Gambar bagaimana virus AIDS menghancurkan sistem kekebalan tubuh, ilustrasi |
REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER--Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember, Jawa Timur, merintis metode tes yang lebih mudah untuk mengetahui penderita yang positif tertular HIV/AIDS.
"Ide awalnya dari diskusi mengenai data dan fakta bahwa tanda-tanda seseorang menderita HIV/AIDS bisa diketahui melalui kondisi rongga mulutnya karena biasanya penderita HIV/AIDS memiliki gusi membengkak dan merah karena infeksi," kata salah seorang mahasiswa FKG Ahmad Syaifuddin di Jember, Jumat.
Tiga mahasiswa FKG Unej, yakni Ahmad Syaifuddin, Alex Willyandre dan Khoirul Anam membuat kajian literatur yang berjudul "Inovasi Microfluidics Chip Berbasis Nucleic Acid Testing sebagai Detektor Antibodi HIV-1 pada Gingival Crevicular Fluid" untuk mengetahui apakah seseorang itu terinfeksi HIV/AIDS.
Kajian literatur itu berhasil menjadi juara pertama dalam ajang "literatur review" dalam rangka "Dentistry Scientific Meeting (DSM) VI 2012" yang digelar oleh FKG Universitas Indonesia di Jakarta.
Menurut Ahmad, deteksi penderita HIV/AIDS kebanyakan memakai tes darah dengan metode ELISA atau Western Blot dan kedua metode itu harus dilakukan di klinik atau rumah sakit tertentu dengan pengawasan tenaga kesehatan yang sudah terlatih dan tes darah biasanya baru diketahui setelah 24 jam.
"Kami bertiga mencoba mencari ide bagaimana mencari alat yang mampu mendeteksi dengan pasti gejala HIV/AIDS tersebut dari kondisi rongga mulut karena metode itu bisa dilakukan dengan cepat, lebih mudah, dan murah," tuturnya.
Setelah melakukan studi literatur kurang lebih selama seminggu, tiga mahasiswa FKG Unej itu memastikan bahwa alat Microfluidics Chip temuan Prof Samuel Sue dari Columbia University, Amerika Serikat, dapat digunakan untuk melakukan tes HIV/AIDS.
"Sebelumnya Microfluidics Chip lebih sering digunakan untuk tes penyakit kelamin dan penyakit lainnya, namun belum digunakan untuk mendeteksi pasien yang tertular HIV/AIDS," paparnya.
"Ide awalnya dari diskusi mengenai data dan fakta bahwa tanda-tanda seseorang menderita HIV/AIDS bisa diketahui melalui kondisi rongga mulutnya karena biasanya penderita HIV/AIDS memiliki gusi membengkak dan merah karena infeksi," kata salah seorang mahasiswa FKG Ahmad Syaifuddin di Jember, Jumat.
Tiga mahasiswa FKG Unej, yakni Ahmad Syaifuddin, Alex Willyandre dan Khoirul Anam membuat kajian literatur yang berjudul "Inovasi Microfluidics Chip Berbasis Nucleic Acid Testing sebagai Detektor Antibodi HIV-1 pada Gingival Crevicular Fluid" untuk mengetahui apakah seseorang itu terinfeksi HIV/AIDS.
Kajian literatur itu berhasil menjadi juara pertama dalam ajang "literatur review" dalam rangka "Dentistry Scientific Meeting (DSM) VI 2012" yang digelar oleh FKG Universitas Indonesia di Jakarta.
Menurut Ahmad, deteksi penderita HIV/AIDS kebanyakan memakai tes darah dengan metode ELISA atau Western Blot dan kedua metode itu harus dilakukan di klinik atau rumah sakit tertentu dengan pengawasan tenaga kesehatan yang sudah terlatih dan tes darah biasanya baru diketahui setelah 24 jam.
"Kami bertiga mencoba mencari ide bagaimana mencari alat yang mampu mendeteksi dengan pasti gejala HIV/AIDS tersebut dari kondisi rongga mulut karena metode itu bisa dilakukan dengan cepat, lebih mudah, dan murah," tuturnya.
Setelah melakukan studi literatur kurang lebih selama seminggu, tiga mahasiswa FKG Unej itu memastikan bahwa alat Microfluidics Chip temuan Prof Samuel Sue dari Columbia University, Amerika Serikat, dapat digunakan untuk melakukan tes HIV/AIDS.
"Sebelumnya Microfluidics Chip lebih sering digunakan untuk tes penyakit kelamin dan penyakit lainnya, namun belum digunakan untuk mendeteksi pasien yang tertular HIV/AIDS," paparnya.
0 comments:
Post a Comment