOMPAS.com Ketergantungan terhadap teknologi bahan pangan dari luar sebenarnya bukan karena Indonesia tidak memiliki peneliti andal, melainkan disebabkan kurangnya support pemerintah terhadap peneliti dan para petani.

"Kalau dibilang mampu, saya rasa peneliti kita mampu untuk menghasilkan teknologi bahan pangan karena peneliti kita kreatif. Buktinya, kalau pergi ke Singapura atau negara lain, mereka jadi peneliti top," kata Purwiyatno Hariyadi, Ketua Perhimpuan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), di sela-sela acara Konferensi Pers Food Ingredients, Senin (29/9/2010).

Menurut Purwiyatno, yang menjadi kendala utama adalah kontinuitas peneliti yang berdasarkan dana. "Kesulitan penelitian adalah dana, maka peneliti akan mencari dana dan biasanya dana didapatkan dari penelitian apa yang sedang dibutuhkan sehingga tidak ada penelitian yang continue," kata Purwiyatno.

Selain dana dan fasilitas, peneliti juga membutuhkan program jangka panjang dari pemerintah. “Harus ada program jangka panjang yang membuat peneliti secara tekun dan pasti menekuni sesuatu yang ia tekuni. Seperti diberi target 5 tahun, harus ada teknologi yang bisa dihasilkan,” kata Purwiyatno.

Namun, Purwiyatno juga mengakui bahwa persoalan teknologi bahan pangan juga tidak bergantung dari peneliti semat-mata, tetapi juga dari ketersediaan bahan baku yang dijadikan obyek penelitian.

“Harusnya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, juga turut berpartisipasi, termasuk pengorganisasian kampung, memberikan pelatihan, asuransi kalau terjadi kegagalan,” kata Purwiyatno.

“Petani kita umumnya lemah secara kapital, tidak mampu bertahan lama karena simpanannya kecil. Itu kan perlu mekanisme yang diberikan pemerintah kepada mereka sehingga pemerintah perlu men-support program-program mereka. Dalam hal ini, investasinya juga termasuk waktu,“ kata Purwiyatno.

Oleh karena itu, Purwiyatno memberikan solusi, “Bagi petani cobalah diberikan mekanisme yang memberikan insentif kalau dia melakukan itu (menanam bahan pangan secara kontinu), dan diisentif kalau tidak melakukan itu.”

Purwiyatno mencontohkan Thailand. Di sana terdapat satu daerah yang diminta menanam durian. Bagi yang menanam durian, mereka akan mendapatkan insentif. Kalau menanam yang lain, mereka harus bayar, tetapi bukan berarti tidak boleh. "Bentuknya seperti pendekatan atau faktor pendorong," kata Purwiyatno.

Dengan demikian, Purwiyatno menyatakan bahwa apabila pemerintah melakukan upaya-upaya tersebut, maka bukan tidak mungkin Indonesia menggunakan teknologi bahan pangan yang berasal dari penelitian dalam negeri.


KOMPAS
0

Peneliti Asal Kendal Raih Penghargaan di AS

Ini merupakan penghargaan kedua bagi Ali Khumaeni, peneliti laser plasma spectroscopy

Ali Khumaeni saat bekerja di laboratorium Fukui (2007) (Dokumentasi Pribadi Ali Khumaeni)

VIVAnews – Seorang mahasiswa Indonesia berhasil menerima penghargaan tingkat internasional bidang aplikasi Laser Plasma Spectroscopy atau Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) di Amerika Serikat (AS). Dia adalah Ali Khumaeni.

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka mengungkapkan bahwa peneliti asal Kendal berusia 27 tahun itu merupakan mahasiswa program master dari Universitas Fukui, Jepang. Makalah Khumaeni dianggap sebagai yang terbaik untuk kategori mahasiswa pasca sarjana di "6th International Conference on LIBS" di kota Memphis, Tennessee, AS, pada 13-17 September 2010.

