Ilustrasi mesin pompa air yang juga dimodifikasi petani |
Itu dilakukan menyusul rencana pemerintah yang bakal menerapkan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Dari hasil rekayasa itu, petani juga diuntungkan karena bisa menghemat biaya yang dikeluarkan untuk mengolah lahan pertanian.
Rekayasa dengan memodifikasi mesin pompa air yang berbahan premium itu dilakukan Andik, seorang pemilik bengkel motor yang ada di desa setempat.
Rekayasa itu kemudian berhasil dan diikuti petani lain. Apalagi, petani merasa kesulitan membeli premium setelah adanya larangan pembelian dengan jeriken.
Menurut Andik, mulanya ide modifikasi mesin pompa itu dilakukan setelah terinspirasi tayangan di sebuah televisi. "Kemudian saya mencoba," ungkapnya.
Caranya, dia melakukan modifikasi pada bagian karburator. Modalnya, tabung gas elpiji dan uang sebesar Rp150 ribu. Dengan peralatan yang dimiliki dalam sehari, dirinya bisa memodifikasi dua mesin berbahan premium berubah ke elpiji.
Dia mengakui, peralihan itu menjadi lebih hemat. Jika memakai premium, untuk mengairi lahan seluas satu hektare biasanya menghabiskan sebesar Rp180 ribu untuk membeli 40 liter premium.
Namun, dengan mengunakan elpiji biaya yang dikeluarkan cukup sebesar Rp26 ribu untuk membeli dua tabung elpiji tiga kilogram. (YK/OL-5)
• MediaIndonesia
0 comments:
Post a Comment