Yogyakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Republik Indonesia yang juga mantan Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie meyakini bahwa generasi muda Indonesia mampu mengembangkan teknologi kedirgantaraan di masa depan.
"Sumber daya manusia bangsa Indonesia mampu mengembangkan teknologi kedirgantaraan itu. Buktinya sudah ada pesawat N250 yang bisa dihasilkan dan itu bukan mimpi," kata BJ Habibie disela kunjungan di Taman Pintar Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, pengembangan teknologi kedirgantaraan di tanah air sangat penting dilakukan karena akan bisa menghubungkan jarak antar pulau-pulau di tanah air yang cukup jauh.
Terlebih lagi, lanjut dia, pertumbuhan penumpang pesawat terbang di Indonesia dalam 10 tahun terakhir sangat pesat sehingga hal tersebut sudah membuktikan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan pesawat terbang.
"Saat ini, tidak perlu lagi saling salah menyalahkan. Yang harus dilakukan saat ini adalah memperjuangkan agar teknologi dirgantara di Indonesia bisa semakin maju," katanya.
BJ Habibie kini telah mendirikan sebuah perusahaan yaitu PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang akan bergerak pada usaha pembuatan pesawat swasta pertama di Indonesia. Di perusahaan tersebut, BJ Habibie menduduki jabatan sebagai Ketua Dewan Komisaris.
Perusahaan tersebut didirikan dengan bekerja sama dengan dua perusahaan swasta lain yaitu, PT Ilhabi Rekatama milik Ilham Akbar Habibie yang akan memegang 51 persen saham, dan PT Eagle Capital milik milik Erry Firmansyah yang memegang bagian 49 persen saham.
Rencananya, karyawan dari perusahaan tersebut adalah mantan karyawan PT Dirgantara Indonesia yang memutuskan pulang dari luar negeri ditambah anak bangsa yang baru menyelesaikan pendidikan pembuatan pesawat terbang.
Proyek pertama yang akan dilakukan adalah "menghidupkan" kembali pesawat N250 yang dulu diciptakan BJ Habibie dan sempat menjadi primadona di kelas pesawat baling-baling.
Pesawat N250 tersebut mengudara untuk pertama kalinya pada 10 Agustus 1995 dan sempat dibeli oleh sejumlah negara. Akibat krisis ekonomi pada 1997, pesawat tersebut seperti menghilang.
BJ Habibie menyadari, untuk menghidupkan kembali teknologi dirgantara di Indonesia bukan pekerjaan mudah karena saat ini, PT Dirgantara Indonesia hanya memiliki sebanyak 3.000 pegawai.
"Industri pesawat terbang sudah dibubarkan, dan tidak ada lagi yang membina industri strategis, ditambah tidak adanya peraturan untuk melindungi produksi dalam negeri," katanya.
Ia berharap, pemerintah bisa berinvestasi di perusahaan tersebut melalui PT DI, sejumlah institusi pendidikan dan juga Puspitek.
Selain akan melakukan desain ulang N250, perusahaan tersebut juga akan mengembangkan super jet N2130.(E013)
(Antara)
0 comments:
Post a Comment