"Konferensi Internasional LIBS merupakan konferensi terbesar bidang laser plasma spektroskopi yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali," demikian siaran pers dari KJRI Osaka. Dalam konferensi tersebut, ratusan mahasiswa paskasarjana, para ahli LIBS, profesor, dan perusahaan yang bergerak di bidang optik, laser, dan imaging hadir untuk menyampaikan gagasan, ide dan perkembangan serta kemajuan hasil riset terkini bidang LIBS.

Makalah Khumaeni berjudul "Direct Analysis of Powder Sample Using Transversely Excited Atmospheric CO2 Laser-Induced Metal-Assisted Gas Plasma at 1 atm by Introducing the Powder Particles into the Plasma." Artikel itu dinilai para juri dan ahli LIBS sebagai makalah dengan orisinalitas terbaik kedua.

Menurut Khumaeni, makalah tersebut juga akan dimuat di Jurnal Internasional Analytical and Bioanalytical Chemistry. "Ini adalah kali kedua setelah sebelumnya mendapatkan penghargaan sebagai Young Scientist Award dari International conference on laser probing di Nagoya, Jepang, pada Oktober 2008," kata Khumaeni. “Saya sangat bersyukur hasil riset di lab mendapat pengakuan internasional.”

Selain di LIBS, Khumaeni telah banyak menulis di beberapa jurnal internasional tentang applied spectroscopy, fisika terapan, dan pendidikan fisika.

Bidang LIBS saat ini berkembang sangat pesat di Amerika dan Eropa. Di Asia, bidang ini mulai menarik perhatian para ilmuwan dari Jepang, Korea, China, dan Hong Kong. LIBS kini menjadi teknologi alternatif masa depan untuk analisis material semua fase baik padat, cair, maupun gas.

Menurut Khumaeni, LIBS mulai diaplikasikan sebagai metode analisis atom dan molekul dalam material di semua bidang termasuk pembangkit tenaga nuklir dan industri nuklir, polusi lingkungan, industri makanan, industri obat-obatan (farmasi dan kedokteran), pertanian dan perkebunan, arkeologi, thin film, forensik, safety and security, luar angkasa, dan lain-lain. (kd)

0

BPPH KEMBANGKAN SISTEM CONTROL ABILITY KAPAL SELAM

Isu-isu pertahanan dan keamanan berkaitan dengan masalah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin sering bermunculan. Untuk menanggapi masalah-masalah tersebut serta menjaga kedaulatan NKRI maka kehandalan dan kelengkapan alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI sangat diperlukan.

“Sebagai negara maritim, idealnya diperlukan alutsista laut yang handal dan lengkap, tetapi belum dapat diwujudkan karena keterbatasan dana dan adanya efek berantai yang timbul akibat embargo. Dampak embargo ternyata tidak selalu merugikan. Berkat embargo muncul semangat untuk mengurangi ketergantungan pembelian alutsista luar negeri”, ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (BPPH), Erwandi saat ditemui di ruang kerjanya, Surabaya (22/09).

Lebih lanjut, Erwandi mengatakan bahwa salah satu alutsista laut yang strategis dan sarat dengan muatan teknologi tinggi, serta mempunyai efek psikologis yang tinggi terhadap lawan adalah kapal selam. “Karena itulah, sejak tahun 2007 UPT-BPPH bekerjasam dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI-AL serta dukungan dari Departemen Pertahanan mulai melakukan desain kapal selam berukuran kecil dengan panjang 22 meter dan menguji modelnya di tangki uji tarik dan di tangki kolam lebar untuk percobaan maneuver di laboratorium BPPH”.

“Tahun 2010 ini kami berencana untuk merancang sistem control ability kapal selam. Sistem ini nantinya dapat berperan dalam mengontrol gerak kapal secara horizontal, vertikal, menyelam, atau naik ke permukaan laut kembali. Selain itu, rencana ke depan kami juga akan mengembangkan penelitian tentang sumber-sumber noise dari propeller kapal selam. Jadi dengan berkurangnya noise pada kapal selam maka gerakan kapal selam akan sulit terdeteksi oleh musuh”, jelas Erwandi.

