Jakarta (ANTARA News) - Pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof. Thomas Djamaluddin memperkirakan tahun ini umat Islam bisa merayakan Idul Fitri bersamaan pada Minggu, 19 Agustus 2012.
"Insya Allah seragam pada 19 Agustus, karena pada Sabtu 29 Ramadhan 1432 atau 18 Agustus Magrib, tinggi hilal mencapai tujuh derajat di atas ufuk," kata Deputi Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lapan itu saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, hilal (bulan) ketika Matahari terbenam pada Jumat, 18 Agustus 2012, berada pada ketinggian tujuh derajat dan sudah berwujud sehingga mudah terlihat dan tidak akan mengundang polemik.
Pada awal Ramadhan ada perbedaan diantara organisasi massa Islam yang satu dengan yang lain karena pada Magrib tanggal 19 Juli 2012, hilal sudah di atas ufuk namun ketinggian hilal kurang dari dua derajat sehingga tak bisa terlihat.
Lebih lanjut anggota Badan Hisab Rukyat itu menjelaskan, sebenarnya perbedaan penetapan awal Ramadhan, Idul Fitri atau Idul Adha akan tiada kalau dikotomi hisab dan rukyat dihapus.
Secara nasional dan internasional, ujarnya, sedang diupayakan agar ada titik temu hisab dan rukyat dengan memasyarakatkan hisab imkan rukyat atau hisab visibilitas hilal, yaitu hisab yang memperhitungkan kemungkinan berhasilnya rukyat dan rukyat yang memperhitungkan hasil hisab.
"Dengan hisab imkan rukyat, tidak ada lagi penentuan awal bulan sekadar berdasarkan hilal wujud yang tidak mungkin dirukyat. Dan dengan hisab imkan rukyat pula tidak akan ada lagi pengakuan kesaksian hilal yang sangat diragukan," ujarnya.
Konsep penyatuan atau unifikasi kalender sebenarnya sangat sederhana dimana tiga syarat haruslah terpenuhi untuk mendapatkan penyatuan di tingkat nasional, regional, maupun global, yaitu ada otoritas yang bersepakat, ada kriteria yang disekapati, dan ada batas wilayah yang juga disepakati," jelasnya.(D009)
(Antara)
0 comments:
Post a Comment