0

Telkom Bangun Ribuan Hotspot

SURABAYA--MICOM: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menyiapkan ribuan titik hotspot atau wifi di berbagai lokasi di seluruh Indonesia untuk mendukung percepatan akses internet masyarakat.



Executive General Manager Divisi Pelayanan Konsumen Telkom Area Timur Sukardi Silalahi yang dihubungi dari Surabaya, Jawa Timur, Senin (29/8), menjelaskan pembangunan titik hotspot dilakukan bersama anak perusahaan dan unit-unit bisnis di bawahnya seperti Telkomsel, Speedy, dan Flexi.



"Ini bentuk komitmen Telkom untuk mempermudah akses informasi bagi masyarakat, sehingga bangsa Indonesia makin maju dan cerdas," katanya.



Menurut Sukardi, pembangunan ribuan titik hotspot tersebut sebagai tindak lanjut dari pencanangan program "Indonesia Wifi" oleh Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah beberapa waktu lalu.



Pembangunan instalasi titik hotspot dilakukan secara simultan dengan alokasi tempat yang berbeda-beda antara Telkomsel, Speedy, dan Flexi.



Telkomsel memberikan prioritas pemasangan hotspot di pusat-pusat perbelanjaan, kemudian Flexinet di pusat perbelanjaan dan lembaga pendidikan, sedangkan Speedy di ruang-ruang publik yang banyak digunakan masyarakat.



"Nantinya, berbagai lokasi akan terpasang hotspot milik Telkom dan masyarakat pengguna produk Telkom bisa mengakses internet di lokasi tersebut," ujar Sukardi.



Ia menambahkan, dari sekitar 5.400 titik hotspot yang akan dibangun Telkomsel, lebih kurang 516 titik sudah terpasang. Sedangkan 312 titik hotspot Speedy saat sudah dioperasikan dari rencana sekitar 2.000 titik yang akan dibangun di wilayah Jatim hingga kawasan timur Indonesia. (Ant/OL-2)





MediaIndonesia

0

Lebaran, Pertaruhan Operator Seluler

INILAH.COM, Jakarta – Musim mudik dan Lebaran juga menjadi hajatan sekaligus pertaruhan operator seluler. Jaringan pun diperkuat untuk menghadapi lonjakan panggilan maupun trafik data.

Lihat saja operator seluler PT XL Axiata Tbk meningkatkan kapasitas jaringan hingga dua kali lipat menghadapi lonjakan trafik komunikasi menghadapi Ramadhan dan Lebaran 2011. Menurut Dirut XL Axiata, Hasnul Suhaimi, baru-baru ini, kapasitas jaringan XL yang disediakan mampu menampung lonjakan trafik baik percakapan (voice), SMS, maupun data internet.

"Saat Ramadhan dan Lebaran biasanya lonjakan trafik mencapai 30 persen dibanding hari biasa. Untuk itu kami siapkan kapasitas hingga dua kali lipat," papar Hasnul. XL menyiapkan kapasitas agar mampu menampung hingga 1,26 miliar SMS per hari, menangani 1,06 miliar menit percakapan, dan trafik data hingga 66 terabytes.

Vice President Network Operation Center XL Robert Dedi Purwanto mengatakan trafik percakapan (voice) di saat normal mencapai 530 juta menit per hari, trafik SMS 630 juta SMS per hari, sedangkan trafik data internet mencapai 33 terabytes. "Saat Ramadhan dan Lebaran seluruh layanan tersebut akan meningkat sekitar 30 persen dibanding hari-hari biasa," ujarnya.

Hingga saat ini XL memiliki 24.000 BTS terdiri atas BTS 2G/3/ yang tersebar di seluruh Indonesia. Sementara hingga kuartal III 2011 XL mencatat jumlah pelanggan sebanyak 39,3 juta nomor.

Telkomsel juga telah melakukan optimalisasi seluruh elemen jaringan untuk menghadirkan jaringan terluas dan berkualitas dengan kapasitas yang lebih besar demi memberikan kenyamanan berkomunikasi bagi pelanggan pada musim mudik dan Lebaran tahun ini.