“Saya berharap, nantinya Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri. Hal itu tentunya akan menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa kita. Tapi memang tahapannya tidak bisa langsung membuat kapal selam yang besar, harus bertahap. Yang terpenting sekarang ini saya ingin berhasil mengembangkan sistem control ability kapal selam. Karena jika kita sudah memiliki teknologi control ability ini, maka kita dapat membuat kapal selam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan baik untuk pertahanan keamanan maupun pariwisata. Tinggal bagaimana nanti desain kapal selamnya dibuat”, tegasnya. (KYRA/humas)


bppt.go.id
0

Teknologi 3G Kurang Mendapat Tanggapan di Indonesia

London (ANTARA News) - Penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia pernah berharap besar dengan teknologi 3G yang aplikasi berbasis teknologi dengan harapan terjadi perbaikan pada revenue per user, pada kenyataannya layanan mobile TV yang dijalankan infrastruktur 3G milik operator nasional tidak memperoleh tanggapan dari pelanggan.

Hal itu disampaikan pakar telekomunikasi Indonesia Andri Qiantori yang menjadi salah satu pembicara di International Conference on Wireless and Mobile Communications, yang berlangsung di Valencia, Spanyol dari tanggal 19 sampai 26 September.

PhD candidate di University of Electro-Communications, Tokyo kepada koresponden Antara London dalam surat elektroniknya, Senin mengakui begitu besar harapan yang dibebankan pada salah satu layanan multimedia seperti mobile TV yang diharapkan menjadi awal kisah suskses layanan digital mobile TV yang implementasinya terus dilakukan secara progresif.

Menurut Andri Qiantori, user acceptance model yang telah diperbaiki pernah dilakukan uji coba pada pengguna mobile TV di Indonesia Januari lalu dan juga pada pengguna layanan mobile TV Jepang sejak awal September .

Begitu pula harapan yang dibebankan pada salah satu layanan multimedia seperti mobile TV Namun pada kenyataannya layanan mobile TV yang dijalankan operator nasional belum mendapatkan tanggapan yang baik dari pelanggan, ujarnya menambahkan bahwa lisensi 3G diberikan kepada tiga operator pemenang tender baru baru ini.

Dikatakannya ketika suatu layanan telekomunikasi tidak menarik minat pengguna, maka penyedia jasa akan segera berasumsi bahwa ongkos layanan yang harus dibayar menjadi penyebab utama kegagalannya.

Sayangnya evaluasi selalu berfokus hanya pada usaha mereduksi ongkos layanan agar menjadi lebih kompetitif walapun akhirnya harus menanggung tekanan keuangan yang berat, ujar Andri Qiantori yang membahas ?3G Mobile TV Acceptance in Indonesia.?

"Andri Qiantori , PhD candidate tahun ketiga dari Social Intelligence and Informatics Lab di Graduate School of Information Systems, University of Electro-Communications, Tokyo salah satu tema riset disertasi tentang ICT diffusion di developing countries.

Menurut Andri, adalah mudah untuk menduga tingginya ongkos yang harus dikeluarkan pengguna menjadi penyebab, namun apakah hal tersebut dapat dibuktikan secara scientific belum pernah dilakukan.

User acceptance model yang ada selama ini dikenal masih belum dapat memperbaiki tingkat akurasi terutama pada layanan yang punya karakteristik khusus dan ada pada lingkungan dengan interaksi sosial yang tidak terduga.

Untuk itu diperlukan perbaikan model yang dapat mengakomodasi dengan lebih lengkap setiap faktor yang mempengaruhi pelanggan mobile TV dalam mengambil keputusan untuk menggunakan layanan tersebut.

Diakuinya elemen-elemen yang membangun sikap seorang pengguna layanan masih harus dilengkapi dengan alasan utama dalam layanan yang menjadi critical factor seperti kualitas dan ketersediaan (availability).

