Indonesia lebih banyak mendapat hibah dibanding negara lain di dunia.
Dalam rangka memelihara keanekaragaman hayati laut dan lingkungan, tujuh ilmuwan Indonesia memenangkan kompetisi untuk meraih dana hibah riset Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), sebesar 800 ribu dolar AS.
"Indonesia mendapatkan lebih banyak hibah dibanding negara lain di dunia," kata Asisten Menteri Luar Negeri AS, Kerri-Ann Jones seusai The First Indonesia US Joint Committee Meeting (JCM) on Science and Technology di Jakarta, Selasa (15/5).
Partnership for Enhanced Engagement in Research (PEER) AS menerima hampir 500 aplikasi dari 63 negara berkembang, dan diputuskan 41 proyek dari 25 negara yang mendapatkannya, tujuh di antaranya dari Indonesia.
Hibah ini, kata Jones, diharapkan akan mempertautkan ilmuwan dari National Science Foundation's (NSF) yang didanai pemerintah AS, dengan para ilmuwan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama di bidang penelitian.
Ketujuh penerimah hibah tersebut adalah Sang Putu Kaler dari Universitas Mahasaraswati, Rudi Febriansyah dari Universitas Andalas, IGNK Mahardika dari Universitas Udayana, Frida Sidik dari Balai Riset dan Observasi Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Abdul Hamid Toha dari Universitas Negeri Papua, Gusti Z Anshari dari Universitas Tanjungpura, dan Jamaluddin Jompa dari Universitas Hasanuddin. Masing-masing memiliki mitra peneliti dari AS untuk pelaksanaan riset tersebut di Indonesia.
Sementara itu, dalam kaitannya dengan kerja sama yang sedang dimulai oleh AS dan Indonesia dengan menyusun Rencana Aksi bersama melalui JCM, Deputi Kemristek bidang Jaringan Iptek Ad Interim Prof Dr Amin Subandrio mengatakan, kedua negara sama-sama merasa optimis.
"Kerja sama ini dalam posisi yang sederajat, masing-masing negara sama-sama memiliki kemampuan dan kontribusi. Kedua negara menyediakan anggaran untuk kerja sama ini. Tak ada yang berada di posisi lebih tinggi dari yang lain," imbuhnya.
Kerja sama tersebut meliputi bidang iptek kesehatan, teknologi pertanian serta kelautan, yang berkaitan erat dengan keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim dan sengaja dipilih karena kedua negara menganggap ketiga bidang itu sangat penting.
Kemristek juga bekerja sama dengan Commercialisation of Research & Development Fund (CRDF) Global menyelenggarakan program yang bertujuan memberi pemahaman akan tata cara permohonan dana penelitian mulai dari mendesain sampai pelaporan sesuai standar internasional di Jakarta pada tanggal 15--16 Mei.
• Beritasatu
0 comments:
Post a Comment