Menurut GM Corporate Communications Telkomsel Ricardo Indra, untuk periode mudik dan Lebaran 2011, Telkomsel telah meningkatkan berbagai sisi elemen jaringannya secara signifikan dibanding 2010 lalu, seperti jaringan dengan jangkauan terluas

Di sepanjang jalur mudik Sumatera-Jawa-Bali ketersediaan sinyal sangat memadai berkat dukungan jaringan Telkomsel yang menjangkau seluruh kecamatan hingga pedesaaan, bahkan di jalur laut, melalui penggelaran BTS Pico via satelit VSAT IP di 15 kapal Pelni.

BTS (Base Transceiver Station) hingga saat ini lebih dari 35.000 unit dibanding 2010 yang hanya 29.000 BTS. Khusus di sepanjang jalur mudik Sumatera-Jawa-Bali dilayani sekitar 27.000 BTS. Anak usaha Telkom tersebut juga meningkatkan kapasitas SMS menjadi 83.000 SMS per detik, naik 20% dari hari normal. “Kapasitas jaringan data juga telah ditingkatkan sehingga kami sanggup melayani trafik hingga 88 terabyte,” paparnya.

Seakan tak mau ketinggalan, Indosat juga menambah kapasitas jaringan hingga dua kali lipat untuk mengantisipasi lonjakan trafik saat Lebaran. "Secara teknis, untuk mengantisipasi lonjakan pemakaian pada bulan Ramadhan dan Lebaran 2011, kami melakukan penambahan kapasitas," kata Fadzri Sentosa, Director & Chief Wholesale and Infrastructure Officer Indosat.

Penambahan kapasitas ditargetkan bisa melayani 1,2 miliar SMS per hari dan 14 juta panggilan suara per hari. Mengantisipasi lonjakan konsumsi data, Indosat juga menambah kapasitas sehingga bisa melayani akses sebesar 100 TB data per hari.

Fadzri mengatakan, penambahan itu mencapai 2 kali lipat dibandingkan sebelumnya. Pada 2010, kapasitas pelayanan hanya mencapai 530 juta SMS per hari dan 6 juta panggilan telepon. Adapun penambahan kapasitas data pada tahun itu di bawah seperlimanya, 17 TB per hari. “Kita berharap tak ada cerita SMS tertunda," imbuh Fadzri.

Dua operator CDMA juga telah siap-siap mengantisipasi lonjakan trafik saat Lebaran. Operator seluler berbasis code division multiple access (CDMA) menyiapkan jutaan nomor migrasi. Esia misalnya, menyiapkan 2 juta nomor Gogo, sedangkan Flexi kabarnya sampai menyiapkan 3,5 juta nomor Combo.

Hal itu dilakukan karena kebanyakan operator CDMA hanya mengantongi lisensi fixed wireless access yang hanya bisa digunakan pada satu kode area. Agar dapat digunakan di kota atau lokasi coverage yang berbeda maka para operator mensyaratkan migrasi nomor bagi pengguna CDMA.

Deputy President Director Bakrie Telecom (BTel) sekaligus President Director Bakrie Connectivity Erik Meijer mengatakan, jika Lebaran tahun lalu Esia hanya menyediakan 500.000 nomor Gogo maka menyambut Lebaran tahun ini disiapkan 2 juta nomor Gogo. [mdr]



Inilah
0

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 H





0

Pantau Hilal Lewat 'Streaming' Bosscha

INILAH.COM, Jakarta - Tak perlu lagi repot-repat mendongakkan kepala ke langit. Melihat hilal 1 Syawal bisa lewat streaming internet.

Tanggal 1 Syawal atau Hari Idul Fitri dintentukan oleh posisi hilal atau kedudukan bulan atas bumi. Metode ini juga digunakan untuk menentukan awal puasa Ramadan.



Banyak daerah di Indonesia masih menggunakan cara manual melihat hilal, yakni dengan mata telanjang. Cara ini kadang menemui kendala, jika misalnya bulan tertutup awan atau saat langit mendung.