Pengaruh besar dari luar individu juga ditambahkan seperti ketergantungan pada lingkungan sosial terdekat yang tentunya tawaran ongkos layanan yang akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

Faktor-faktor utama yang diduga mempengaruhi user accepatance pada kedua lingkungan sosial yang berbeda ini menunjukkan lingkungan sosial masyarakat Indonesia sangat didominasi oleh pengaruhi lingkungan terdekat dibandingkan sikap rasional mereka terhadap ongkos layanan yang tawarkan penyedia jasa telekomunikasi.

Hasil ini berbeda signifikan dengan masyarakat pada lingkungan sosial yang lebih terbiasa dengan inovasi dan teknologi baru yang menunjukan pengaruh lingkungan sosial terdekat dalam pengambilan keputusan menjadi tidak berarti, demikian Andri Qiatori ayah dari Adziqa Amara Qiantori dan Faiq Farrasi Qiantori dari hasil perkawinannya dengan Dokter Irma Ruslina, yang bekerja di Sariasih Hospital, Hasan Sadikin Bandung. ‎ (ZG/K004)


antaranews
0

LIPI Tetapkan Dua Spesies Prioritas

Meranti-merantian (Dipterocarpaceae )(photo: flickr.com)

TEMPO Interaktif, Bogor - Sadar akan ancaman kepunahan spesies langka di tanah air, sejumlah ahli tanaman dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penetapan spesies prioritas konservasi untuk dua famili tanaman langka.

Penetapan kedua famili tanaman langka itu dilakukan pada sebuah workshop yang berlangsung di Gedung Konservasi PKT Kebun Raya Bogor hingga besok, dengan tema Penetapan Spesies Prioritas Konservasi : Dipterocarpaceae dan Thymelaeaceae.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Konservasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI, Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc yang juga sebagai penggaas awal diluncurkannya spesies konservasi, menjelaskan berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN) tahun 2009 ditemukan sebanyak 386 spesies di Indonesia yang termasuk dalam kategori kritis (critically endangered), genting (endangered) dan rawan (vulnerable).

Bahkan, kata Didik, apabila studi-studi yang lebih cermat dan intensif dilakukan, dipercaya jumlah sebenarnya spesies tumbuhan Indonesia berkategori terancam kepunahan lebih besar dari angka tersebut. ''Spesies-spesies tumbuhan Indonesia yang masuk dalam kategori terancam tersebut berasal dari 44 famili, jumlah terbesarnya atau sebanyak 37% di sandang oleh spesies-spesies dari famili Dipterocarpaceae,'' kata Didik.

Sejauh ini, lanjut Didik, tumbuhan Indonesia terancam kepunahan yang telah dikolehsi di Kebun Raya Indonesia mencapai 83 spesies atau 21,5% dari jumlah total tumbuhan Indonesia yang masuk dalam kategori terancam. ''Ke 83 spesies itu belum termasuk spesies-spesies Nepenthes koleksi Kebun Raya Indonesia,'' paparnya.

Ahli tanaman lainnya yang juga terlibat dalam penetapan spesies yang mendapat prioritas untuk dikonservasi adalah Harry Wiriadinata dari Herbarium Bogoriense, P2Biologi LIPI, ia menjelaskan Thymeleaceae adalah jenis tumbuhan karas-karasan dari marga Aquilaria dan Gyrinops. ''Dari 15 jenis Aquilaria tercatat 6 jenis yang dapat menghasilkan resin gaharu,'' ujar Harry.

Sedangkan Famili Dipterocarpaceae merupakan satu-satunya suku yang memiliki potensi besar dalam hal kayu seperti Meranti, Kapur, Bengkirei serta Pinang Jawa. ''Celakanya lagi jenis-jenis tersebut tumbuh di dataran rendah, sehingga potensi kepunahannya sangat besar akibat konversi lahan,'' kata Harry.

Pada tahun sebelumnya LIPI sudah mengkonservasi sebelumnya empata famili yang terdiri dari 100 spesies sudah dikonservasi, seperti Angrek, paku, palem, kantong semar. Secara keseluruhan tercatat 16 daftar tanaman langka di Indonesia saat ini . ''Karena keterbatasan anggaran dan tenaga ahli paling tidak sudah enam yang kita konservasi,'' papar Harry.

