(FOTO ANTARA/Dewi Fajriani) |
Bandung (ANTARA News) - Ajang Kontes Robot Indonesia yang digelar setiap tahun diharapkan tidak saja melahirkan para pemenang yang cerdas, namun juga menghasilkan sumber daya manusia yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Djoko Santoso ketika membuka Kontes Robot Indonesia (KRI), Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI), dan Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI) di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung, Sabtu, mengatakan lulusan pendidikan tinggi seharusnya bisa berkontribusi pada kecerdasan kehidupan bangsa.
"Amanat penting Undang-undang Dasar ada dua hal terkait pendidikan tinggi dan teknologi, yang pertama adalah pemerintah harus mencerdaskan kehidupan bangsa," ujarnya.
Amanat kedua, lanjut dia, adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dua amanat dalam konstitusi itu, menurut Djoko, belum tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional dan karena itu harus dimapankan dalam bentuk undang-undang.
Selain itu, kata Djoko, terdapat dua aspek pendidikan tinggi yang belum menjadi standar pendidikan Indonesia, yaitu penelitian dan pengabdian masyarakat.
"Itu belum menjadi standar pendidikan kita dan menjadi pekerjaan rumah bersama," ujarnya.
KRI, KRCI, dan KRSI yang merupakan kontes tahunan diselenggarakan Dijen Dikti Kemendikbud, menurut Djoko, dimaksudkan untuk melahirkan sumber daya manusia cerdas yang menguasai teknologi tinggi, penuh semangat, dan tidak mudah putus asa.
Namun, ia mengakui, masih butuh kerja sama antara industri dan kalangan profesional guna mengimplementasikan karya-karya robot para kontestan dalam kehidupan nyata.
Sementara itu, kontes robot tingkat nasional diikuti oleh 94 tim dari 50 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kompetisi tersebut terbagi atas empat kategori, yaitu KRI, KRCI beroda dan berkaki pemadam api, KRCI RoboSoccer Jumanoid League (RSHL), dan KRSI.
Pemenang kategori KRI dan KRCI berpeluang mewakili Indonesia dalam kontes robot internasional. Sedangkan untuk KRSI, Djoko mengatakan, pemerintah berupaya untuk menggelar kontes robot seni internasional di Indonesia.(D013)
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Djoko Santoso ketika membuka Kontes Robot Indonesia (KRI), Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI), dan Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI) di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung, Sabtu, mengatakan lulusan pendidikan tinggi seharusnya bisa berkontribusi pada kecerdasan kehidupan bangsa.
"Amanat penting Undang-undang Dasar ada dua hal terkait pendidikan tinggi dan teknologi, yang pertama adalah pemerintah harus mencerdaskan kehidupan bangsa," ujarnya.
Amanat kedua, lanjut dia, adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dua amanat dalam konstitusi itu, menurut Djoko, belum tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional dan karena itu harus dimapankan dalam bentuk undang-undang.
Selain itu, kata Djoko, terdapat dua aspek pendidikan tinggi yang belum menjadi standar pendidikan Indonesia, yaitu penelitian dan pengabdian masyarakat.
"Itu belum menjadi standar pendidikan kita dan menjadi pekerjaan rumah bersama," ujarnya.
KRI, KRCI, dan KRSI yang merupakan kontes tahunan diselenggarakan Dijen Dikti Kemendikbud, menurut Djoko, dimaksudkan untuk melahirkan sumber daya manusia cerdas yang menguasai teknologi tinggi, penuh semangat, dan tidak mudah putus asa.
Namun, ia mengakui, masih butuh kerja sama antara industri dan kalangan profesional guna mengimplementasikan karya-karya robot para kontestan dalam kehidupan nyata.
Sementara itu, kontes robot tingkat nasional diikuti oleh 94 tim dari 50 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kompetisi tersebut terbagi atas empat kategori, yaitu KRI, KRCI beroda dan berkaki pemadam api, KRCI RoboSoccer Jumanoid League (RSHL), dan KRSI.
Pemenang kategori KRI dan KRCI berpeluang mewakili Indonesia dalam kontes robot internasional. Sedangkan untuk KRSI, Djoko mengatakan, pemerintah berupaya untuk menggelar kontes robot seni internasional di Indonesia.(D013)
♣ ANTARA News
0 comments:
Post a Comment