Untuk mengatasinya, muslim Indonesia punya metode lain yang lebih mudah, yaitu dengan sarana teknologi.



Melihat hilal bisa dilakukan semua orang dengan cara memantau observasi langit melalui streaming online yang diselenggarakan Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) melalui teropong observatorium Bosscha.



Program yang bekerja sama dengan PT Telkom dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (fMIPA ITB) ini diadakan dengan me-relay rekaman kondisi kangit dari 14 titik pemantauan, yaitu Lhoknga (Aceh), Medan (Sumut), UIN Suska (Riau), Lampung, UPI Bandung, Bkt Bela Belu (DIY), Pelabuhan Ratu, Mataram (NTB), Pontianak (Kalbar), Makassar, dan Biak (Papua).



Menurut situs Depkominfo, pengamatan Hilal 1 Syawal 1432H dapat dilaksanakan mulai hari ini (29/8). Tapi ada catatan, “Apabila internet Anda di belakang proxy, ada kemungkinan tidak bisa melihat tayangan ini."



Streaming bisa dilihat di bosscha.itb.ac.id/hilal, dan hilal.kominfo.go.id



Dengan program ini, pemerintah bermaksud memberi pendidikan dengan mengajak masyarakat luas untuk ikut serta memantau hilal. Dengan demikian keputusan 1 Syawal bukan sebatas keputusan Departemen Agama semata. [mor]



Inilah
0

Dulu, Beda Kabupaten, Beda Lebaran

INILAH.COM, Jakarta – Pada abad ke-13, Islam tercatat dalam sejarah Belanda masuk ke Indonesia. Menariknya, pada saat itu, perayaan Hari Raya Idul Fitri bisa berbeda-beda di tiap kabupaten.

Menurut pemaparan Pengamat Sejarah Islam Apipudin, pada zaman dulu kala, penentuan Hari Raya Idul Fitri atau biasa disebut Lebaran bersifat sangat lokal. “Bahkan, di tiap kabupaten bisa berbeda Lebarannya,” ujar Apipudin saat diwawancara melalui telepon baru-baru ini.

Pada sasat itu, proses penentuan Idul Fitri menggunakan metode Rugyah Hilal. Penentuan ini dilakukan selain menunggu kemunculan hilal, mereka juga harus melihatnya. “Selain Wujudul Hilal, harus ada Rugyahtul Hilal juga,” imbuhnya.

Menurutnya, masyarakat zaman dulu masih sangat mengandalkan mata telanjang guna menentukan hilal. “Tak heran jika di tempat yang berbeda, belum tentu Lebaran dirayakan pada hari dan tanggal yang sama”.

Pada saat Islam masuk ke Indonesia di abad ke-13, kota pertama yang didatangi adalah Aceh karena kota itu berada di jalur perdagangan. Setelahnya, Islam pun mulai menyebar ke penjuru Indonesia.

Termasuk, Gresik, Cirebon, Maluku, Makasar dan kota-kota lainnya dan diteruskan ke daerah pedalaman. Pada awalnya, Islam menyebar di daerah pantai, daerah pusat perdagangan kemudian mulai masuk ke pedalaman, seperti di wilayah Jawa Barat dan daerah pedalaman lainnya, jelas Apipudin.

Apipudin menilai, saat masuk Indonesia, penentuan Lebaran tak mengalami akulturasi dari budaya lokal. Perbedaannya hanya terletak pada saat jika dulu orang shalat Ied hanya di masjid atau surau, sekarang shalat Ied bisa dilakukan di lapangan, seperti di Arab.

Dalam beberapa kali Hari Raya Idul Fitri, terjadi ketidaksamaan penentuan 1 Syawal. Pemerintah memang memberi kebebasan masyarakat menentukan hari untuk melaksanakan salat Idul Fitri dan semua umat muslim memiliki cara tersendiri menghitung hari Lebaran.