Data lainnya dari IUCN mencatat Indonesia merupakan negara urutan ke 4 setelah Brazil (tumbuhan terancam sebanyak 1.835 spesies), Malaysia (685 spesies), dan China (446 spesies).Diki Sudrajat


0

Korsel dan Jerman Tawarkan Proyek Kapal Selam

Surabaya - Dua perusahaan perkapalan asal Korea Selatan dan Jerman menawarkan proyek pembangunan kapal selam di PT Pal Indonesia.

"Ada dua perusahaan dari Korea Selatan dan Jerman yang mengajukan proposal kerja sama pembangunan kapal selam," kata Direktur Utama PT Pal Indonesia, Harsusanto, di Surabaya, Rabu.


Pertama adalah Daewoo, perusahaan perkapalan asal Korea Selatan yang menawarkan pembangunan kapal selam jenis Changbogo kelas 209.


Disusul kemudian Thyssen/HDW, perusahaan perkapalan asal Jerman, yang juga menawarkan pembangunan kapal selam berkonsep propulsi bebas udara ("air independent propulsion"/AIP).

"Sebenarnya Daewoo juga menawarkan kapal selam berkonsep AIP. Namanya juga Changbogo, tapi kelasnya berbeda," kata Harsusanto.

Kedua perusahaan perkapalan tersebut bersedia membangun kapal selam di Pal, sama seperti yang ditawarkan perusahaan perkapalan asal Belanda, Damen Schelde Netherlands Shipyard (DSNS), yang akan membangun kapal perang jenis perusak kawal rudal.

"Kami juga sudah menyiapkan tempat pembangunan kapal selam di sini. Ada beberapa hanggar yang bisa dimanfaatkan," paparnya.

Menurut dia, pembangunan kapal selam berbeda dengan kapal-kapal permukaan lain. Pembangunan kapal selam, butuh banyak tempat karena sistemnya terdiri atas beberapa modul.

"Dengan adanya kerja sama itu, dapat menekan biaya pembuatan kapal selam di sini karena investasi produksi kapal selam itu sangat mahal," ucapnya.

Harsusanto menjelaskan rencana alih tekonologi untuk pembangunan kapal selam. Untuk kapal selam pertama, teknik perancangan dan instalasi "outfitting" dikerjakan mitra kerja, sedangkan integrasi dan penyelesaian keseluruhan kapal selam dikerjakan Pal.

Pada pembangunan kapal selam kedua, instalasi "outfitting", integrasi, dan penyelesaian keseluruhan ditangani Pal. Selanjutnya kapal selam ketiga, proses seluruhnya diharapkan dikerjakan di Pal.

Hingga saat ini, Pal masih menunggu persetujuan dari pemerintah untuk menentukan tawaran dari dua perusahaan perkapalan tersebut. *


antaranews
0

Pengekstrak Enzim Raih Ristek - Kalbe Science Awards

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Riset dan Teknologi bersama Kalbe Farma menganugerahkan Ristek - Kalbe Science Awards kepada Amarila Malik, seorang ilmuwan yang meneliti tentang sukrosa enzim dari bakteri asam laktat mensintesis exopolysaccharides dan oligosacarides.

Selama empat tahun, dosen di Departemen Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Indonesia ini akhirnya berhasil membuat sediaan yang menjadi bahan baku pembuat produk makanan, obat-obatan dan kosmetik. "Selama ini kita masih impor dari luar," katanya kemarin malam.

Dia berharap dari penelitian yang berhasil menyabet juara pertama dengan judul "sucrose enzymes from lactic acid bacteria synthesizing exopolysaccharides and oligosacarides of potential usia in pharmacerutical applications; identification, isolation, and characterization of sucrose genes and enzymes, elucidation of EPS structures, and evaluation of functional properties" ini dapat bermanfaat bagi pengembangan produk. "Ini baru permulaan saja," ujarnya.

