Thursday, 17 May 2012

Geliat Bisnis Satelit di Indonesia Menggiurkan

Indonesia masih membutuhkan satelit sebagai tulang punggung jaringan karena sebaran dari serat optik belum merata

Ilustrasi
Dikawasan Asia, coumpound annual growth rate (CAGR) atau pertumbuhan untuk bisnis satelit mencapai 1,9 persen pada periode 2008 hingga 2016. Sementara di Indonesia, sejak 2010, bisnis satelit diperkirakan mencapai Rp 5,75 triliun atau tumbuh 10 sampai 15 persen setiap tahunnya. Angka itu berasal dari sewa transponder, penyewaan very small aperture terminal (VSAT), DTH, dan backbone/backhaul operator.

Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) mengungkapkan, Indonesia masih membutuhkan satelit sebagai tulang punggung jaringan karena sebaran dari serat optik belum merata.

Berdasarkan catatan, pemanfaatan transponder di Indonesia saat ini lebih dari 160 unit yang digunakan untuk GSM backhaul, jaringan data, dan selanjutnya untuk penyiaran. Sementara cadangan domestik yang dipasok oleh Telkom, Indosat, Cakrawala, dan PSN hanya 101 transponder.

Permintaan saat ini masih tumbuh untuk keperluan penyiaran (broadcast), 3G, internet, triple play, dan quardraple.

Indonesia sendiri memiliki 159 transponder melalui tujuh satelit milik lokal dengan pertumbuhan 10 persen setiap tahunnya. Sedangkan transponder asing sekitar 125 yang berasal dari berbagai negara seperti China, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Belanda, Jerman, Malaysia, dan Singapura melalui 25 satelit.

Melihat potensi tersebut, Lippo Group pun akhirnya masuk ke bisnis ini dengan meluncurkan satelit perdananya bernama Lippo Star. Satelit telekomunikasi yang dibuat oleh Lippo Group bekerja sama dengan perusahaan asal Jepang, SKY Perfect JSat Corporation dan Mitsui Corporation, sukses diluncurkan dari Guyana Prancis, Selasa (15/5) sore waktu setempat, atau Rabu (16/6) pagi sekitar pukul 05.00 WIB.

Lippo Star akan langsung beroperasi mulai tahun ini, dengan masa aktif mencapai 15 tahun. Berbobot 4.350 kilogram satelit bermuatan 44 KU-Band transponder ini memiliki daya cakup cukup luas, meliputi seluruh Indonesia, benua Asia, serta wilayah Oceania pada umumnya.

Terakhir, PT Telekomunikasi Tbk (Telkom) juga ingin memperkuat bisnisnya dengan meluncurkan satelit Telkom-3, yang sedianya akan diluncurkan pada pertengahan tahun ini dan menelan investasi US$ 200 juta dengan kapasitas 42 transponder (setara 49 transponder @36MHz), terdiri dari 24 transponder @36MHz Standart C-band, 8 transponder @54 MHz Ext. C-band dan 4 transponder @36 MHz 6 transponder @54 MHz Ku-Band.

Cakupan geografis satelit Telkom 3 mencakup Standart C-band (Indonesia dan ASEAN), Ext C-band (Indonesia dan Malaysia), serta Ku-Band (Indonesia). Dari 42 transponder satelit Telkom-3 sebanyak 40-45 persen atau sekitar 20 transponder akan dikomersialkan, sedangkan sisanya untuk menambah kapasitas seluruh layanan Telkom Group.


0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...