Tahun ini, menurut MUI, kemungkinan besar Lebaran jatuh pada 31 Agustus. Namun, pemerintah belum mengambil keputusan kapan bisa dilaksanakan Salat Idul Fitri. Keputusan akan diambil saat di sidang Itsbat yang akan diselenggarakan 29 Agustus 2011. [mdr]



Inilah
0

Kominfo: Lebaran, Hindari Broadcast Message!

Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengimbau masyarakat agar efisien dalam memanfaatkan layanan telekomunikasi untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Salah satunya dengan meminimalisir mengirimkan pesan masal alias broadcast message.



Kepala Humas dan Pusat Informasi Kominfo Gatot S. Dewa Broto mengatakan, setiap orang memang berhak untuk saling bertelekomunikasi, namun disarankan untuk dapat menggunakan layanan telekomunikasi secara efisien.



"Jika jaringan yang digunakan sedang penuh, baik itu di sisi pengguna maupun lawan bicara, disarankan untuk menunggu beberapa saat sebelum mencoba menghubungi lagi guna menghindari jaringan menjadi overload," kata Gatot dalam keterangannya, Minggu (28/87/2011).



Selain itu, dalam mengirimkan SMS ucapan Selamat Hari Raya hendaknya tidak dilakukan secara broadcast ke semua handai taulan, kerabat maupun relasi, namun sebaiknya bertahap.



"Sebab antrean di SMS Gateway diperkirakan akan sangat tinggi mengingat saat ini pengguna telepon seluler dan FWA telah mencapai angka di atas 200 juta nomor yang digunakan," lanjutnya.



Imbauan ini juga termasuk untuk penggunaan data internet. Hendaknya dilakukan juga secara efisien dan produktif untuk mengakses hal-hal yang penting saja guna menghindari kepadatan trafik data.



"Meskipun Kementerian Kominfo, BRTI dan para penyelenggara telekomunikasi sudah mengantisipasi peningkatan penggunaan layanan internet, khususnya dengan menggunakan media sosial," Gatot menandaskan.( ash / ash )





detikInet

0

Lapan: Teleskop Tak Mampu Lihat Hilal Rendah

SYAHRUL HIDAYAT/KOMPAS IMAGES Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com — Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin mengatakan, sampai saat ini di dunia tidak ada teleskop yang mampu melihat hilal dengan ketinggian di bawah 4 derajat.



"Problemnya dengan teleskop secanggih apa pun, baik cahaya hilal dan cahaya senja di ufuk sama-sama diperkuat, sehingga hilal di ketinggian rendah tetap sulit terlihat," kata Thomas Djamaluddin di Jakarta, Minggu (28/8/2011).



Ia menanggapi tentang adanya perbedaan pendapat dalam menentukan penanggalan Hijriah seperti penentuan 1 Syawal, 1 Ramadhan, dan lainnya, yakni kriteria wujudul hilal yang menekankan hanya pada hisab dan kriteria Imkan Rukyat yang mengharuskan visibilitas hilal di samping hisab.



"Ketinggian hilal sangat rendah pada 29 Ramadhan (29 Agustus), yakni di bawah dua derajat, maka kemungkinan besar rukyat itu akan gagal melihat hilal, sehingga Ramadhan digenapkan 30 hari dan Idul Fitri seharusnya jatuh pada 31 Agustus," kata Djamal.



Pakar antariksa yang juga anggota Badan Hisab dan Rukyat (BHR) itu menegaskan, cahaya hilal dan cahaya senja berasal dari matahari, jadi panjang gelombangnya sama dan tidak bisa difilter.



Tidak ada teknologi yang mampu melihat hilal (bulan sabit) di bawah 4 derajat, dan secara teori pun tidak ada teknologi yang bisa mengatur tingkat kekontrasan agar hilal bisa lebih tampak dibanding cahaya senja, kecuali ada teknologi yang bisa mematahkan teori tersebut.



"Kriteria hisab yang saat ini digunakan oleh Muhammadiyah seharusnya diperbaiki, kriteria tersebut terlalu sederhana," katanya, sambil menekankan pentingnya penyatuan kriteria penentuan tanggal Hijriah.