Selain Amarila, penghargaan Science Awards ini juga diberikan kepada Elin Yulinah Sukandar, pengajar pada Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. Dalam perlombaan ini, Elin membuat penelitian tentang "pengembangan sediaan fitomarmaka. KOmbinasi ekstrak kunyit dan bawang putih sebagai antidiabetes dan antihiperlipidemia."

Adapun juara ketiga disabet oleh Ahmad Faried, dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dengan peneltian "clinical potential of a novel chemically synthesized sugar-cholestanol compounds targeting multiple signaling pathways to induced cell death in malignancy".

Ketiga pemenang itu mendapatkan hadiah masing-masing Rp 50 juta, Rp 30 juta dan Rp 15 juta. Dari perlombaan yang digelar setiap dua tahun ini, panitia mencatat 151 orang peserta yang mengikuti ajang Sceice Award kemudian delapan orang juri dari Kementerian Ristek dan PT. Kalbe Farma memerasnya menjadi sepuluh finalis.

"Sangat sulit untuk menentukan penelitian mana yang bisa menghasilkan produk bermanfaat," kata staf ahli bidang kesehatan dan obat Kementerian Riset dan Teknologi, Amin Soebandrio.(Rini K)



tempointeraktif
0

Motor Matic Disulap Jadi Pemotong Rumput

YOGYAKARTA--MI: Motor matic yang dimodifikasi menjadi mesin pemotong rumput dari Provinsi Lampung ikut dipamerkan dalam gelar Teknologi Tepat Guna XII di Yogyakarta, 22-26 September 2010.

"Mesin pemotong rumput ini adalah karya siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara," kata salah seorang staf Badan Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang Teknologi Tepat Guna Pemerintah Kabupaten Lampung Utara Adi Guna Akip di sela pameran, di Yogyakarta, Kamis (23/9).

Menurut dia, siswa SMKN 3 Kotabumi itu mampu memodifikasi motor matic berkapasitas mesin 125 CC dengan motor pemotong rumput portabel.

Ia mengatakan untuk menggerakkan mesin pemotong rumput hasil modifikasi dengan motor matic ini, bahan bakarnya adalah premium 16 liter. "Setiap satu jam menghabiskan satu liter premium," katanya.

Mesin pemotong rumput tersebut bisa dioperasikan selama 16 jam. "Namun, pemakaiannya secara estafet di lahan seluas satu hektare," katanya.

Adi Guna mengatakan dipilihnya motor jenis matic untuk dimodifikasi dengan motor pemotong rumput portabel karena dengan motor matic lebih mudah dalam perakitannya, karena tanpa gear.

"Motor pada mesin matic ini lebih mudah dimodifikasi dengan jenis motor lain, dan mudah untuk mendapatkan motor matic," katanya.

Menurut dia, mesin pemotong rumput hasil modifikasi tersebut telah diujicoba di lahan perkebunan kelapa sawit di beberapa wilayah di Kabupaten Lampung Utara.

"Masyarakat menyambut baik adanya mesin pemotong rumput hasil modifikasi ini, dan dalam waktu dekat akan diperkenalkan ke berbagai wilayah lain di Provinsi Lampung," katanya.

Ia mengatakan dengan adanya mesin pemotong rumput ini diharapkan memotivasi pelajar lainnya agar mengembangkan kreativitas mereka bagi kepentingan masyarakat luas.

"Selain memberi manfaat kepada para petani, kami juga berharap adanya inovasi seperti ini, bisa menggugah keinginan masyarakat menggunakan barang-barang di sekitarnya untuk kemanfaatan yang lebih besar," katanya.

Menurut Adi Guna, rencananya mesin pemotong rumput ini akan dijual di pasaran sehingga memberi kemudahan bagi para petani. "Dengan adanya mesin pemotong rumput ini diharapkan dapat membantu para petani dalam menyiangi lahannya secara cepat, tanpa harus menggunakan peralatan manual yang membutuhkan waktu yang lebih lama," katanya.(Ant/OL-9)



mediaindonesia