Agar bisa merukyat bulan, ujarnya, jarak bulan dan matahari minimal 6,4 derajat dan beda antara tinggi bulan dan matahari dari ufuk minimal 4 derajat. Jadi, hilal baru bisa teramati jika melebihi kriteria itu.



KOMPAS
0

Tenang... 98 Persen Jalur Mudik Ter-"cover" Sinyal Komunikasi!KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN Ilustrasi: Di kota besar seperti Bandung, Semarang, Surabaya,

KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN - Ilustrasi: Di kota besar seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Solo dan Yogyakarta, sinyal ponsel tergolong bagus.



KOMPAS.com
— Urusan mudik bukan cuma urusan transportasi. Perjalanan panjang dan melelahkan membuat pemudik perlu berkomunikasi dan menikmati hiburan.

Bisa dikatakan, handphone adalah perangkat paling memungkinkan, apalagi dengan dukungan akses internet dan koneksi ke jejaring sosial. Sayangnya, urusan sinyal sering kali menyebalkan. Jangankan untuk mengakses internet dan berjejaring sosial, untuk memenuhi kebutuhan dasar SMS dan telepon saja kadang masih bermasalah. Walhasil, ponsel yang bisa menjadi sumber hiburan justru malah jadi sumber kemarahan.

Tapi, untuk tahun ini, pemudik boleh bernapas lega. Komunikasi lewat ponsel bisa dipastikan aman, setidaknya untuk kebutuhan mendasar. Hasil survei yang dilakukan Tabloid Sinyal menunjukkan, 98 persen jalur mudik telah ter-cover oleh sinyal seluler.

Survei Tabloid Sinyal tersebut dilakukan menjelang mudik Lebaran tahun ini. Kurang lebih ada 63 titik sepanjang jalur mudik di Pulau Jawa yang diuji.

Adapun perangkat untuk menguji sinyal tersebut digunakan 6 unit BlackBerry Torch 9800, laptop, dan peranti GPS. Sinyal diukur dalam satuan dBm. Sinyal dikategorikan "Sangat Baik" bila ada dalam range -80 - 0 dBm, "Baik" jika ada pada range "-95 - -80 dan "Buruk" bila ada dalam range -120 - -95.

Untuk memudahkan pembacaan data, mengubah angka menjadi positif dengan menambah 120. Berdasarkan surveinya, dari 98 persen lokasi yang ter-cover sinyal, 57,1 persen berada dalam kondisi "Sangat Baik", 35,36 persen dalam kondisi "Baik", serta 9,35 persen berada pada kondisi "Buruk".

Catatan provider

Di kota besar seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, dan Yogyakarta, sinyal ponsel tergolong bagus. Secara keseluruhan, Telkomsel tercatat sebagai provider paling baik dengan kualitas coverage "Sangat Bagus" sebesar 71,4 persen, "Bagus" 19 persen, dan "Buruk" 9,5 persen. Sementara itu, Indosat tercatat sebagai provider paling sedikit punya kualitas coverage "Buruk", yaitu hanya 4,8 persen.

Namun demikian, di beberapa kota, sinyal Telkomsel justru kalah bagus. Di Nagrek, misalnya, sinyal Indosat justru lebih bagus dari Telkomsel. Begitu juga di Gombong, Telkomsel kalah dari XL, sedangkan di kawasan Ngawi Telkomsel kalah dari Axis.

Di Kutoarjo, XL merupakan sinyal andalan sebab sedikit lebih jauh mengungguli provider lainnya. Tapi di Solo, XL menunjukkan performance paling buruk.

Di Yogyakarta, semua provider bisa diandalkan. Sementara 3 (Tri) hanya menunjukkan penampilan baiknya di Cileunyi, Kutoarjo, Yogyakarta, dan Solo. Yang cukup melegakan, di antara 98 persen lokasi yang ter-cover sinyal, semuanya tersebar di jalur mudik di Pulau Jawa, mulai pantura, tengah, dan selatan. Dengan demikian, pemudik tak perlu memilih jalur yang sesuai hanya karena sinyal.

Selamat mudik!



KOMPAS